Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘takeuchi yuko’

Tahun 2011 lalu, sutradara Jepang Mitani Koki (The Magic Hour) merilis dua buah proyek dalam waktu yang berdekatan. Dua buah proyek tersebut adalah sebuah film bioskop berjudul Suteki na Kanashibari (bisa disingkat menjadi Sutekana) dan sebuah tanpatsu (dorama yang terdiri dari kurang lebih satu sampai dua episode saja, semacam FTV gitu deh) yang berjudul Suteki na Kakushidori (bisa disingkat menjadi Sutekaku). Yang akan saya review kali ini adalah tanpatsunya yang berjudul Sutekaku, yang tampaknya dibuat dalam rangka menyambut rilisnya Sutekana. Meskipun memiliki judul yang hampir mirip, Sutekaku sendiri tidak memiliki hubungan dengan Sutekana dari segi ceritanya. Namun, kedua proyek tersebut sama-sama memiliki cast yang sama (Fukatsu Eri, Nishida Toshiyuki, Takeuchi Yuko, dll).

Sutekaku bercerita tentang seorang concierge hotel bernama Saijo Mie (Fukatsu Eri). Seperti pekerjaan concierge hotel pada umumnya, ia ditugaskan untuk memenuhi permintaan-permintaan dari para pelanggan hotelnya. Permintaan itu bisa apa saja, mulai dari yang normal sampai yang absurd sekalipun. Mulai dari permintaan macam memesankan reservasi di restoran sampai permintaan untuk menjadi model foto untuk salah satu pelanggan hotel yang seorang fotografer. Seorang concierge tidak boleh mengatakan “tidak” pada pelanggannya. Ia diwajibkan untuk memenuhi segala permintaan pelanggannya, meskipun permintaan tersebut adalah permintaan yang sifatnya tidak mungkin dikabulkan.

Saijo adalah seorang concierge yang baru bekerja selama satu bulan. Ia sendiri merasa dirinya tidak cocok dengan pekerjaan tersebut. Tanpatsu ini bercerita tentang usaha Saijo dalam memenuhi permintaan dari berbagai macam pelanggan hotelnya (yang kebanyakan orang-orang kaya yang memesan suite room) secara bergantian. Para pelanggan tersebut memiliki latar belakang dan permintaan yang berbeda-beda. Ada pelanggan yang berprofesi sebagai seniman (diperankan Asano Tadanobu) yang meminta Saijo untuk memberi inspirasi untuk karya barunya, ada sutradara (diperankan Mitani Koki yang merupakan sutradara film ini) yang baru merilis film barunya dan meminta Saijo untuk memuji-muji filmnya, ada seorang guru masak (diperankan Takeuchi Yuko) yang sebenarnya tidak bisa memasak sama sekali dan meminta Saijo untuk membantunya berlatih memasak, dan masih banyak lagi pelanggan lainnya. Lalu, apakah Saijo akan berhasil memenuhi permintaan-permintaan aneh para pelanggannya tersebut? Apakah dia memang tidak cocok dengan pekerjaannya sebagai concierge?

Menonton Sutekaku bagi saya rasanya tidak seperti menonton film cerita pada umumnya, tapi seperti menonton acara komedi di televisi. Hal itu dikuatkan dengan gaya kameranya yang dibikin ala-ala candid camera, sehingga adegan-adegan dalam tanpatsu ini memiliki kesan yang real meskipun memiliki cerita yang aneh. Ya, tanpatsu ini memang terasa seperti sebuah eksperimen komedi, di mana kelucuannya dihasilkan dari interaksi Fukatsu Eri dengan pelanggan hotel yang berbeda-beda. Meskipun scripted, tapi banyak adegan yang terkesan sebagai improvisasi dan tampaknya tidak ada di skenarionya (seperti adegan Takeuchi Yuko kepeleset, itu saya yakin banget jatuhnya gak sengaja dan gak ada di skenario). Hal itu membuat tanpatsu ini menjadi sangat fun dan asik ditonton.

Seperti yang saya saya bilang sebelumnya, kelucuan di sini dihasilkan dari interaksi antara tokoh yang diperankan Fukatsu Eri dengan para pelanggan hotelnya. Dan yang paling saya suka, pelanggannya kayaknya gak ada yang normal sama sekali 😀 Salut untuk para aktor dan aktris yang berperan sebagai pelanggan di sini, mulai dari Asano Tadanobu, Nishida Toshiyuki, Kusanagi Tsuyoshi, Takeuchi Yuko, dan masih banyak lagi (termasuk beberapa cameo seperti Nakai Kiichi dan Abe Hiroshi). Mereka semua berhasil memerankan perannya masing-masing dengan baik (dan membuat saya membayangkan mereka pasti mengalami proses syuting yang menyenangkan, mengingat sutradaranya sendiri keliatannya emang kocak). Tapi tentu saja yang paling membuat tanpatsu ini menjadi begitu hidup adalah Fukatsu Eri. Saya sukaaa banget sama akting dan karakternya di sini. Fukatsu Eri sangat sukses memerankan Saijo yang ekspresif dan kadang kepedean. Dan interaksinya dengan pemain-pemain lainnya sangat kocak dan menarik untuk disimak. Dan gara-gara tanpatsu ini, saya jadi pengen tahu seperti apakah pekerjaan concierge yang sebenarnya 😀

Tanpatsu satu episode yang memiliki durasi kurang lebih 107 menit ini sendiri tampaknya memang dibuat sebagai sekadar hiburan dan lucu-lucuan saja (dan untuk promosi Sutekana). Jadi, jika kamu menonton ini dengan tujuan untuk mencari makna yang mendalam atau semacamnya, siap-siap kecewa deh. Tapi sebaliknya, jika kamu memang mencari hiburan ringan yang bisa bikin ketawa, maka ini adalah tontonan untuk anda (meskipun saya tidak menjamin kamu akan menyukai tanpatsu ini. Film/drama Jepang itu punya gaya komedi yang lain daripada yang lain. Jadi sebagian mungkin gak bakal nangkep apa lucunya dan menganggap ini aneh. Tapi jika sudah terbiasa menonton film/drama komedi buatan Jepang seperti saya, maka kamu mungkin akan menyukai tanpatsu ini). Well, segini aja review dari saya. Secara keseluruhan sih saya sangat menyukai tanpatsu ini (yang membuat saya semakin ingin menonton Sutekana, yang trailernya ditampilkan sesudah tanpatsu ini). Jadi, 4 bintang deh 🙂

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

Jika ada orang yang sangat menyukai makan siang lebih dari apapun, orang itu pastilah Mugita Natsumi (Takeuchi Yuko). Natsumi sangaaat menyukai makan siang. Baginya, makan siang adalah hal utama yang membuat dirinya bersemangat. Pada suatu hari, di saat ia sedang menyantap makan siangnya di suatu restoran, seorang pria tak dikenal menariknya keluar dan membawanya ke suatu tempat. Pria yang ternyata pelanggan di coffee shop tempat Natsumi bekerja itu mengatakan bahwa ayahnya saat ini sedang sakit. Dan ia yang sudah dua tahun tidak berhubungan dengan ayah serta keluarganya itu ingin pulang dan membangun kembali hubungannya dengan keluarganya. Oleh karena itu, pria itu meminta Natsumi untuk pura-pura menjadi tunangannya, karena ia butuh alasan agar bisa pulang. Awalnya, Natsumi menolak mentah-mentah permintaan pria aneh tersebut. Namun, dengan iming-iming berupa “the best Omurice in all of Japan” (makanan kesukaan Natsumi), Natsumi pun menuruti permintaan pria bernama Kenichiro (Tsutsumi Shinichi) tersebut. Mereka berdua pun pergi ke rumah keluarga Kenichiro yang ternyata merupakan restoran bernama “Kitchen Macaroni”.

Namun, kedatangan Kenichiro rupanya tidak disambut baik oleh keluarganya. Ternyata, dua tahun yang lalu Kenichiro kabur dari rumah dengan membawa uang 5 juta yen yang merupakan penghasilan dari restoran tersebut. Natsumi pun berusaha membela Kenichiro. Namun, setelah pembelaan yang ia lakukan, nyatanya Kenichiro malah kabur lagi setelah mencuri uang dari kasir restoran. Natsumi jadi merasa bersalah karena mau-maunya dimanfaatkan oleh Kenichiro. Di sisi lain, ia juga jatuh cinta pada Kitchen Macaroni (sebelumnya Natsumi sempat mencoba dan langsung jatuh cinta pada Omurice buatan restoran itu). Oleh karena itu, keesokkan harinya Natsumi datang lagi ke Kitchen Macaroni, dan meminta untuk diizinkan tinggal dan bekerja di tempat itu sambil menunggu Kenichiro kembali. Permintaan tersebut pada awalnya ditentang oleh orang-orang di restoran tersebut (btw, Kitchen Macaroni ini adalah restoran  yang dikelola ayah Kenichiro beserta anak-anaknya *adik-adik Kenichiro* dan sudah berdiri sejak 30 tahun yang lalu). Namun, setelah beberapa hal terjadi, akhirnya Natsumi diizinkan juga tinggal bersama mereka di situ. Dan yang menarik adalah, setelah beberapa lama Natsumi tinggal dan bekerja di situ, satu persatu adik dari Kenichiro diceritakan mulai jatuh cinta pada Natsumi. Btw adik-adik Kenichiro ini adalah (1) Yujiro (Eguchi Yosuke) si anak kedua yang keras kepala dan pada awalnya sangat menentang ide Natsumi untuk tinggal bersama mereka, (2) Junzaburo (Tsumabuki Satoshi), anak ketiga yang polos dan selalu membela Natsumi, dan terakhir (3) Koshiro (Yamashita Tomohisa), si bungsu yang masih sekolah dan kecil-kecil sudah playboy. Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya pada Natsumi? Apakah dia akan jatuh cinta pada salah satu dari mereka? Apakah rahasianya sebagai tunangan palsu Kenichiro suatu saat akan terbongkar? Tonton aja deh.

Ide cerita tentang satu cewek dikelilingi pria-pria tampan memang umum ditemukan pada dorama atau manga Jepang (contoh lain: Hanakimi, Atashinchi no Danshi, Hana Yori Dango). Meskipun begitu, cerita seperti ini menurut saya tetap menarik untuk ditonton karena selalu ditampilkan dengan kemasan yang menarik dan menghibur. Lunch Queen (judul asli: Lunch no Joou) adalah salah satu dorama dengan tema tersebut yang menjadi favorit saya. Namun, dorama ini bukan tipe dorama yang cuma menjual cowok ganteng dan kisah cinta saja, tapi juga menjual cerita yang menarik serta akting dan karakteristik yang kuat.

Ya, akting dan karakteristik, itulah yang paling saya suka dari dorama ini. Semua karakter dalam dorama ini menurut saya memiliki karakteristik yang sangat menarik dan gampang disukai. Mulai dari Natsumi si tokoh utama, yang merupakan karakter perempuan yang kuat dan tidak mudah menyerah. Saya suka banget karakter ini, dan menurut saya wajar banget kalo adik-adik Kenichiro pada jatuh cinta sama dia. Dan Takeuchi Yuko sangat berhasil memerankan tokoh ini (oh iya, mbak Yuko ini kayaknya cocok jadi mc acara kuliner, karena tiap adegan dia lagi makan, makanan yg keliatan biasa aja entah kenapa keliatannya kayak enak banget). Karakter-karakter lain seperti karakter adik-adiknya Kenichiro pun tidak kalah menarik. Dan yang paling saya suka adalah, karakter-karakter pria di dorama ini adalah tipe karakter yang akan sering kita temui di dunia nyata. Biasanya kan di dorama ikemen macam gini, karakter cowoknya sering digambarin sempurna dan “menyilaukan”, pokoknya too good to be true lah. Tapi di sini gak kayak gitu, karakternya tetep normal dan sangat manusiawi (yg bikin saya kadang-kadang gak nganggep dorama ini sebagai dorama ikemen). Tapi, meskipun karakter-karakter cowoknya terbilang normal, bukan berarti karakter-karakter cowoknya jadi gak menarik. Saya suka banget sama karakter-karakter cowoknya, terutama karakter Junzaburo yang diperankan dengan sangat baik oleh Tsumabuki Satoshi (yang bikin saya betah banget nonton dorama ini, hehe).  Tapi karakter-karakter lainnya juga pada menarik kok, dan para aktor dalam dorama ini hampir semuanya berhasil memerankan perannya masing-masing dengan baik, mulai dari Eguchi Yosuke, Tsutsumi Shinichi, Yamada Takayuki, Morita Go, sampai Ito Misaki. Paling cuma Yamapi alias Yamashita Tomohisa yang agak kurang aktingnya karena ekspresinya yang selalu datar, tapi gak sampai mengganggu keseluruhan dorama ini kok. Btw, di sini juga ada Eita loooh, jadi peran kecil yang setiap episode munculnya gak sampe lima menit sih, tapi tentu saja saya harus mencantumkan namanya pada review ini *halah*.

Selain karakter, dorama ini juga memiliki cerita yang sangat menarik. Ceritanya sebenernya sederhana, tapi untungnya berhasil digarap dengan baik sehingga dorama ini menjadi sangat asik ditonton dan tidak membosankan. Selain itu, saya juga suka sama unsur komedinya, yang meskipun bukan tipe komedi yang bisa bikin saya tertawa terbahak-bahak, tapi lumayan bisa bikin saya nyengir-nyengir unyu. Untuk kisah cintanya, saya pun sukaaaa banget. Saya sangat suka interaksi Natsumi dengan karakter cowok-cowok di dorama ini, terutama interaksinya dengan Junzaburo, yang bikin saya gemes banget. Tapi seperti yang saya bilang, kisah cinta sepertinya bukanlah jualan utama dorama ini, karena sampai akhir kisah cintanya tetap digambarkan menggantung. Dorama ini lebih ingin menunjukkan bagaimana makanan bisa menimbulkan kebahagiaan dan harapan pada diri orang lain, yang dalam hal ini tidak hanya ditunjukkan melalui tokoh Natsumi serta Junzaburo dan saudara-saudaranya saja, tapi juga melalui karakter-karakter pelanggan di restoran itu. Dan buat yang suka dorama bertemakan makanan, pasti suka banget dorama ini (dan gak mungkin gak ngiler abis nonton dorama ini). Oh iya melalui dorama berjumlah 12 episode ini saya jadi menyimpulkan bahwa orang Jepang itu kayaknya sangat menghargai makanan ya. Coba deh Indonesia, bikin film/sinetron tentang makanan gitu kek. Kita kan punya berbagai macam makanan yang beraneka rupa, dan menurut saya bakal menarik kalo dijadiin tema film/sinetron.

Overall, Lunch Queen adalah dorama yang sangat menarik dan menghibur. Segala unsur yang ada di dorama ini berhasil ditampilkan dengan baik, dan yang pasti dorama ini adalah tipe dorama yang akan sering saya tonton ulang. Ja, 4 bintang 🙂

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

Ada pepatah yang mengatakan bahwa yang telah pergi tidak akan mungkin kembali. Ya, ‘pergi’ di sini maksudnya meninggal dunia. Orang yang telah meninggal tidak akan mungkin kembali merasakan kehidupan di dunia sebagaimana ketika ia hidup. Tapi tidak dengan film ini. Apa yang akan kamu lakukan jika orang yang kamu sayangi, yang telah meninggal setahun yang lalu, tiba-tiba muncul kembali di hadapanmu?  Itulah yang menjadi premis dasar dari film Jepang dengan judul Ima, Ai ni Yukimasu atau lebih terkenal dengan judul Be With You ini. Dan ngomong-ngomong, ini bukan film horror 😀

Film ini bercerita tentang seorang pria bernama Aio Takumi (Shidou Nakamura) yang hanya tinggal berdua dengan anak laki-lakinya, Yuji (Akashi Takei), yang masih berusia 6 tahun. Ia kehilangan istrinya, Mio (Yuko Takeuchi), yang telah meninggal setahun yang lalu karena sakit. Meskipun sudah satu tahun berlalu, Takumi dan Yuji masih merasakan kehilangan yang teramat besar dan tidak bernah berhenti merindukan sosok Mio. Apalagi, Yuji memiliki keyakinan bahwa ibunya pasti akan kembali, karena sebelum meninggal Mio pernah berjanji bahwa ia akan kembali pada musim hujan satu tahun kemudian, sesuai dengan cerita pada buku cerita bergambar yang dibuatnya sendiri.

Musim hujan pun tiba. Di hari pertama di musim hujan, Takumi menemani Yuji ke hutan dekat rumah mereka untuk mencari time capsule yang pernah Yuji sembunyikan bersama ibunya. Dan, di hutan tersebut, mereka menemukan seorang perempuan dengan penampilan fisik yang sama persis dengan Mio. Namun, perempuan tersebut sama sekali tidak mengenali Takumi, Yuji, bahkan dirinya sendiri, serta tidak mengingat apa yang telah terjadi sebelumnya. Takumi pun menjelaskan pada perempuan tersebut bahwa namanya adalah Mio, dan dia adalah istrinya sekaligus ibu dari Yuji. Takumi pun membawa Mio ke rumahnya. Dan, meskipun tidak ingat apa-apa (termasuk tidak mengetahui bahwa dirinya sebenarnya sudah meninggal setahun yang lalu), Mio tetap berusaha menjalankan perannya sebagai ibu di rumah tersebut. Ia pun berusaha mengingat-ingat kembali dengan cara menanyakan pada Takumi tentang masa lalu mereka, seperti bagaimana mereka bisa bertemu, berpacaran sampai akhirnya menikah. Dan, meskipun ia tetap tidak bisa mengingat, sedikit demi sedikit Mio mulai merasakan kenyamanan di rumah tersebut dan mulai mencintai Takumi lagi. Hal tersebut tentunya menimbulkan kebahagiaan dan semangat baru bagi diri Takumi dan Yuji. Namun, apakah kebahagiaan tersebut akan berlangsung lama? Mengingat berdasarkan cerita bergambar yang dibuat Mio, Mio akan menghilang bersamaan dengan selesainya musim hujan. Jadi, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah Mio akan tetap bersama mereka atau kembali ‘pergi’ seperti pada cerita bergambar tersebut? Tonton aja deh 😀

Touching. Itu adalah salah satu kata yang tepat untuk menggambarkan film ini. Film ini sangat menyentuh dan meninggalkan kesan yang dalam di hati saya. Menonton film ini membuat saya menangis, tapi menurut saya film ini bukanlah tipe film cengeng. Film ini mengalir dengan begitu sederhana dan tanpa perlu adegan yang berlebihan. Seperti ketika Takumi dan Yuji menemukan Mio, reaksi mereka memang terkejut, tapi sama sekali tidak berlebihan. Selain itu, yang membuat saya menyukai film ini adalah bumbu fantasi yang menghiasi film ini, yang membuat film ini terasa beda dari film-film romantis kebanyakan.

Yang paling saya suka dari film ini adalah kisah cinta antara Takumi dan Mio sebelum mereka menikah. Kisah cinta mereka sangat sederhana dan bisa dibilang sangat lambat, dan perjalanan mereka sampai akhirnya bisa menikah menurut saya manis sekali. Selain itu, kisah cinta mereka disajikan melalui dua sudut pandang, yaitu sudut pandang Takumi dan Mio (bikin saya jadi inget sama komik serial cantik berjudul Album Kenangan :D), yang bikin film ini semakin manis karena kita bisa tahu apa yang ada di benak mereka berdua. Pemeran Takumi dan Mio waktu masih SMA juga sangat mirip dengan mereka berdua ketika dewasa, terutama yang memerankan Takumi muda.

Kelebihan lainnya dari film ini adalah film ini tidak hanya bercerita tentang kisah cinta antara pria dan wanita saja, tapi juga cinta dalam keluarga. Yang perlu kita sorot di sini adalah tokoh Yuji, anak Takumi dan Mio yang masih berusia 6 tahun. Tokoh ini adalah salah satu tokoh penting yang membuat film ini jadi hidup. Saya suka melihat interaksinya dengan Takumi dan juga dengan Mio. Di sini keliatan banget kalo Yuji sangat menyayangi kedua orang tuanya. Misalnya ketika Mio sudah meninggal dan Yuji jadi dirawat sendiri saja oleh Takumi. Meskipun masih kecil, Yuji mampu menerima kekurangan-kekurangan ayahnya dan tidak bersikap egois. Mau deh punya anak kayak gini, hihi. Akashi Takei dengan usianya yang masih sangat kecil sangat sukses memerankan karakter Yuji dengan sangat sempurna. Lalu, bagaimana dengan Shidou Nakamura dan Yuko Takeuchi? Mereka pun sukses memerankan karakter masing-masing. Shidou Nakamura berhasil memerankan Takumi, seorang pria dengan fisik yang agak lemah dan sering kali merasa rendah diri, tapi memiliki hati yang sangat baik sehingga saya gak heran karakter Mio bisa jatuh cinta padanya. Yuko Takeuchi pun sukses memerankan Mio, seorang wanita yang sangat lembut dan keibuan. Chemistry antara keduanya pun sangat pas. Kabarnya, gara-gara film ini, mereka jadi menjalin hubungan cinta ‘beneran’ dan menikah pada tahun 2005, tapi sayangnya pernikahan tersebut hanya bertahan setahun karena akhirnya mereka bercerai *eh jadi ngegosip*.

Selain hal-hal di atas, bagian endingnya juga menjadi salah satu bagian terbaik dari film ini dan akan memberi pencerahan bagi para penonton yang bertanya-tanya mengapa karakter Mio bisa muncul kembali setelah setahun kematiannya. Seperti apakah endingnya? Tonton aja sendiri kalo mau tahu 😀 Yang jelas, saya sangat merekomendasikan film ini untuk para penyuka film, terutama penyuka tipe-tipe film romantis dan manis yang bercerita mengenai kekuatan cinta sejati *tsaaah*. Film ini juga menurut saya adalah salah satu film Jepang paling romantis yang pernah saya tonton, selain Love Letter-nya Shunji Iwai yang juga sama romantisnya (ngomong-ngomong yang suka Love Letter pasti suka juga film ini). Highly recommended! 🙂

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »