Setelah bertahun-tahun menonton film dan dorama Jepang, tahun ini saya mencoba untuk menonton dua jenis tontonan lain yang berasal dari negeri sakura itu. Apa itu? Well, masih dalam lingkup dorama sih tapi cuma beda format aja. Yak, dua jenis tontonan itu adalah taiga drama dan asadora yang keduanya sama-sama ditayangkan di channel NHK. Untuk taiga drama saya memilih drama Atsu-Hime, sedangkan untuk asadora saya memilih drama Carnation. Di postingan kali ini saya mencoba untuk mereview Carnation dulu ya (review Atsu-Hime menyusul).
Sebelum memulai reviewnya, mari saya jelaskan dulu apa maksud dari Asadora. Asadora alias “drama pagi” adalah dorama yang ditayangkan setiap pagi selama enam hari dalam seminggu, dengan jumlah episode mencapai 150-an episode. Wah, banyak amat kayak sinetron! Tenang tenang, meskipun jumlah episodenya ratusan, setiap episode dari asadora hanya memiliki durasi 15 menit saja. Jadi asadora tidak akan menyiksa batin kamu seperti yang biasa sinetron lakukan. Biasanya asadora bercerita tentang apa sih? Asadora biasanya bercerita tentang perjalanan hidup seseorang (biasanya wanita) dari sejak kecil sampai tua (dan meninggal). Mungkin masyarakat Indonesia yang sudah pada berumur tidak asing dengan drama Jepang berjudul “OSHIN”. Nah, itu adalah salah satu contoh dari asadora. Intinya, asadora adalah drama seri yang bercerita tentang perjalanan hidup seorang wanita yang menginspirasi.
Carnation merupakan kisah fiksi yang terinspirasi dari perjalanan hidup Koshino Ayako, seorang desainer terkenal yang merupakan ibu dari Koshino sisters (Koshino Hiroko, Koshino Junko, Koshino Michiko), tiga orang desainer terkenal Jepang yang karirnya sudah mendunia. Pada tahun 2006 lalu, Koshino Ayako menghembuskan napas terakhirnya di usia ke-92. Dan di tahun 2011 lalu, Asadora yang dibuat berdasarkan kisah hidupnya telah ditayangkan. Tokoh utama yang sosoknya terinspirasi dari Koshino Ayako ini punya nama Ohara Itoko, diperankan oleh aktris Ono Machiko.
Cerita dari asadora berjumlah 151 episode ini dimulai pada era Taisho, tepatnya pada tahun 1924, bertempat di daerah Kishiwada, Osaka. Ohara Itoko yang saat itu masih berusia 11 tahun adalah seorang anak dari pedagang kimono bernama Ohara Zensaku (Kobayashi Kaoru). Itoko sangat menyukai festival Danjiri, sebuah festival tahunan yang menjadi kebanggaan warga Kishiwada, dan punya cita-cita ingin menjadi Carpenter (orang yang mengendarai Danjiri). Namun, ia diberitahu bahwa perempuan tidak mungkin bisa mengendarai Danjiri. Suatu hari, cita-citanya sebagai Carpenter teralihkan ketika ia melihat sebuah pesta di kediaman kakeknya di Kobe. Itoko terkagum-kagum melihat pakaian yang dikenakan orang-orang (yang merupakan orang-orang barat) di pesta tersebut yang sangat berbeda dengan kimono yang ia kenakan. Itoko akhirnya mengetahui bahwa pakaian yang dikenakan orang-orang barat itu memiliki nama “dress”. Dan sejak saat itu Itoko bercita-cita ingin membuat pakaian ala barat. Ketika menginjak usia remaja, secara tidak sengaja Itoko melihat sebuah benda aneh yang kemudian diketahuinya sebagai “mesin jahit” di sebuah toko. Dan sejak saat itu Itoko memutuskan mesin jahit sebagai Danjiri yang bisa ia kendarai.
Dalam usahanya untuk memperjuangkan cita-citanya sebagai pembuat pakaian ala barat, Itoko kemudian memutuskan untuk keluar dari sekolahnya dan bekerja di toko yang menyimpan mesin jahit yang pertama dilihatnya. Perjuangan Itoko tentunya tidak berhenti sampai di situ. Banyak tantangan yang ditemuinya, mulai dari ayahnya si pedagang kimono tidak laku yang membenci pakaian orang barat, dipecat dari tokonya, sampai masa perang dunia ke 2 yang mengambil banyak nyawa dari orang-orang yang disayanginya. Lalu, apa lagi yang akan terjadi pada Itoko? Apakah ia akan terus membuat pakaian ala barat sepanjang hidupnya? Tonton aja deh 🙂
Pertama-tama saya mau bilang kalo saya cintaaaaa banget sama asadora ini dan gak nyesel karena milih drama ini sebagai asadora pertama yang saya tonton setelah bertahun-tahun absen (asadora pertama yang saya tonton: Suzuran. Pernah ditayangin di TV Lokal). Awalnya saya milih nonton drama ini cuma karena theme songnya yang dibawakan Shiina Ringo, dan gak nyangka kalo drama ini bisa sebegitu menghipnotis saya. Apa yang membuat saya sangat mencintai drama ini dan menganggap drama ini sebagai sebuah masterpiece? Mari kita lihat.
- Temanya, yaitu tentang perjalanan seorang desainer pakaian ala barat pada masa di mana orang-orang masih banyak yang menggunakan kimono sebagai pakaian sehari-hari (terutama di daerah tempat Itoko tinggal) .
Apalagi Itoko adalah anak seorang pedagang kimono, sehingga cita-citanya tersebut sangat jelas melawan arus. Dan gini-gini juga saya suka banget ngeliat baju-baju bagus, hihi. Yang jelas, saya jatuh cinta sama dress-dress bergaya vintage yang dirancang Itoko (fyi, baju-baju rancangan Itoko yang ditunjukkan di drama ini merupakan baju-baju asli yang dirancang Koshino Ayako). Jadi, jika kamu pecinta fashion (terutama pecinta baju vintage), sangat-sangat disarankan untuk menonton drama ini.
- Drama ini memiliki jalan cerita dan skenario yang sangat bagus.
Jalan ceritanya enaaaaak banget diikutin. Mulai dari Itoko kecil, remaja, dewasa, sampai tua, gak ada satu bagian pun yang bikin bosen. Banyak sekali kejadian yang dialami Itoko sepanjang hidupnya, dan yang jelas kejadian-kejadian tersebut berhasil membuat saya merasakan berbagai macam perasaan ketika menontonnya. Senyum, tawa, haru, gregetan, sedih, tangis, adalah berbagai macam ekspresi dan perasaan yang saya rasakan ketika menonton drama ini. Well, intinya ini adalah tipe drama yang akan selalu melekat di hati penontonnya. Menonton drama ini rasanya seperti menemukan sebuah keluarga atau sahabat akrab. Kita akan dibuat peduli untuk mengikuti ceritanya, tokoh-tokohnya, dan banyak hal lainnya, sebagaimana kita memedulikan keluarga/sahabat kita. Tidak hanya itu, saya pun dibuat ingin ikut serta, ingin ikut masuk ke dalamnya, dan hidup bersama mereka.
- Osaka sebagai latar belakangnya.
Latar belakang drama ini adalah kota Osaka (tepatnya di daerah Kishiwada), dan kayaknya ini pertama kalinya saya nonton drama Jepang yang lokasi utamanya bertempat di Osaka. Ada perasaan yang berbeda ketika menonton drama ini dibandingkan dengan drama Jepang dengan latar belakang daerah lain (seperti Tokyo misalnya). Mungkin karena perbedaan dialek ya. Dialek Osaka emang terdengar sangat khas. Dan, orang-orang Osaka itu keliatannya ‘rame’ banget ya. Mungkin kesannya orang-orang Osaka itu kasar dan blak-blakan (karena pengaruh dialek juga kali ya), tapi itu malah yang bikin drama ini jadi menarik, dan karakter-karakternya jadi cepet berasa akrab sama penontonnya. Kalau ada dorama Jepang yang lokasi utamanya di Osaka selain Carnation, kasih tahu saya ya 😀
- Karakterisasi dan akting para pemainnya.
(Untuk karakter Itoko, bakal saya omongin di satu bagian tersendiri) Yak, karena episodenya banyak, jadi banyak karakter yang diperkenalkan di drama ini. Mulai dari anggota keluarga Itoko: ayahnya yang galak, ibunya yang ceroboh, neneknya, dan ketiga adik perempuannya. Ada juga keluarga Yasuoka tetangga mereka: Tamae-Obachan, Taizo-niichan, Kansuke, Yaeko-san. Lalu ada Yoshida Natsu (Kuriyama Chiaki), mantan teman sekelas Itoko yang punya hubungan yang sangat aneh dengannya (dibilang sahabat bukan, musuh juga bukan). Tokoh-tokoh lainnya ada teman-teman Zensaku, keluarga ibu Itoko di Kobe, Masa-chan dan para pekerja di tokonya Itoko, dan masih banyak lagi. Itoko sendiri nantinya akan menikah dan berkeluarga. Adalah Masaru-san (Suruga Taro), mantan teman kerjanya yang kemudian menjadi suaminya. Pernikahan mereka membuahkan tiga anak perempuan (Yuko, Naoko, Satoko), yang nantinya akan mengikuti jejak Itoko sebagai desainer. Saya sangat menyukai karakter-karakter yang ada di dorama ini. Tapi yang paling saya suka dari semua tokoh di drama ini (selain Itoko) adalah karakter Suo Ryuichi yang diperankan Ayano Go. Karakter ini baru muncul di episode 80-an, dan kemudian menjadi salah satu orang paling berarti bagi Itoko. Secara keseluruhan, semua pemain di dorama ini semuanya menunjukkan akting yang bagus. Porsi tampilnya pun pas. Bahkan karakter yang munculnya cuma selewat-selewat dan seolah tidak penting seperti Harutaro (Koizumi Kotaro) saja cukup meninggalkan kesan yang kuat.
- The heroine, Ohara Itoko.
Last but not least, yang membuat drama ini menjadi sangat menarik dan spesial tentu saja tokoh utama kita, Ohara Itoko. Itoko is the heart of this drama. Itoko bukanlah tipe karakter utama Asadora yang klise. Well, masih inget drama Legal High-nya Sakai Masato? Di drama itu tokoh Mayuzumi dipanggil dengan sebutan “Asadora heroine”. Melalui drama itu saya menyimpulkan bahwa asadora heroine itu punya tipikal karakter yang naïf, berhati bersih, pokoknya kayak malaikat lah. Tipe karakter kayak gitu menurut saya sangat membosankan. Dan untungnya Ohara Itoko tidak jatuh pada tipikal karakter seperti itu. Kadang-kadang ia memang bisa keliatan naïf. Tapi ia juga bisa galak, keras kepala, dan seenaknya sendiri (mungkin karena orang Osaka begitu semua kali ya :D). Meskipun begitu, Itoko tetap bisa menjadi karakter yang dicintai oleh penontonnya tanpa harus terlihat suci bak malaikat. Itoko adalah seorang pekerja keras, dan karakter ini menunjukkan bahwa seorang perempuan seperti dia pun bisa berdiri di kakinya sendiri (apalagi dia hidup di era di mana perempuan masih sering dianggap sebelah mata). Selain sebagai wanita yang bekerja, ia juga adalah ibu dan kepala keluarga, dan sukses mendidik ketiga anaknya menjadi para perempuan yang berkarakter. Hmm, mungkin saya membuat Itoko terlihat seperti perempuan super ya? Tapi tidak kok, di balik segala kelebihan dan keunikannya, karakter ini sama sekali tidak digambarkan sebagai karakter yang super sempurna dan masih sangat mungkin ada di dunia nyata. Hal itulah yang membuat saya sangat menyayangi karakter ini.
Sang aktris sendiri, yaitu Ono Machiko sangat berhasil memerankan karakter satu itu. Saya rasa berakting di Asadora bukanlah hal yang mudah. Asadora mencapai 150-an episode dan membuat penonton tertarik untuk mengikuti sampai akhir tentunya adalah pekerjaan sulit, terutama bagi pemeran utamanya. Dan Ono Machiko sangat berhasil membuat karakter Itoko ini menjadi sangat hidup dan memorable. Ia memerankan Itoko sejak Itoko masih berusia belasan tahun sampai 50 tahun-an (Ono Machiko sendiri aslinya berusia 30 tahun). Dan perkembangannya (kepribadian sampai fisik) terlihat sangat believable. Malah saya sampai nangis di episode terakhir Ono Machiko berperan sebagai Itoko (selanjutnya digantikan Natsuki Mari yang memerankan Itoko dari usia 72 tahun). Rasanya gak rela gitu berpisah dengannya. Untungnya Natsuki Mari berhasil melanjutkan peran Itoko ini dengan tidak kalah cemerlangnya di 20 episode terakhir. Kedua aktris ini sendiri masing-masing mendapat penghargaan atas akting mereka sebagai Ohara Itoko (best actress untuk Ono Machiko, special award untuk Natsuki Mari).
Overall, Carnation adalah asadora yang sangat berkesan untuk saya. Saking berkesannya, setelah menonton ini saya jadi merasa hampa dan bengong terus. Rasanya sediiih banget karena harus berpisah dengan drama ini (rasanya seperti kehilangan orang yang disayangi mungkin? :D). Jadi, 5 bintang deh untuk drama ini. Masterpiece 🙂
Rating : 1 2 3 4 5