Nakamura Yoshihiro dan Isaka Kotaro adalah dua orang dengan profesi berbeda yang sering melakukan kerja sama dalam beberapa proyek film. Isaka Kotaro adalah seorang penulis novel misteri yang cukup populer di Jepang, sedangkan Nakamura Yoshihiro adalah seorang sutradara yang beberapa filmnya merupakan adaptasi dari novel-novel yang dikarang oleh Isaka Kotaro. Saat ini sudah ada tiga film karya sutradara tersebut yang diangkat dari novel-novel yang ditulis penulis tersebut, antara lain The Foreign Duck, the Native Duck and God in a Coin Locker; Fish Story (sudah pernah direview di sini); dan Golden Slumber. Saat ini pun, sebentar lagi Nakamura Yoshihiro akan mengeluarkan film terbarunya yang berjudul Potechi, yang lagi-lagi merupakan adaptasi dari cerita yang ditulis oleh Isaka Kotaro.
Namun, yang akan saya review kali ini adalah film pertama dari kolaborasi mereka berdua yang berjudul The Foreign Duck, The Native Duck and God in a Coin Locker (judul asli: Ahiru to Kamo no Koinrokka). Film ini bercerita tentang seorang mahasiswa baru bernama Shiina (Hamada Gaku) yang baru saja pindah ke Sendai, tempat di mana ia memulai studinya. Pada saat ia sedang beres-beres di apartemen barunya sambil menggumamkan sebuah lagu, seorang pria menyapanya dengan sapaan “Dylan?” Rupanya pria tersebut menyadari bahwa lagu yang disenandungkan oleh Shiina adalah lagu milik Bob Dylan yang berjudul “Blowin’ in the Wind”. Pria yang ternyata tetangga sebelah kamar Shiina tersebut lalu mengundang Shiina ke kamarnya. Pria tersebut lalu memperkenalkan dirinya sebagai Kawasaki (Eita). Ia berpendapat bahwa suara Dylan adalah suara Tuhan, dan ia berkata bahwa suara Shiina mirip dengan suara Dylan. Obrolan mereka lalu berlanjut dengan membicarakan salah satu tetangga mereka yang lain yang sempat ditemui Shiina sebelumnya, di mana tetangga tersebut terlihat pendiam dan antisosial. Kawasaki memberitahu Shiina bahwa orang tersebut adalah orang asing asal Bhutan yang bernama Kinley Dorji (Tamura Kei). Kawasaki lalu bercerita bahwa Dorji masih mengalami kesedihan karena dua tahun yang lalu ia kehilangan pacarnya yang bernama Kotomi (Seki Megumi), yang tidak lain adalah mantan pacar Kawasaki. Untuk menghibur Dorji, Kawasaki ingin memberinya sebuah hadiah. Kawasaki berkata bahwa Dorji tidak bisa membaca huruf Jepang, dan dari dulu Dorji ingin mengetahui perbedaan antara kata Ahiru (foreign duck) dan Kamo (native duck), dan ia merasa bahwa kamus Kanji Garden dapat membantunya untuk menemukan perbedaan tersebut. Untuk itu, Kawasaki lalu meminta Shiina untuk membantunya mencuri kamus Kanji Garden dari sebuah toko buku. Mengapa harus mencuri dan bukannya membeli saja? Kawasaki berkata bahwa mencuri akan menimbulkan perasaan yang berbeda daripada membelinya. Akhirnya Shiina terbujuk juga untuk membantu Kawasaki. Pada suatu malam, dengan membawa dua buah pistol mainan, mereka berdua pergi ke sebuah toko buku untuk mencuri kamus Kanji Garden (Kawasaki yang masuk ke dalam untuk mencuri, sementara Shiina berjaga di luar).
Sehari setelah pencurian tersebut berhasil dilakukan, Shiina bertemu dan mengobrol dengan seorang wanita pemilik sebuah petshop yang bernama Reiko (Otsuka Nene). Sebelumnya, Kawasaki sempat memperingatkan dirinya agar tidak mempercayai semua yang diucapkan oleh wanita itu. Melalui obrolan tersebut, Shiina akhirnya mengetahui bahwa Kotomi ternyata pernah bekerja di petshop milik Reiko. Selain itu, Reiko juga sempat menyinggung kasus pembunuhan binatang peliharaan yang terjadi dua tahun yang lalu, dan memberitahu Shiina bahwa Kawasaki menderita sebuah penyakit. Terakhir, ia meminta Shiina untuk tidak mempercayai semua yang diucapkan Kawasaki.
Melalui dua sumber berbeda tersebut, Shiina mulai merasa ada yang aneh pada cerita-cerita tersebut. Ia juga merasa ada yang tidak beres pada diri Kawasaki. Apalagi, pria tersebut terlihat semakin mencurigakan karena setiap malam ia sering pergi entah ke mana dengan menggunakan mobilnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapakah Kawasaki sebenarnya? Apa yang sebenarnya terjadi pada Dorji?
Sama seperti Fish Story, film ini juga memuat sebuah misteri yang membuat kita penasaran. Di film ini, kita ditempatkan pada posisi yang sama dengan posisi Shiina, yaitu orang yang diseret pada cerita-cerita yang sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan dirinya. Namun, karena adanya kejanggalan pada cerita-cerita tersebut, mau tidak mau ia jadi dibuat penasaran dan ingin mengetahui cerita yang sebenarnya terjadi (meskipun hal itu tidak akan berpengaruh pada hidupnya). Misteri yang dihadirkan film ini memang cukup membuat penasaran, meskipun rasa penasaran di sini bukanlah rasa penasaran menggebu-gebu seperti ketika menonton film misteri yang lain seperti, katakanlah film Mother yang misterinya membuat saya penasaran abis-abisan dan merasa tegang sepanjang film berjalan. Film ini tidak memberikan rasa penasaran semacam itu, tidak menimbulkan perasaan tegang, tapi kita tetap ingin tahu mengenai apa yang sesungguhnya terjadi. Mungkin karena unsur misterinya dicampur dengan unsur komedi ya (meskipun komedi di sini lebih ke dark comedy). Karena itulah, menurut saya misteri yang ada di film ini agak berbeda dengan film-film misteri kebanyakan karena tidak menghasilkan perasaan yang biasanya dirasakan ketika kita menonton film yang murni misteri. Tapi meskipun begitu, saya lumayan menyukai misteri yang ditampilkan film ini, karena misterinya terasa orisinal dan juga unik.
Karena ini film misteri, maka tentunya kita akan dibawa pada satu atau lebih kejutan kan? Begitu juga dengan film ini. Sedikit demi sedikit kita akan dibawa pada berbagai macam kejutan mengenai kisah yang terjadi sebenarnya. Namun, kejutan di sini bukan tipe kejutan yang membelalakan mata, seperti ketika menonton film Mother. Dan juga bukan tipe kejutan yang memuaskan hati, seperti ketika menonton film Fish Story. Jadi, apakah filmnya jelek pris? Nggak, malah saya suka banget sama film ini. Dengan caranya sendiri, film ini berhasil menghadirkan kejutan yang meninggalkan suatu kesan tersendiri setelah menontonnya. Kejutannya terkesan manis, tapi juga pahit. Atau pahit, tapi juga manis. Dan yang pasti, film ini berhasil membuat saya merasa tersentuh dan bersimpati kepada tokoh-tokohnya, meskipun film ini tidak terlihat memiliki tendensi untuk menyentuh hati penontonnya.
Di luar unsur misteri, film ini juga memuat beberapa kritik sosial. Kritik di sini terhadap dua hal. Pertama, kritik terhadap orang Jepang yang sering kali berlaku buruk terhadap orang asing luar Jepang, terutama orang asing yang tidak bisa berbahasa Jepang. Sebelumnya memang saya sudah sering mendengar kalau orang Jepang itu agak-agak gimanaaaa gitu terhadap orang asing, karena mereka sangat bangga akan negaranya sendiri (misalnya dapat dilihat pada adegan ketika ada orang India (?) yang kebingungan mengenai rute bus dan tidak ada yang membantunya sama sekali). Kritik kedua adalah, kritik terhadap para pelaku penyiksaan binatang. Hal ini berkaitan dengan kasus pembunuhan binatang peliharaan yang terjadi dua tahun lalu di film ini. Saya suka penempatan kritik yang ada di film ini. Kritiknya ditempatkan secara samar dan tidak keras, tapi tetap membuat kita aware akan hal itu.
Mari kita beralih pada pemainnya. Para pemeran dalam film ini berhasil menampilkan akting yang memukau. Mulai dari Hamada Gaku (yang juga bermain dalam Fish Story dan Golden Slumber yang merupakan film duet Nakamura-Isaka juga) yang berhasil memerankan karakter Shiina, sosok mahasiswa baru yang polos dan inosen. Eita dengan tatapan manis sekaligus misteriusnya berhasil memerankan Kawasaki yang bisa dibilang merupakan karakter paling aneh dalam film ini. Seki Megumi dan Otsuka Nene juga menampilkan akting yang baik (terutama Otsuka Nene, yang berhasil memerankan sosok wanita yang terlihat misterius dan berkarisma). Jangan dilupakan kehadiran Matsuda Ryuhei, yang aktingnya berhasil mencuri perhatian meskipun porsi tampilnya tidak begitu banyak (dan jadi siapakah dia di sini? Tebak sendiri deh :D).
Overall, saya sangat menyukai film ini. Film ini berhasil meninggalkan perasaan yang berbeda dengan ketika kita menonton film bergenre misteri kebanyakan. Dan dengan caranya sendiri, film ini berhasil membuat saya merasa tersentuh dan terkesan. 4 bintang deh untuk film ini 🙂
Rating : 1 2 3 4 5
Gaku Hamada tampangnya culun banget. Kalau liat dia selalu aja inget sama perannya sebagai si psikopat serial killer dalam Golden Slumber. Psikopat koq tampangnya culun, lalu senang banget bilang, “Bikkuri shita!”
iya Gaku Hamada emang rada2 culun dan dia kayaknya emang spesialis peran culun. Tapi saya suka tuh perannya di Golden Slumber, rada2 beda aja sama perannya yg biasanya.
Baiklaaah, setelah nonton Golden Slumber –> Fish Story –> akhirnya saya sampai ke muvi ini.
TOP MARKOTOP! Gw suka sama film ini. Sebelomnya uda liat kalo lo ngereview, tapi gw merem. Ga mau baca ripiu sebelom nonton.
Terlepas dari ceritanya yang menarik, ada faktor2 yang bikin ini tambah sedap:
1. Eita looks so handsome in every role. Cupu, misterius, serem, freak (nodame), kocak, serius (soredemo ikite yuku). SUKA banget kalo rambutnya lepek berponi.
2. Matsuda Ryuhei membuatku tersedak saking charmingnya.
Twistnya bikin gw pause terus diem beberapa detik untuk mengumpulkan sel2 otak demi mencerna informasi. Blahahaha. Priiiiss rekomen pelem dooong mumpung gw masih banyak waktu luang nih.
yaay ada yang suka juga. Iya, Eita emang selalu cakep di mana-mana *bias*, dan di antara segala gaya rambutnya yg beraneka ragam, gw juga paling suka pas dia berponi! XD Matsuda Ryuhei emang charming! Coba tonton Ashita no Kita Yoshio deh, di situ dia kakkoi banget XD
Hmmm…rekomen pelem apa ya…Coba tonton All About Lily Chou-chou (alurnya lambat, lama, dan depressing sih, tapi gw suka banget. Plus ini film pertamanya Yu Aoi), Summer Time Machine Blues (pelemnya Eita & Ueno Juri. Filmnya bego tapi jenius), Rainbow Song (film tentang friendzoned, ada Yu Aoi-nya juga), Love Letter, Turtles Swim Faster than Expected, Adrift in Tokyo, Linda Linda Linda, Swing Girls, The Girl Who Leapt Through Time (anime movie), Summer Wars (anime movie), The Taste of Tea, Kisaragi, dan… apa lagi ya, segitu dulu deh 😀
Aduuuh Pris~ sekarang (sehari udah bikin perbedaan kondisi) uda ga banyak waktu luang lagi nih T________T
Dulu gw nonton pelem mikir jaman awal2 kuliah terus gak suka, belom waktunya suka pelem gituan deh.
Lily Chou2 uda donlot tinggal nonton, Summer Time uda ada belom ya.. Rainbow Song dulu nonton tapi ga ngerti dan jadinya ga suka, turtles swim faster juga dulu nontonnya langsung ditinggal, linda3 ga fokus banget nontonnya, the girl who leapt ntn live actionnya (suka!). Dudududu. Andai inet gw secepat komet ngesot~
Baiklah gw harus ntn Lily dan Linda dulu kalo begetoh.
Gw pengen deh date bareng Matsuda Ryohei dan Shota. Di tengah-tengah mereka. Aaaaah…surga dunia. (tapi rambutnya Shota harus persis kaya di Love Shuffle, gak mau yang alay poni gorden)
waaah, baiklah kalo begitu. sila ditonton kalo ada waktu 🙂
hahaha, kalo lo pengen nge-date sama Ryuhei + Shota, gw mau nge-date sama Eita & Kento aja ah, sama-sama adek kakak ganteng 😀
yaah palingan lo jadi babysitter anaknya Eita jugaaa 😀
gak apa2 deh jadi babysitter anaknya juga, siapa tahu anaknya jatuh cinta sama gw dan pengen gw yg jadi ibunya daripada si Kaela *mulai delusional*