Feeds:
Posts
Comments

Archive for April 6th, 2015

mondaiposter“I want to do good work. I just want to do good work. I want to feel excited. To be held breathless by the thrill, I want to encounter a moment like that.”

Jepang—negara yang katanya merupakan salah satu negara termaju di Asia, penghasil berbagai macam teknologi super canggih, di sisi lain tampaknya bukanlah tempat terbaik bagi perempuan yang ingin bekerja. Ya, paham patriarki yang sudah tertanam sejak zaman samurai dulu rupanya masih menempel di sebagian besar masyarakatnya. Hal tersebut tidak hanya berlaku dalam hubungan keluarga saja, tapi juga di dunia kerja, terutama di lingkungan kerja yang didominasi pria. Perempuan tidak mudah mengutarakan pendapatnya dan kerap kali mendapat diskriminasi atau pelecehan. Sampai-sampai diciptakan istilah “sekuhara” (yang merupakan kependekan dari “sexual harassment”) yang sempat menjadi buzzword di Jepang saking seringnya kata tersebut diucapkan. Lalu bagaimana ceritanya jika para perempuan kemudian memilih bangkit dan bersama-sama melawan ketidakadilan yang dilakukan para pria kepada mereka? Hal itu dapat kamu lihat di dorama berjudul Mondai no Aru Restaurant/A Restaurant With Many Problems ini.

Singkatnya, Mondai no Aru Restaurant bercerita tentang Tanaka Tamako (Maki Yoko), seorang perempuan yang berniat untuk mendirikan sebuah restoran setelah menemukan fakta bahwa salah seorang sahabatnya yang bekerja di perusahaan yang sama (yang bergerak di bidang food & beverage) mengalami pelecehan seksual yang serius dari direktur perusahaannya. Restoran tersebut ia dirikan di atas atap sebuah bangunan yang terletak tepat di seberang restoran yang dikelola bekas perusahaannya itu. Dengan mengajak beberapa temannya yang lain (lima perempuan dan satu gay crosdresser), tidak mudah bagi Tamako untuk mengelola restoran tersebut karena teman-temannya tersebut memiliki masalah dan kepribadian yang berbeda-beda. Lalu, apa yang akan terjadi pada Tamako selanjutnya? Apakah dia akan berhasil menyatukan teman-temannya dan berhasil mendirikan restoran yang sanggup bersaing dengan restoran yang dikelola oleh para lelaki?

vlcsnap-2015-04-06-20h11m16s20Mondai no Aru Restaurant ditulis oleh penulis skenario Sakamato Yuji, yang kali ini kembali mengetengahkan perempuan sebagai fokus utamanya setelah menulis dorama Mother dan Woman, dan menyuguhkannya dengan gaya komedi hitam seperti di Saikou no Rikon. Dan secara berani, dorama ini berhasil merangkum segala diskriminasi yang kerap kali dialami perempuan di lingkungan kerja, mulai dari yang tampak sepele sampai yang serius, dan tanpa perlu terlihat pretensius. Yang saya suka dari dorama ini seperti dari kebanyakan dorama Sakamoto Yuji lainnya adalah dorama ini dikendalikan oleh karakteristik para karakternya. Meskipun dorama ini memperlihatkan perjuangan para perempuan melawan ketidakadilan yang dilakukan para laki-laki, sosok para perempuan di sini (yang btw lebih mengacu pada identitas feminin dan bukan hanya perempuan yang memang terlahir sebagai perempuan karena mereka juga memasukkan karakter gay pada grup tersebut) tidak lantas digambarkan sempurna dan lebih baik daripada laki-laki. Kamu mungkin akan membenci salah satu dari mereka, atau mungkin akan merasa melihat dirimu sendiri pada salah satu dari mereka. Dan meskipun mereka berjuang untuk tujuan yang sama, mereka tidak lantas jadi saling menyukai satu sama lain. Dalam ‘perjalanan’ tersebut, mereka kerap kali menyakiti satu sama lain, dan proses bagaimana mereka berkembang dan akhirnya benar-benar bersatu menurut saya sangat indah.

vlcsnap-2015-04-06-20h08m50s67Untuk karakter para laki-lakinya sendiri, mereka memang terlihat seperti asshole pada awalnya. Tapi mereka menjadi seperti itu semata-mata karena paham patriarki yang tertanam pada benak mereka sejak dulu, sehingga buat saya musuh utama para perempuan di sini bukanlah para lelaki, tapi pemikiran para lelaki. Dan sedihnya paham tersebut rupanya juga tertanam pada benak sebagian perempuan, yang diwakili oleh karakter Kawana Airi (Takahata Mitsuki), satu-satunya perempuan di tim laki-laki yang selalu menerima-menerima saja perlakuan para laki-laki padanya sehingga membuatnya kerap kali dibenci oleh sesama perempuan. Perkembangan karakternya adalah salah satu yang paling saya suka di dorama ini. Saya juga suka melihat bagaimana ada beberapa karakter laki-laki di sini yang kemudian berkembang menjadi lebih baik, dan ada juga yang tetap sama saja, menunjukkan bahwa realita tidak seindah yang diharapkan.

vlcsnap-2015-04-06-20h02m41s229Karena dorama ini adalah character-driven drama, tentunya akting sangat berpengaruh dan menjadi kekuatan dorama ini. Dan entah kenapa cast yang bermain di doramanya Sakamoto Yuji selalu merupakan aktor/aktris favorit saya (casting director-san, are you stalking my tumblr? xD). Beberapa yang sudah pernah berakting di dorama Sakamoto Yuji sebelumnya seperti Maki Yoko (Saikou no Rikon), Nikaido Fumi (Woman) dan Usuda Asami (Woman) kembali menampilkan akting yang bagus di dorama ini. Para pemain yang baru bergabung ke ‘Team Sakamoto’ seperti Higashide Masahiro, Takahata Mitsuki, Suda Masaki (btw tiga orang ini sebelumnya pernah jadi satu keluarga di asadora Gochisousan XD), Matsuoka Mayu, Yasuda Ken, YOU, dkk pun menampilkan akting yang baik dan membuat saya berharap mereka akan kembali berakting di dorama Sakamoto Yuji berikutnya. Overall, dari segi cast gak ada yang mengecewakan di dorama ini. Dan saya bakal kecewa kalo salah satu dari mereka gak dapat award dari dorama ini, hihi.

vlcsnap-2015-04-06-20h03m45s92Untuk kekurangannya, sebagian mungkin merasa kecewa karena permasalahan paling serius di dorama ini yang menyangkut karakter Fujimura Satsuki (Kikuchi Akiko) terlihat sedikit dikesampingkan. Namun saya tidak begitu terganggu dengan hal itu dan penyelesaian untuk permasalahan itu buat saya sudah diperlihatkan dengan tepat. Yang bikin saya kecewa malah karena karakter Haiji-san (Yasuda Ken) tidak disorot terlalu banyak jika dibandingkan dengan karakter-karakter lainnya. Padahal saya ingin mengetahui lebih lanjut mengenai diskriminasi kaum gay di Jepang. Namun secara keseluruhan kekurangan yang ada pada dorama ini tidak begitu mengganggu saya dalam menikmati dorama ini. Untuk endingnya pun, meskipun terkesan antiklimaks tapi saya suka tone-nya yang menenangkan karena sebelumnya kita sudah disuguhi banyak adegan dramatis (which is in a good way), dan membuat saya merasa sediiiiih sekali karena harus berpisah dengan para karakternya.

Overall, Mondai no Aru Restaurant adalah dorama yang menerapkan semangat feminisme secara tepat. Dorama ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa perempuan harus lebih baik dari laki-laki. Dorama ini hanya ingin mengatakan bahwa perempuan adalah manusia biasa, sama seperti laki-laki, dan yang mereka inginkan hanyalah mereka ingin bekerja bersama-sama dengan para lelaki tanpa ada diskriminasi dan pelecehan. Pendekatan komedi yang terdapat pada dorama ini pun membuat dorama ini juga menjadi sangat menghibur. Salah satu yang terbaik di musim pembuka tahun ini. Highly recommended!
Rating : 1 2 3 4 4,5 5

Read Full Post »