Kadang kita sering kali tidak menyadari, bahwa hal-hal kecil yang kita buat, yang dirasa sederhana dan tidak ada artinya, bisa menimbulkan pengaruh yang kuat kepada orang lain. Bahkan, hal kecil tersebut bisa saja menyelamatkan bumi dari kehancuran. Dalam film ini, hal kecil tersebut digambarkan dengan sebuah lagu punk. Ya, lagu punk ternyata bisa menyelamatkan dunia! Lha, kok bisa? Ya bisa aja, namanya juga film *halah*.
Film ini sendiri terdiri dari beberapa cerita dengan kurun waktu yang berbeda. Yang menontonnya awalnya mungkin akan bingung melihat cerita-cerita yang ada di sini dan akan bertanya-tanya “mau dibawa ke mana sih cerita film ini?” Tapi tenang, dibutuhkan kesabaran dalam menonton film ini. Bukan karena filmnya membosankan atau alurnya lambat, tapi karena ya itu tadi, kita masih bingung film ini mau nyeritain apa sih? Tapi tunggu sampe akhir, karena setelah menonton sampe akhir, mungkin kamu akan jadi terkagum-kagum pada film ini seperti saya.
Tahun 2012. Tahun yang diramalkan sebagai tahun terakhir di bumi ini. Dan di film ini, ramalan tersebut sudah mendekati kenyataan. Sebuah komet sudah bisa dilihat oleh mata kepala manusia, dan siap menabrak bumi. Beberapa jam sebelum komet tersebut sampai ke bumi, ada 3 orang yang sedang berada di sebuah toko CD. Dua orang di antaranya memiliki keyakinan bahwa bumi akan selamat, dan akan ada “seigi no mikata” *kayak judul dorama* alias pembela keadilan yang akan menyelamatkan bumi dari kehancuran. Dalam toko tersebut, mereka mendengar sebuah lagu yang direkomendasikan oleh sang pemilik toko. Lagu dengan aliran punk tersebut berjudul “Fish Story” yang dibawakan oleh grup band punk bernama Gekirin 37 tahun lalu, satu tahun sebelum band Sex Pistols eksis dan memperkenalkan aliran musik punk pada dunia.
Cerita beralih pada tahun 1982. Ada 3 orang mahasiswa yang sedang melakukan perjalanan menaiki mobil. Salah satu mahasiswa tersebut (diperankan Gaku Hamada) tergolong lemah dan tampak dijadikan supir saja oleh dua orang temannya. Dalam mobil tersebut, mereka berdiskusi tentang lagu “Fish Story” yang katanya merupakan lagu kutukan karena di tengah-tengah lagu tersebut tiba-tiba tidak ada suara dalam waktu yang cukup lama. Mereka pun sampai di tempat tujuan mereka di mana mereka (tepatnya yang dua orang, yang satu tampak tak dianggap) kemudian berkencan dengan beberapa mahasiswi (goukon gitu deh istilahnya). Salah satu mahasiswi tersebut memiliki indra keenam, dan ia kemudian meramalkan bahwa salah satu pria di tempat itu nantinya akan jadi penyelamat dunia.
Lalu cerita beralih pada tahun 2009, bersetting di sebuah kapal Ferry. Ada seorang siswi SMA (diperankan Tabe Mikako) yang tertinggal di kapal tersebut dari rombongan teman-temannya karena tertidur. Ia pun terjebak dalam kapal yang menuju Hokkaido tersebut. Selagi ia menangisi kebodohannya, ada seorang koki muda (diperankan Mirai Moriyama) yang mengajaknya mengobrol dan berkenalan. Koki muda tersebut bercerita bahwa sejak kecil, ia dibesarkan oleh ayahnya untuk menjadi seorang pembela kebenaran. Dan setelah itu, tiba-tiba kapal ferry tersebut dibajak oleh beberapa pria berpistol.
Lalu ceritanya mundur lagi ke tahun 1975. Yang ini bercerita tentang grup band Gekirin yang membawakan lagu fish story tersebut. Grup band ini membawakan musik-musik yang agak keras (aliran punk, tapi waktu itu mereka belum tahu bahwa itu punk) dan akhirnya mendapat keberuntungan karena ada label yang tertarik pada mereka. Namun sayangnya, lagu mereka dianggap terlalu keras dan dianggap tidak cocok dengan kuping kebanyakan penggemar musik dan tidak menjual, sehingga produsernya meminta agar lagu-lagu mereka dibuat lebih mellow. Para member tersebut tidak terima dan bersikeras untuk tidak mengubah musik mereka. Pada saat itu, salah satu membernya (diperankan Ito Atsushi) membuat sebuah lagu berjudul “Fish Story” yang liriknya diambil dari sebuah buku yang dimiliki manager mereka. Mereka pun bersikeras merekam lagu tersebut sebagaimana aslinya, meskipun mereka yakin lagu mereka tidak akan terjual. “Mungkin bertahun-tahun kemudian musik kita akan dihargai, dan mungkin saja lagu kita akan menyelamatkan dunia”, begitu kira-kira kata mereka.
Lalu, bagaimana ceritanya sampai lagu “Fish Story” tersebut bisa menyelamatkan bumi? Yang perlu kamu lakukan hanya menontonnya. Awalnya mungkin kamu akan menganggap film ini sebagai film gak jelas, tapi ketika mencapai endingnya kamu akan merasakan sebuah sensasi yang sulit dideskripsikan. Begitu sampai akhir mungkin kamu akan berseru “DAMN! IT’S A GREAT MOVIE” dalam hati, seperti yang terjadi pada saya, dan langsung pengen mempromosikan film ini ke orang-orang. Kelebihan film ini adalah bagaimana kepiawaian sang sutradara menghubungkan cerita yang seolah-olah tidak nyambung tersebut. Dan menurut saya film ini benar-benar menghibur dan gak bikin stress.
Hampir semua cast bermain dengan baik di film ini. Ito Atsushi, si Densha Otoko ini di sini menampilkan akting yang baik sebagai seorang bassist sebuah band aliran punk. Begitu juga dengan Gaku Hamada, yang sangat cocok dengan perannya sebagai pria lemah dan suka dibully. Mirai Moriyama yang menurut saya gak ganteng juga sanggup membuat saya terpesona di film ini. Pemain-pemain lainnya juga berakting sama bagusnya dengan mereka. Yang agak-agak ganggu di film ini menurut saya akting Tabe Mikako. Aktingnya lebay banget, terutama pas nangis, keliatan banget dibuat-buat. Tapi mungkin emang sengaja karakternya dibikin komikal kayak gitu.
Ja, segini aja reviewnya. Jika saya bicara lebih banyak lagi tentang film ini, mungkin akan mengurangi keasyikan dalam menontonnya karena unsur yang membuat film ini jadi bagus adalah unsur kejutannya. Yang jelas, karena film ini, saya jadi tidak mau meremehkan hal-hal kecil yang pernah saya buat, siapa tahu hal tersebut bisa menyelamatkan bumi dari kiamat, hihi. 4 bintang deh untuk film ini 🙂
Rating : 1 2 3 4 5
Menurutku yang patut mendapatkan 4 jempol ada 2 orang.
Pertama si penulis cerita asli dan pengarang novel adaptasinya Kotaro Isaka atas ide briliannya. Liar tapi mempesona.
Yang kedua adalah sang sutradara Yoshihiro Nakamura. Skenario film ini standar banget, gak ada istimewanya. Tapi sutradaranya mampu mengeksekusinya lewat adegan-adegan yg bikin penasaran. Nakamura bisa menyatukan film yang terdiri dari fragmen2 beda jaman, tanpa terkesan terpotong-potong ataupun meloncat-locat.
bener, jadi pengen baca versi novelnya. iya betuuul, sutradaranya hebat bisa bikin skenario biasa jadi film yg luar biasa. hihi, saya seneng banget ngulang2 adegan yg akhir itu.
btw tambahan, lagu Fish Story-nya juga enak banget. suka 😀
Untuk film yang satu ini, menurut saya semakin sedikit kita tau tentang film ini maka efek kejutannya akan lebih terasa.
bagi yang beruntung membaca terlebih dahulu kolom komentar ini, jangan dulu baca review di atas. *ditendang purisuka*
Udah langsung saja kalian tonton film ini. IMO, ini adalah film Jepang terbaik di tahun 2009. dengan rating IMDb 7.4/10, film ini sangat-sangat layak untuk ditonton.
nanti setelah kalian menonton film tersebut, baru silahkan kalian membaca review di atas dan memberikan komentar di sini. hehe *serasa-kayak-yang-punya-blog-aja* :peace:
saya sendiri termasuk orang yang beruntung karena sebelum nonton film ini saya sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai film ini, yang saya tau dan yang mendorong saya untuk menonton film ini hanya satu hal, Tabe Mikako. 😀 Tak diduga ternyata film ini benar-benar EPIC!
bagi saya, film ini layak mendapatkan 5 bintang. 😀
menanggapi pendapat Purisuka tentang Tabe Mikako, saya kira itu sudah merupakan arahan sutradaranya dan menurut saya bukan sebuah poin minus. coba kita pikir dan ingat-ingat lagi, hampir disemua review Fish Story yang pernah saya baca, oh tidak, tapi disemua review Fish Story yang pernah saya baca, mereka semua memasukkan genre “comedy” di film ini. Saya ingin mengajak kita semua mengingat-ingat kembali, kira-kira di bagian mana dari film ini yang bisa mengundang tawa kita?
Ya, tepat sekali, di setiap scene Tabe Mikako. 😀
Mulai dari scene ketiduran, pengen terjun ke laut, nangisnya (jujur ane ketawa pas liat scene ini :D), kue yang salah kasi, bahkan sampai di endingnya.
IMO inilah yang membuat status genre comedy ada di dalam film ini. 😀
note: Film yang sempat membuat saya berteriak “WHAT THE ****!” dalam hati. 😀
Anu, saya nonton ulang lagi 2 kali saking penasaran dgn “comedy” yg disebut anggayasha. Saya koq sama sekali nggak ketawa dgn semua adegan Tabe Mikako, atau saya udah lumayan kebal dgn “adegan komedi ala srimulat” kali? Justru akting Gaku Hamada si cowok pengecut yg lumayan menggelitik.
Kalaupun ada yang memasukkan film ini ke dalam genre komedi, justru tema utama film ini “lagu punk tak laku menyelamatkan dunia” merupakan ironi yang memberikan kesan komedi pahit dan membuatku tertawa masam.
O iya, salah satu sebab yg membuatku rada pelit ngasih nilai lebih buat film ini adalah masalah SKENARIO. Sayang banget dialog2nya terlampau biasa, malah ada beberapa dialog yg rada sinetron.
btw, lagu endingnya Summer Days yang dinyanyikan Saito Kazuyoshi juga enak koq 😀
Jan ken pon aiko deshou…… \m/
Kalau begitu mungkin saja selera humor saya yang rendah, karena saya sendiri kalau lihat srimulat masih bisa ketawa. tapi patut disyukuri pula karena dengan begitu saya jadi lebih gampang tertawa dan membuat saya semakin enjoy menikmati film ini. 😀
Sebenarnya ando-san tidak perlu sampai menonton ulang 2 x seperti itu. Kalau dari awal saja tidak ketawa ya berarti memang gak dapet joke-nya. dan itu tidak dapat dipaksakan. 😀
Orang yang nonton diawal ketawa aja belum tentu ketika nonton untuk yang ke-2 atau ke-3 kali nya juga akan ketawa. Don’t push yourself. 😀
Sedangkan akting Gaku yang pengecut justru bikin saya geregetan. Kalau dibilang lucu ya lucunya di mana nih? orang dibully kok dianggap lucu? Tapi itu memang kembali ke selera humor masing-masing sih. 😀 Dan kebetulan saya paling benci dengan bully-bully. 😀
mengenai genre komedinya, mungkin yang ando-san katanya ada benarnya juga.
soal skenario, saya tidak bisa berkomentar banyak. kalau saya pribadi tidak merasa terganggu dengan skenarionya, jadi bagi saya skenario yang mungkin berlihat biasa-biasa saja bukanlah sebuah poin minus bagi saya. 😀
@jigendaisuke aka anggayasha
Sepertinya anda salah tanggapan mengenai komentar saya. Saya suka dengan Fish Story dan memang nonton ulang krn suka (bukan krn komentar anda).
Khusus yg saya tulis nonton kali ke 2 kali itu (ini kali kedua saya nonton), selain nonton seperti biasa, saya memang fokus pengen liat bagian film setting diatas kapal pesiar krn pengen liat lucunya ada disebelah mana (yang ini baru ada hubungannya dgn komentar anda). Ternyata selera humor saya memang nggak nyambung seperti kata anda. Bukan masalah nggak dapet jokenya, tapi lebih ke masalah selera joke saya berbeda.
Mengapa saya perlu dua kali nonton dan fokus pada satu scene?
It’s not about pushing my self, cause I just want to know if there is any joke that might be hidden between some scene.
Mungkin pernah nonton serial Big Bang Theory, kadang humor dlm serial itu sangat tersembunyi dan butuh nonton lebih sekali untuk bisa membuat tertawa, dan efek lucunya bisa berkali kali lipat lebih lucu dibanding humor biasa. Saya tidak tahu apakah anda pernah mengalami nonton lebih dari sekali yang justru membuat sebuah joke jauh lebih lucu.
Sedangkan soal Gaku Hamada. Bukan soal bully-nya yg menggelitik, tapi akting serba salah/bingung Hamada yg menggelitik (coba baca lagi komentar saya secara detail diatas). Apakah menggelitik = lucu? tergantung pola pandang yg bersangkutan. bagi saya menggelitik tidak ekuivalen dgn lucu.
Saya nggak ada urusan dgn adegan bully = tidak lucu. Tergantung cara sutradara mengadaptasi skenario dan juga konteks cerita. Toh saya menikmati adegan perang jahil balas-balasan bully mem-bully dalam 700 Days of Battle: Us vs. the Police.
O iya, kalau anda menikmati Srimulat yg penuh adegan bully secara fisik (sengaja membuat orang tersandung, ditabok, keplak kepala, majikan membuli pembantu, kejeduk tembok/kursi, dan banyak adegan bully lain dlm srimulat), saya heran anda benci adegan bully tapi menikmati srimulat.
Kalau anda merasa tersindir, maaf. bukan maksud saya menyindir selera humor anda.
Soal skenario, itu salah satu poin utama kalau saya menilai film, mungkin tidak bagi orang lain. beda orang memang beda pendapat.
Yang pasti, kalau ada film menang penghargaan skenario terbaik dalam sebuah festival, film itu bakalan masuk buruanku utk ditonton.
@AnDo
Saya masih bingung dengan komentar anda sebelumnya
dengan komentar anda barusan
Kok sepertinya bertolak belakang ya?
soal srimulat sepertinya kita beda persepsi. yang saya maksud lebay adalah komedi seperti gogon yang jatuh ketika mau duduk, bukan bagian tabok-menabok. dan pada bagian itu menurut saya juga tidak lucu.
saya heran kenapa anda bisa mengambil keputusan saya menikmati tontonan srimulat hanya dari adegan bully-bully nya?
soal skenario sudah saya bilang, no comment.
OK, let’s make it clear.
Saya nonton full movie dua kali, dan saat adegan di kapal pesiar saya usahakan fokus untuk mencari hidden joke, seperti yang saya lakukan ketika nonton Big Bang Theory.
Nonton dua kali karena saya suka filmnya, dan fokus di scene kapal pesiar karena pengen liat comedy yg anda sebutkan. I think that will clear everything.
Persepsi saya ttg srimulat adalah komedi slapstick, dan seperti yg diketahui kebanyakan komedi slapstick berisi kekerasan dan diantaranya bully. Jadi persepsi saya ketika anda nonton srimulat, anda juga banyak mendapat suguhan adegan bully terlepas ada suka atau tidak. Dan saya dapat kesimpulan anda tetap suka srimulat walau dgn kondisi demikian. That’s my perspective, and you know what? until now, we have a few of common sense of humor.
So, no other comment.
soal skenario, saya juga sudah bilang beda orang beda pendapat. So, no need for further argument.
@AnDo
ok, it’s clear now. 😀
@anggayasha:
wow. komen yg panjang. hihi. iya emang lebih baik pas nonton ini gak baca review dulu, biar lebih enak nontonnya.
Dan soal Tabe Mikako…kalo menurut saya komedi itu gak selalu harus ditampilkan melalui akting yang lebay dan dibuat-buat. mungkin hal itu bisa berhasil ke sebagian orang, tapi juga gak berhasil buat sebagian orang lagi. ya yang namanya selera humor, tiap orang pasti beda-beda. saya sendiri soal scene yg melibatkan tabe mikako, cuma ketawa di scene yg akhir doang, yg lainnya nggak 😀
dan ya, saya setuju sama @AnDo, tema “lagu punk tak laku menyelamatkan dunia” itu yg termasuk bagian komedi-nya. hal itu jg yg bikin saya penasaran banget sama film ini.
ah iya~ lagu yg itu jg enak~ 😀
wkwkwk asyem!! salah ID. yasudahlah udah kepalang basah. :p
Mengenai komedi yang lebay, memang tidak akan bekerja di semua orang. dan kebetulan dalam kasus ini it’s work for me. 😀
Tapi ada juga komedi lebay yang saya sendiri tidak dapet jokenya. Seperti jokenya Matsumoto di Symbol. Teman saya bilang dia malah ngakak ketika adegan-adegan lebay Matsumoto, tapi saya sendiri jadi merasa ilfiil. :p
Dorama my boss my hero yang ngakak kayak gitu aja juga ada kok yang bilang tidak lucu.
Jadi wajar lah. 😀
iya walopun begitu, bukan berarti saya gak suka komedi yg lebay loh. misalnya hanakimi atau my boss my hero, itu komedi-nya lebay banget tapi saya suka. ya tergantung filmnya jg sih. kalo di film ini, saya cuma ngerasa terganggu sama aktingnya tabe mikako yg dibuat2. itu aja sih. yg lainnya, fine aja. maap aja nih buat para fans tabe mikako 😀
ah menurut ane akting tabe pas2 aja ama perannya sebagai anak sma yang mengalami hal sefantastis dan sedramatis itu., gk sampe merusak keseluruhan filmnya..
dan kalo masalah comedynya, secara pengamatan saya*asik* orang jepang tuh punya selera sendiri kalo masalah humor..coba deh liat acara lawak jepang yg udh di translate..
kalo filmnya ane kasih rate 8/10
salah satu film butterfly effect favourite ane
emang siapa yg bilang merusak? kan saya cuma bilang ‘agak terganggu’ *jadi banyak yg ngedebatin pendapat saya soal tabe mikako ini teh*. Ya, orang kan punya penilaian masing2 ya…dan saya tetep suka dan nganggep film ini bagus kok
Hehe baca komennya sama serunya sama baca reviewnya.
Baru tau ada film ini…dulu sih selalu update dgn film2 Mirai Moriyama tapi sekarang aga kurang. Makasih dah di review Priska…siap2 nyari karena ada Mirai-kun 🙂
sama-sama. harus banget nonton film ini. apalagi mirai-nya keren banget di sini 😀
hehehe Miraimah emang selalu keren 😉
DVD bajakan atau DL?
DL, dvd bajakan film jepang akhir2 ini susah dicari soalnya.
Akhirnya dah nntn!!! whuaaa TOP BGT, gw sukaaaaa banget. Trus gw promosiin ke teman dan dia pun langsung suka juga, kita sampe ngebahas pas di kantor.
Belum sempet nulis review, tapi nnt gw pinjem image2 dari sini aja ya Pris 🙂
aaah…yokatta. ayo promosikan film ini ke mana-mana, hihi. iya boleh, ini juga image-nya ngambil dari situs lain sih (gak sempet ngecaps waktu itu). ditunggu reviewnya ya 🙂
tapi kok di bagian awal kaya ada horor nya?? baru mau nnton…belum setengah tapi kepentok horor yg di jembatan waktu denger ada woman’s scream..terus liat ada sepeda jatuh..disitu mulai serem…:( *nnton sendirian*
suara woman’s scream itu kan suara cewek yg mau diperkosa itu kan ya? jadi di film ini gak ada horror sama sekali kok 😀
Awalnya saya direkomendasi sama temen saya buat nonton ini. Katanya film aneh! Penasaran, saya pun coba nonton film ini. WAH! Ada Owner nya Den Liner! (Terus? ah GPT!) Awalnya saya pikir ini film lucu bin lebay, ga masuk akal! Tapi setelah nonton dan menghayati, satu pelajaran berharga yang ingin disampaikan pengarang dan sutradara: Jangan remehkan hal-hal kecil dan cenderung tak berguna yang dilakukan orang. Hampir semua timelinenya mempunyai pesan seperti itu
Damn! Gara2 gw uda baca review yang hampir spoiler, gw dari awal udah mencoba menghubungkan benang merah yang hampir ketebak semua di akhir. bagus siiiih tapi karena udah baca ripiu orang jadi gak segitu surprisenya. huuu sayang sekali. gw udah menghindari blog lo tapi forum IDWS kebaca semuaaah huhuhu.
yaaah, sayang ya. emang sih nonton film ini harusnya gak pake baca review dulu. Kejutannya lebih nampol! 😀
Inti dari film ya boleh dibilang dari arti judul film ini sendiri: fish story. Disini letak komedinya.
[…] first heard about Fish Story from Priska @ Purisika’s Random Review. She gave the movie high rating and it has one of my favorite Japanese actors, Mirai Moriyama. The […]
kren filemnya,,
komedi nya sejenis dengan cuplikan ini (ga sampe 2 menit klip nya 😀 )
Film nya keren, rate 8.5/10 buat film ini. Awalnya nggak mudeng ini film kok gak jelas. Tapi setelah lihat sampai akhir berasa “misuh2″ ( saking bagusnya film ini ) . Berencana juga mau promosiin film ini ke temen-temen.
Ini tadi habis lihat film nya trus langsung nyari di google, nyari reviewnya. ane pikir yang nyametin dunia itu gara-gara translator novel “fish story” nya, e ternyata gara-gara band gekirin (musik punk) nya.
Kalo menurut ane bagian comedy nya pas Gaku Hamada takut pas mau di puterin lagu fish story. trus Tabe Mikako, kaowkaokw cewek cantik tapi micekan “tukang tidur” pas di kapal aja tidur, trus pas di pesawat luar angkasa juga tidur kaowkoakw. trus pas anaknya okazaki san pas nangis mau lihat power rangers trus pas udah di nyalain tvnya malah udah bubar kaowkao.
Ada saran buat nonton J-Movie yang lain yang komedi. Ane sudah liat My boss my hero sama 700 Days Of Battle Us vs The Police kaowkao lucu.