Feeds:
Posts
Comments

Archive for June, 2011

Para penggemar film (terutama yang fanatik) mungkin sudah tidak asing dengan nama Wong Kar-Wai, seorang sutradara asal Hong Kong yang namanya tidak hanya harum di negerinya sendiri saja, tapi juga di dunia perfilman internasional. Tapi sebagai penggemar film yang masih cupu, saya baru mengenal sutradara satu ini sekitar satu tahun yang lalu, tepatnya lewat karyanya yang berjudul My Blueberry Nights (2007) yang merupakan debut pertamanya di dunia perfilman hollywood. Dan saya jatuh cinta pada film itu, meskipun banyak penggemar Wong Kar-Wai yang mengatakan bahwa  film tersebut adalah karyanya yang terburuk. Kemudian saya menonton salah satu karya beliau lagi yang berjudul In The Mood For Love. Sama seperti My Blueberry Nights, saya tidak dikecewakan oleh film ini. Malah saya menganggap film itu sebagai salah satu film terbaik yang pernah ada di dunia ini (kapan-kapan saya bakal bikin reviewnya deh). Namun, sayangnya, setelah itu saya kesulitan untuk menemukan film-film Wong Kar-Wai yang lain. Lalu beberapa hari yang lalu, kebetulan saya menemukan salah satu filmnya yang lain yang sudah lama saya cari, yaitu Chungking Express (yang akan saya review ini). Dan lagi-lagi, Wong Kar-Wai membuat saya kembali jatuh cinta pada karyanya.

Chungking Express sendiri memiliki sedikit kemiripan tema dengan My Blueberry Nights, yaitu sama-sama bercerita tentang orang(-orang) yang baru patah hati. Film ini sendiri memiliki dua kisah (atau segmen) yang saling bersentuhan tapi tidak memiliki kaitan yang cukup penting selain kesamaan latar dan tema “patah hati”-nya. Kisah pertama bercerita tentang He Zhiwu (diperankan dengan gantengnya oleh Takeshi Kaneshiro), seorang polisi yang baru saja putus dari pacarnya setelah lima tahun berpacaran. Wu sendiri tampak tidak bisa melupakan mantan pacarnya tersebut. Ia lalu mencoba untuk menghubungi May (nama mantan pacarnya), namun sayangnya tidak pernah berhasil. Untuk mengusir kesedihannya, Wu jadi punya kebiasaan melakukan jogging. Katanya, jogging akan membuatnya berkeringat banyak sehingga tidak ada air yang tersisa untuk membuatnya menangis 😀 Lalu pada suatu malam di sebuah bar, Wu memutuskan untuk benar-benar move on. Ia memutuskan akan jatuh cinta pada wanita yang pertama dilihatnya di bar tersebut. Lalu, wanita macam apa yang akan dilihatnya pertama kali di bar tersebut? Apakah ia akan benar-benar jatuh cinta kepadanya dan berhasil melupakan May?

Sementara itu, kisah yang kedua juga sama-sama bercerita tentang polisi yang baru saja patah hati. Polisi yang ini (diperankan dengan guaaantengnya oleh Tony Leung) tidak diketahui namanya. Identitasnya hanya ditunjukan melalui kode polisinya yang bernomor 663. Ia baru saja diputuskan oleh pacarnya yang seorang pramugari. Hampir setiap malam, ia sering pergi ke suatu kios untuk membeli makanan. Diam-diam, salah satu pegawai kios tersebut yang bernama Faye (Faye Wong) jatuh cinta padanya. Lalu, suatu hari, mantan pacar si polisi datang ke kios tersebut dan menitipkan surat untuk polisi tersebut kepadanya (ke si pemilik toko sih tepatnya). Surat tersebut ternyata berisi kunci apartemen si polisi. Ketika si polisi itu datang, ia menolak untuk menerima surat itu, sehingga surat tersebut terus disimpan oleh Faye. Setelah itu, diam-diam Faye sering menyelinap masuk ke apartemen si polisi dengan menggunakan kunci dalam surat tersebut (waktu si polisinya lagi kerja). Untuk apa ia melakukan itu? Apa yang terjadi jika si polisi mengetahui bahwa apartemennya diam-diam dimasuki tanpa izin? Tonton aja kakaak.

Saya sukaaaaaaa sekali dengan film ini. Beautiful and sweet, itu adalah salah dua kata yang tepat untuk menggambarkan film ini. Menurut saya ini adalah salah satu film termanis yang pernah saya tonton (dan tipe film ‘manis’ emang selera saya banget). Adegan-adegannya banyak yang memorable. Dan sama seperti dengan dialog-dialog di My Blueberry Nights, dialog-dialog dalam film ini juga sangat berkesan dan ‘jleb’ banget di hati (dan rasanya pengen saya quote satu-satu di sini).

Ceritanya sendiri sebetulnya sangat sederhana. Patah hati dan jatuh cinta adalah dua buah perasaan yang lumrah dialami setiap orang, bukan? Ketika orang patah hati, salah satu obat terbaik bukankah dengan jatuh cinta kembali? Seperti itulah film ini. Film ini menunjukan bahwa patah hati bukanlah akhir dari segalanya, toh jika kita sabar suatu saat kita pasti akan jatuh cinta kembali dan menemukan cinta yang baru. Oh ya, biarpun ini film tentang orang patah hati, abis nonton film rasanya saya jadi kepengen jatuh cinta #eaa. Ajaib bukan?

Seperti yang saya bilang sebelumnya, cerita film ini tergolong sederhana. Tapi biarpun sederhana, kesederhanaannya tidak menjadikan film ini menjadi film biasa. Wong Kar Wai berhasil mengemas film ini menjadi suatu tontonan yang cantik, artistik, dan unik *eh, berima*. Padahal latar yang disajikan hanya berupa kios makanan biasa, pasar yang penuh sesak, apartemen yang berantakan, dan tempat-tempat lainnya yang tergolong biasa saja. Tapi banyak hal, mulai dari pergerakan kamera sampai gesture para pemerannya, yang membuat film ini menjadi terlihat begitu cantik dan membawa kita pada pengalaman sinematik yang mengesankan (pengalaman sinematik yg hampir mirip juga saya rasakan pada In The Mood For Love). Penempatan musik yang sangat tepat juga menjadi salah satu faktor penting yang membuat film ini menjadi luar biasa.

Untuk bagian akting, semua pemain dalam film ini berakting dengan sangat bagus dan total. Mulai dari Brigitte Lin yang terlihat cool sekali di sini, Takeshi Kaneshiro yang sangat meyakinkan sebagai pria yang masih belum lupa pada mantannya, Faye Wong yang cuek dan tomboy, dan Tony Leung yang terlihat menyimpan luka terpendam. Saya suka sama semua pemerannya, terutama Tony Leung yang berhasil membuat saya jatuh cinta lewat film ini. Biarpun gak ganteng amat, menurut saya Tony Leung ini punya pesona yang membuat saya terheran-heran kenapa ada cewek waras yang mau mutusin cowok macam begini. Hihi. Terus terus, karakter kedua yang saya suka adalah karakter Faye yang diperankan Faye Wong. Saya suka sekali karakternya yang cuek dan tomboy ini (btw penampilan fisiknya mengingatkan saya pada Ueno Juri di Last Friends) dan juga usahanya untuk menarik perhatian si polisi. Super sweet.

Cuman sayangnya menurut saya kedua kisah dalam film ini tidak disajikan dengan porsi yang seimbang. Saya lumayan suka sama kisah pertamanya (durasinya sekitar 30 menit), tapi begitu pindah ke kisah kedua (durasinya sekitar satu jam), saya jadi mendadak agak lupa sama kisah pertamanya karena pikiran saya jadi lebih fokus pada kisah yang kedua. Begitu beres nonton pun, saya cuma terngiang-ngiang sama kisah yang kedua . Jadi kalo kisah kedua ini dipisah dan dijadikan film sendiri, saya pasti akan kasih lima bintang untuk film ini. Tapiii, karena kisah pertamanya gak senampol kisah kedua, jadi saya kasih 4,5 bintang aja deh (4 bintang untuk kisah pertama dan 5 bintang untuk kisah kedua) :D. Highly recommended 🙂

Rating : 1 2 3 4 4,5 5

Read Full Post »

1. Hello Ghost (South Korea, 2010)

Well, saya nonton ini karena katanya ini film komedi dan kebetulan otak saya lagi mumet dan saya lagi butuh sesuatu yang bisa bikin saya ketawa. Apalagi nama Cha Tae-Hyun (My Sassy Girl) sebagai pemeran utamanya semakin membuat saya yakin bahwa film ini akan menjadi sangat menghibur. Hello Ghost sendiri bercerita tentang seorang pria sebatang kara bernama Sang-man yang baru saja gagal bunuh diri. Setelah kegagalannya tersebut ia jadi bisa melihat makhluk halus. Ada empat hantu yang bisa dilihatnya, dan keempat hantu ini selalu mengikutinya ke sana ke mari. Karena hantu-hantu tersebut selalu membuatnya kerepotan (karena selain mengikuti, mereka juga selalu meminjam tubuh Sang-man), Sang-man lalu berjanji untuk memenuhi keinginan mereka yg belum terpenuhi asalkan mereka mau pergi setelah Sang-man memenuhi janjinya tersebut. Lalu bagaimana selanjutnya? Apakah Sang-man berhasil memenuhi janjinya? Apakah hantu-hantu tersebut akan pergi dari kehidupan Sang-man? Well, pas menit-menit pertama nonton saya rada kecewa sama film ini, karena tadinya saya membayangkan film ini akan berhasil mengocok perut saya. Kenyataannya? Tidak ada satupun tawa keluar dari mulut saya. Jadi filmnya jelek pris? Nggak kok. Bagian komedi-nya menurut saya memang gagal (tapi selera humor setiap orang pasti berbeda-beda kan?) dan menurut saya film ini rada membosankan di satu jam pertama. Tapi tunggu dulu, bersabarlah menunggu akhirnya. Awalnya saya udah mau ngasih penilaian rendah ke film ini, tapi begitu sampai ke bagian akhir, saya benar-benar dikejutkan oleh endingnya yang tidak terduga dan sangat mengharukan. Dan ekspresi datar saya selama menonton film ini tiba-tiba berubah aja dong menjadi ekspresi mewek karena endingnya tersebut. Kekuatan film ini memang ada pada endingnya, yang menjadikan film ini menjadi membekas di hati dan tidak hanya sekadar numpang lewat saja. Oh ya, kabarnya Chris Colombus (Harry Potter 1 & 2) tertarik untuk membuat adaptasi dari film ini loh 😀 3,75/5

2. Lars and The Real Girl (2007)

Lars (Ryan Gosling), adalah seorang pria antisosial yang senang sekali menyendiri. Saking antisosialnya, diajak makan sama kakak iparnya sendiri, harus dipaksa dengan berbagai macam cara terlebih dahulu. Lalu bagaimana jika seorang antisosial seperti Lars tiba-tiba punya pacar? Semua orang tentunya akan senang karena itu artinya Lars mulai membuka diri pada orang lain. Namun ternyata, ‘pacar’ di sini bukanlah manusia normal seperti yang kita kira. ‘Pacar’ baru Lars ini memang cantik (mirip Angelina Jolie kalo kata saya), tapi dia hanyalah berupa boneka plastik (sex doll gitu namanya) yang tentunya sama sekali bukan makhluk bernyawa. Tapi Lars menganggap Bianca (nama boneka tersebut) benar-benar hidup, dan sifat antisosialnya mulai sedikit berkurang sejak ada Bianca. Lalu, apa yang selanjutnya akan terjadi? Apakah Lars akan sadar bahwa Bianca hanyalah sebuah boneka? Apakah ia akan menemukan perempuan nyata yang sebenarnya? Menurut saya, ide cerita film ini sangat menarik. Saya juga suka akting Ryan Gosling di sini, yang rada beda sama aktingnya di film-filmnya yang lain (The Notebook, Blue Valentine). Menurut saya, yang menarik dari film ini adalah bagaimana perlakuan orang-orang di sekitar Lars di mana mereka sama sekali tidak mencemooh keanehan yang ada pada diri Lars, melainkan malah ikut berakting menganggap Bianca benar-benar ada demi ‘kesembuhan’ Lars.  Tapi biarpun ide ceritanya sangat menarik, sayangnya film ini disajikan dengan sangat datar sehingga filmnya jadi rada membosankan dan bikin saya hampir ketiduran berkali-kali. Konflik yang ada terasa kurang nendang dan datar. Padahal dengan ide cerita yang unik tadi, menurut saya film ini masih bisa dibuat jadi lebih menarik lagi. 3/5

 3. Triangle (2009)

Doyan film yang mengandung banyak twist tak terduga? Silakan tonton film ini, karena twist yang ada di sini tidak hanya muncul sekali atau dua kali, melainkan banyak. Menonton film ini rasanya seperti sedang menelusuri sebuah lingkaran setan yang tidak pernah berujung (yeah, biar judulnya “segitiga”, tapi kan sama-sama gak berujung juga yes?). Bercerita tentang seorang perempuan bernama Jess (Melissa George), yang suatu hari pergi berlayar bersama teman-temannya. Lalu, di tengah laut tiba-tiba badai menyerang dan menyebabkan kapal yang mereka naiki tidak bisa digunakan lagi. Di tengah kebingungan mereka, tiba-tiba ada kapal pesiar besar mendekati mereka. Apakah itu menandakan mereka beruntung? Tidak juga, karena segala keanehan mulai terjadi begitu mereka menaiki kapal yang tidak terlihat di mana penghuninya tersebut. Sosok misterius muncul dan menyerang mereka semua. Jess menjadi satu-satunya yang bertahan. Lalu, apakah penderitaan Jess di kapal tersebut akan berakhir? Yap, saya sudahi ceritanya di sini karena takutnya bakalan spoiler. Biarpun ratingnya di IMDb hanya 6,8,  menurut saya ini adalah salah satu thriller terbaik yang pernah saya tonton. Film ini memang bukan tipe film yang memperlihatkan banyak darah. Unsur ketegangan yang dihadirkan pun tidak tergolong dahsyat (tapi saya lumayan tegang nontonnya). Lalu, apa kelebihan dari film ini? Ya itu tadi, twist-twist tidak terduga dan teka-teki yang terkandung dalam film ini. Yang nonton pasti akan dibuat bingung dan pasti akan ngedumel dalam hati: “kok bisa gitu? Kok bisa gini?” Tapi tunggu dulu, perhatikan film ini dengan baik-baik. Banyak detail kecil yang mungkin terlihat tidak penting, tapi rupanya merupakan kunci untuk menjawab misteri yang ada dalam film ini. Film ini juga mengandung banyak penyimbolan (dari judulnya aja udah kerasa penyimbolannya) yang menjadikan film ini tidak berakhir sebagai sekadar thriller biasa. Yeah overall film ini menurut saya bukan film yang cuma bisa sekadar asal ditonton, tapi juga harus dipecahkan (teka-tekinya), karena film ini sama sekali tidak menyediakan jawaban langsung seperti film-film bertwist kebanyakan. Film ini hanya menyediakan petunjuk-petunjuk. Dan ketika kita berhasil menemukan jawabannya, kamu akan merasakan sebuah sensasi kepuasan yang akan membuat kamu terkagum-kagum pada film ini. 4/5

Read Full Post »