Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘koizumi kyoko’

saigoposterYoshino Chiaki (Koizumi Kyoko) adalah seorang perempuan berusia 45 tahun yang sampai saat ini masih sendiri dan sudah lama tidak merasakan hubungan percintaan. Perempuan yang bekerja sebagai produser drama tv ini pun memutuskan untuk pindah rumah ke sebuah kota kecil bernama Kamakura untuk menikmati kesendiriannya dengan tenang. Di rumah barunya itu, ia bertetangga dengan sebuah keluarga yang dikepalai oleh seorang duda satu anak berusia 50 tahun yang bernama Nagakura Wahei (Nakai Kiichi). Pertemuan pertama pria yang bekerja di City Hall itu dengan Chiaki sedikit meninggalkan kesan yang buruk, sehingga setiap kali mereka bertemu obrolan mereka selalu diisi dengan berbagai macam perdebatan. Lalu ada Noriko (Ijima Naoko), adik perempuan Wahei yang berusia sama dengan Chiaki. Noriko sendiri sudah berumah tangga dan tidak tinggal di Kamakura. Namun, permasalahannya dengan keluarganya membuat ia sering datang dan menginap di rumah Wahei. Sementara itu, dua adik terakhir Wahei adalah sepasang anak kembar bernama Shinpei (Sakaguchi Kenji) dan Mariko (Uchida Yuki). Shinpei adalah seorang pria baik hati yang menganggap dirinya sebagai ‘volunteer’ bagi para perempuan kesepian seperti Chiaki. Sementara saudara kembarnya, Mariko, adalah perempuan introvert yang senang melakukan eksperimen terhadap sebuah dating site. Apa yang akan terjadi selanjutnya pada kehidupan baru Chiaki di kota tersebut? Apakah kisah cinta akan kembali menghampirnya? Tonton aja deh.

saigokara1Ada satu dialog di dorama ini yang kira-kira berbunyi begini: “orang-orang berusia 20 tahunan tidak akan tertarik menonton kisah cinta orang-orang yang sudah berusia 40-50 tahunan”. Dan dengan berat hati saya harus menyatakan ketidaksetujuan terhadap pernyataan tersebut, karena buktinya saya sangat menikmati dorama yang berjudul Saigo Kara Nibanme no Koi ini. Yeah, Saigo Kara Nibanme no Koi (judul bahasa Inggris: Second to Last Love) adalah sebuah dorama bertema komedi romantis yang melibatkan orang-orang yang sudah berusia sekitar 40 sampai 50 tahunan. Sepintas memang terasa kurang menarik bagi para penonton berusia muda, tapi meskipun begitu saya sendiri sangat menikmati dorama ini dari awal sampai akhir. Ceritanya sih sebenarnya tidak ada yang istimewa dan sudah banyak diangkat ke banyak dorama (misal: Around 40), yaitu tentang perempuan single di usia yang sudah tidak muda lagi yang tiba-tiba mengalami kehidupan percintaan lagi. Kehidupan percintaan di sini pun sebenarnya adalah kehidupan percintaan yang dapat dibilang lambat dan mungkin terasa tipikal: perempuan dan pria bertemu dan berdebat setiap saat namun sebenarnya saling menyimpan perasaan cinta yang tidak disadari. Sungguh klise dan terasa kekanakan karena tokoh utamanya saigokara2berusia lebih dari kepala empat, bukan? Namun, ceritanya yang klise dan tidak dapat dibilang original itu berhasil ditutupi dengan skenarionya yang benar-benar lucu dan cerdas. Pertengkaran dan perdebatan antara Chiaki dan Wahei bukanlah perdebatan yang bikin sebel, tapi malah menghibur karena perdebatan tersebut diisi dengan dialog yang lucu, menggelitik, dan turut membuat penonton turut berpikir (dan sedikit mengingatkan saya pada perdebatan-perdebatan antara Abe Hiroshi dan Natsukawa Yui di Kekkon Dekinai Otoko). Selain dialognya dengan Wahei, dialog Chiaki dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti dua sahabatnya yang sesame single, para pekerja di kantornya, dan adik-adik Wahei juga tidak kalah lucu dan turut menghidupkan dorama ini. Oleh karena itu, bukan sebuah kejutan lagi ketika Okada Yoshikazu (penulis skenario drama ini) mendapatkan penghargaan Best Screenwriter berkat skenario dorama ini.

saigokara4Permasalahan-permasalahan yang meliputi kehidupan Chiaki dan Nagakura Family pun menurut saya lucu dan menghibur. Chiaki sendirinya awalnya tertarik pada Shinpei, pria dengan julukan “angel” yang selalu berusaha membuat orang lain bahagia dan menerima permintaan apapun dari Chiaki selama ia tidak diharuskan berkomitmen. Shinpei sendiri menyimpan sebuah rahasia yang menjadi alasannya untuk tidak terikat dengan seorang perempuan. Hubungan Chiaki dengan Shinpei merupakan salah satu langkah awal dari Chiaki untuk mencari cinta yang sebenarnya. Selain Wahei dan Shinpei, ia juga dihadapkan pada permasalahan-permasalahan lain yang melibatkan anggota keluarga Nagakura lainnya, seperti Noriko yang sering merasa sebal pada Chiaki karena kehidupannya yang lebih baik darinya (dan suaminya yang sempat ‘tertarik’ pada Chiaki), dan Mariko yang tiba-tiba merasakan suatu ‘perasaan khusus’ terhadap Chiaki. Permasalahan dalam dorama ini juga tidak hanya seputar Chiaki saja. Wahei pun turut tertimpa sebuah masalah (atau keberuntungan?) ketika ia ditawari omiai (semacam perjodohan) dengan dua orang perempuan yang merupakan ibu dan anak. Bagian omiai ini menurut saya merupakan salah satu bagian paling lucu dan saya suka ekspresi Nakai Kiichi dalam usahanya menolak  ibu dan anak tersebut 😀

saigokara3Selain didukung skenario yang bagus, dorama ini juga didukung dengan jajaran castnya yang sempurna. Koizumi Kyoko (one of my favorite obasan joyuu) sudah tidak perlu diragukan lagi lah ya aktingnya, begitu juga dengan Nakai Kiichi yang berperan sebagai ‘lawan debat’-nya Chiaki. Ijima Naoko dan Sakaguchi Kenji juga turut bermain bagus di sini, tapi yang menjadi kejutan bagi saya adalah Uchida Yuki yang berperan sebagai Mariko, si bungsu berpenampilan aneh dan berkelakuan awkward. Karakter yang diperankannya merupakan karakter yang paling saya suka di dorama ini. Dan perkembangan yang terjadi pada karakter ini pun menurut saya adalah perkembangan yang paling tidak terduga.

Overall, saya sangat menyukai dorama ini. Dialog, interaksi, dan suasana-suasana yang ada di dorama ini (btw saya juga jadi pengen tinggal di Kamakura :D) sangat mendukung cerita yang sebenarnya sudah basi tersebut menjadi sebuah tontonan yang sangat menghibur. Well, ada juga sih hal yang menurut saya menjadi kelemahan dorama ini, seperti bagaimana dorama ini sepertinya ingin sekali menunjukkan bahwa pasangan yang benar-benar serasi adalah pasangan yang selalu berdebat setiap kali bertemu (dan ini bukan hanya ditunjukkan melalui karakter Wahei+Chiaki saja). Tapi secara keseluruhan, dorama ini menurut saya tetep recommended banget, terutama untuk pecinta romantic comedy dengan skenario yang berkualitas. Jadi, 4 bintang deh untuk dorama ini.

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

“Manhattan” dalam dorama ini adalah nama sebuah coffee shop yang terletak tepat di seberang sebuah stasiun televisi. Coffee shop ini dimiliki oleh seseorang yang biasa dipanggil Tenchou/manager (diperankan Matsuoka Masahiro). Tenchou (yang sebenarnya lebih ingin dipanggil dengan “master”) adalah seorang barista yang sangat mencintai kopi buatannya, dan yang ia inginkan hanyalah pelanggan café-nya bisa menikmati kopi buatannya. Namun, sejak stasiun televisi di seberang Café Manhattan didirikan, mulai bermunculan pelanggan-pelanggan ‘aneh’ yang datang ke coffee shop-nya bukan dengan tujuan untuk menikmati kopinya, sehingga hal tersebut selalu membuat Tenchou kesal. Tenchou sendiri adalah pria pendiam yang hampir tidak pernah bicara (dan lebih sering berbicara menggunakan suara hatinya). Ia sendiri tidak sendirian dalam mengelola cafenya. Ada Shinobu (Tsukamoto Takashi), satu-satunya pelayan di Café Manhattan yang keberadaannya sangat menolong pekerjaan Tenchou di café tersebut.

Yang menjadi permasalahan dalam dorama ini adalah ketika Tenchou mulai punya hobi “menguping” pembicaraan para pelanggannya. Melalui hobi mengupingnya tersebut, ia menyadari bahwa beberapa pelanggan dalam café tersebut saling terlibat dalam love affair yang sangat kompleks. Btw, pelanggan-pelanggan tersebut adalah: (1) supir taksi perempuan bernama Akabane Nobuko (Koizumi Kyoko); (2) seorang penari bernama Bessho Hideki (Oikawa Mitsuhiro); (3) penulis skenario dorama bernama Chikura Maki (Morishita Aiko); (4) seiyuu/voice actor bernama Doigaki Satoshi (Matsuo Suzuki); dan (5) seorang pembawa berita ramalan cuca bernama Emoto “Emo-yan” Shiori (Sakai Wakana). Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya pada hubungan cinta segi banyak tersebut? Apa yang akan dilakukan Tenchou terhadap permasalahan cinta yang dialami para pelanggannya tersebut? Dan, apakah dia akan turut serta ke dalam ‘siklus cinta’ para pelanggannya tersebut? Tonton aja deh 😀

Setelah menonton Kisarazu Cat’s Eye dan Tiger & Dragon (reviewnya kapan-kapan ya), saya jadi penasaran sama dorama yang ditulis Kudo Kankuro yang lainnya. Pilihan saya lalu jatuh pada dorama ini karena saya ingin tahu bagaimana hasilnya jika Kudo Kankuro menulis cerita romance. Dan ya, di tangannya, cerita romance biasa pun bisa menjadi suatu tontonan yang unik dan tidak biasa. Dari adegan pertama dalam dorama ini, yaitu adegan Akabane mengendarai taksi-nya dengan penumpang yang berbeda-beda (yang menampilkan beberapa cameo, salah satunya cameo karakter Master *Sato Ryuta* dari dorama Kisarazu Cat’s Eye), saya sudah yakin bahwa saya akan sangat menyukai dorama ini. Dan dugaan tersebut ternyata benar. Saya sukaaaa banget sama dorama ini. Ini adalah salah satu dorama yang berhasil bikin saya ngakak terus dari awal sampai akhir. Tidak diragukan lagi, Kudo Kankuro memang pantas disebut sebagai salah satu penulis komedi terbaik di Jepang, karena ia selalu berhasil menyajikan humor-humor yang benar-benar lucu dan berkesan melalui skenario yang ditulisnya.

Unsur komedi memang menjadi kekuatan utama dorama ini. Kelucuan-kelucuan yang ada di dorama ini selain dihasilkan dari skenarionya yang memang bagus juga dihasilkan dari karakteristik serta interaksi antar tokoh-tokohnya. Yang paling lucu tentu saja karakter Tenchou yang diperankan dengan sangat baik oleh Matsuoka Masahiro (drummer band Tokio). Hal-hal yang ia ucapkan di dalam hatinya, ekspresi dan gerak-gerik yang ia keluarkan, dan sifatnya yang sangat kaku adalah salah satu yang membuat dorama ini menjadi sangat lucu. Dan saya suka sekali dengan bagaimana ia kemudian terlibat dan secara tidak langsung membantu permasalahan cinta yang dialami para pelanggannya (meskipun nanti ujung-ujungnya dia juga yang dibantu). Namun, yang paling bersinar di dorama ini tentunya adalah Koizumi Kyoko yang memerankan Akabane si supir taksi. Sebelumnya saya terbiasa melihat Koizumi Kyoko berperan sebagai karakter-karakter yang serius seperti di Shokuzai dan Hanging Garden, makanya di dorama ini saya agak takjub karena  aktris satu ini ternyata cocok juga bermain dalam film/dorama komedi. Aktingnya adalah yang terbaik dari semuanya. Dia berhasil menghidupkan karakter Akabane yang punya kepribadian yang sangat unik. Pada suatu saat ia bisa terlihat sebagai perempuan yang galak dan menyeramkan, tapi di saat yang lain ia bisa tiba-tiba berubah menjadi perempuan centil yang bertingkah laku seperti ABG (terutama ketika sedang jatuh cinta). Tidak heran Koizumi Kyoko berhasil mendapatkan penghargaan Best Supporting Actress melalui perannya dalam dorama ini. Selain mereka berdua, karakter-karakter lainnya juga turut memiliki karakteristik yang menarik, meskipun mungkin agak kurang menarik bagi kamu yang berharap akan menemukan pemain yang cakep dan cantik (dan muda) seperti yang biasa ada di dorama bergenre romance (tapi masih ada Tsukamoto Takashi kok yang bisa jadi eye candy buat cewek-cewek). Para pemain di sini bukan tipe pemain yang luar biasa cakep dan cantik, tapi hal itu malah bikin karakter-karakternya lebih believable meskipun ceritanya sulit dibayangkan untuk terjadi di dunia nyata.

Dari segi cerita, saya pun sangat menyukai ceritanya, meskipun mungkin terkesan agak ribet karena menghadirkan cerita cinta segi banyak. Dan menurut saya ini adalah salah satu dorama terbaik yang menggambarkan cerita cinta segi banyak (saingannya mungkin cuma Love Shuffle yang sama-sama komedi). Di sini kita bisa melihat bahwa pada awalnya si A mungkin menyukai si B dan si B menyukai si C dan si C menyukai si D dan si D menyukai si E, tapi hal tersebut bukan berarti berlaku mutlak dan bisa saja suatu saat berubah. Untuk hal ini, saya ucapkan salut lagi pada Kudo Kankuro karena berhasil menyajikan perubahan-perubahan pada siklus cinta tersebut dengan natural dan gak maksa. Selain itu, dorama berjumlah 11 episode ini juga berhasil memberikan berbagai macam kejutan yang tidak disangka-sangka di setiap episodenya, dan membuat penonton menjadi selalu penasaran ingin tahu bagaimana kelanjutan ceritanya. Kejutan-kejutannya tersebut pula lah yang membuat dorama ini menjadi semakin menyenangkan untuk ditonton.

Overall, menurut saya Manhattan Love Story adalah salah satu dorama terlucu yang pernah saya tonton (kelucuannya hampir mendekati Kisarazu Cat’s Eye, yang merupakan dorama terlucu nomor satu saya). Tambahan, dorama ini juga berhasil memborong 8 penghargaan pada 39th Television Drama Academy Award, yaitu pada kategori  Best Drama, Best Supporting Actress (Koizumi Kyoko), Best Theme Song, Best Scriptwriter (Kudo Kankuro), Best Directors, Best Musical Arrangement, Best Casting, dan Best Opening. Ja, 4,5 bintang deh. Highly recommended.

Rating : 1 2 3 4 4,5 5

Read Full Post »

Ada yang ingat dengan film Confessions (Kokuhaku)? Film Jepang garapan Nakashima Tetsuya itu bisa dibilang merupakan salah satu film Jepang favorit saya sepanjang masa. Film yang bercerita tentang pembalasan dendam seorang ibu yang anaknya dibunuh tersebut merupakan adaptasi dari novel yang ditulis oleh Minato Kanae. Di tahun 2012 ini, satu lagi novel karya Minato Kanae, yaitu Shokuzai (The Atonement), difilmkan. Namun, tidak seperti Confessions, Shokuzai tidak diadaptasi menjadi film layar lebar, melainkan menjadi mini seri berjumlah lima episode yang ditayangkan oleh channel WOWOW. Kali ini, orang yang bertugas mengadaptasi novel ini ke layar kaca adalah Kurosawa Kiyoshi, yang sebelumnya sudah sering menyutradarai beberapa film yang sudah diakui kualitasnya, seperti Tokyo Sonata dan Cure.

Shokuzai sendiri masih memiliki kemiripan dengan Confessions, yaitu sama-sama bercerita tentang seorang ibu yang anak perempuannya dibunuh. Anak perempuan tersebut bernama Emiri yang merupakan seorang murid baru (kelas 4 SD) di suatu sekolah. Pada suatu hari, ketika ia sedang bermain dengan empat orang temannya, seorang pria menghampiri mereka. Pria (yang wajahnya tidak diperlihatkan) tersebut mengatakan ia sedang membetulkan kipas yang ada di gymnasium sekolah mereka, dan ia meminta tolong Emiri untuk membantunya karena ada bagian yang tidak bisa ia jangkau. Emiri lalu pergi bersama pria itu. Namun, setelah beberapa lama, Emiri tidak kembali juga. Empat temannya yang khawatir pun lalu menyusul ke gymnasium. Dan sesampainya di sana, Emiri sudah terbujur kaku di lantai gymnasium tersebut.

Adachi Asako (Koizumi Kyoko) yang merupakan ibu dari Emiri tidak sanggup menerima kenyataan atas kematian putrinya tersebut. Belum lagi, pelaku pembunuhan anaknya sama sekali tidak tertangkap, dan empat teman Emiri yang merupakan saksi mata pelaku pembunuhan Emiri mengatakan mereka tidak ingat dengan wajah pembunuh tersebut. Pada suatu hari, tepatnya pada hari ulang tahun Emiri, Asako mengundang empat orang teman Emiri tersebut ke rumahnya. Rupanya Asako tidak bisa memaafkan mereka berempat. Pada pertemuan tersebut Asako berkata pada mereka: “I won’t forgive you. Find the suspect for me. Otherwise, you’ll have to pay. Until the crime solve, I’ll never forgive any of you. You can’t escape from your sins.”

15 tahun berlalu setelah perjanjian tersebut. Empat orang teman Emiri telah tumbuh dewasa dan memiliki kehidupan masing-masing. Yang pertama adalah Kikuchi Sae (Aoi Yu), yang punya ketakutan tertentu terhadap laki-laki dan punya semacam kelainan di mana ia tidak bisa mengalami menstruasi. Yang kedua adalah Shinohara Maki (Koike Eiko), yang berprofesi sebagai guru SD yang galak dan pada suatu hari mendapat banyak perhatian setelah ia menyelamatkan murid-muridnya dari serangan pria tak dikenal. Yang ketiga adalah Takano Akiko (Ando Sakura), perempuan yang sejak kematian Emiri menjadi anti memakai pakaian yang cantik dan menganggap dirinya sendiri adalah beruang. Lalu terakhir adalah Ogawa Yuka (Ikewaki Chizuru), pemilik toko bunga yang punya kecemburuan tertentu terhadap kakaknya dan punya perhatian khusus terhadap polisi. Setiap tokoh dieksplor dalam setiap episode secara bergantian (jadi episode pertama fokusnya sama Aoi Yu, episode 2 Koike Eiko, dst). Dan di setiap episodenya, tokoh-tokoh tersebut melakukan suatu hal mengejutkan yang mereka anggap sebagai penebusan dosa atas kematian Emiri.

Shokuzai adalah salah satu dorama yang sudah saya tunggu-tunggu sejak dorama ini belum tayang. Selain karena faktor pengarang Confessions dan Kurosawa Kiyoshi, yang membuat saya tertarik pada dorama ini adalah jajaran castnya yang luar biasa. Kebanyakan pemainnya adalah aktor dan aktris yang lebih sering bermain di film ketimbang dorama. Contohnya adalah Koizumi Kyoko (Hanging Garden, Tokyo Sonata), Aoi Yu (Hana and Alice), Koike Eiko (2LDK), Ando Sakura (Love Exposure), dan Ikewaki Chizuru (Josee the Tiger and the Fish). Pemain-pemain pembantunya pun top semua, mulai dari Moriyama Mirai, Kase Ryo, Ito Ayumi, Arai Hirofumi, sampai Kagawa Teruyuki. Dan untungnya saya tidak dikecewakan oleh nama-nama hebat tersebut.

Seperti kebanyakan film-filmnya Kurosawa Kiyoshi (yang sering membuat film horror/thriller), dorama ini memiliki aura yang suram dan kelam. Warna yang dipakai cenderung gelap, dan semakin mendukung atmosfir kelamnya. Alurnya sedikit lambat, tapi tidak membosankan dan malah memperkuat intensitas ketegangannya. Sinematografinya pun sangat mengagumkan, dan membuat dorama ini tidak terlihat sebagai sekadar tayangan televisi karena kualitas gambarnya yang sudah seperti kualitas gambar pada film layar lebar.

Yang paling saya kagumi dari dorama ini adalah proses pembangunan karakternya yang meskipun terlihat perlahan-lahan tetapi pasti. Di setiap episodenya setiap karakter diperkenalkan. Dan dengan memakai sedikit flashback, kita bisa melihat bahwa kepribadian mereka semuanya terbentuk dari kejadian 15 tahun yang lalu, bahkan untuk karakter Yuka (Ikewaki Chizuru) sekalipun yang mengatakan bahwa ia tidak peduli dengan hal tersebut. Semua karakternya tidak diperlihatkan bersih dan suci. Bahkan untuk karakter Asako sang ibu, yang sebenarnya punya andil dalam kematian putrinya, karena belakangan diketahui bahwa kematian putrinya masih memiliki hubungan dengan masa lalunya sendiri. Makanya, shokuzai atau “the atonement” di sini tidak hanya berlaku bagi empat orang teman Emiri saja, melainkan juga pada karakter Asako sendiri. Well, kalo suka sama tontonan yang rada nyikologis, dorama ini tentunya sangat wajib ditonton karena kita bisa melihat bahwa sebuah kejadian bisa mempengaruhi kepribadian berbagai macam orang dengan cara yang berbeda.

Setiap episode dalam dorama ini memiliki cerita yang berdiri sendiri tapi tetap bersinggungan. Dan masing-masing episodenya memiliki cerita yang sangat menarik. Tapi kalo disuruh milih, favorit saya adalah episode pertama (French Doll) dan episode ketiga (Bear Siblings). Dua episode tersebut menurut saya yang paling menarik dan paling menegangkan. Apalagi episode pertama yang menampilkan Aoi Yu, yang menurut saya serem abis. Para pemain dalam dorama ini semuanya menampilkan akting yang bagus dan memukau. Ekspresi-ekspresi yang ditampilkan, kekosongan yang mereka alami, semuanya ditampilkan secara pas dan tidak berlebihan. Dari lima pemeran utama sampai peran-peran pembantu, semuanya menampilkan akting yang cemerlang.

Secara keseluruhan, dorama ini adalah salah satu dorama paling berkesan di tahun 2012 ini. Dan meskipun tahun 2012 baru berjalan dua bulan, sudah pasti saya akan memasukkan dorama ini ke list dorama terbaik tahun 2012. Satu-satunya kelemahan dorama ini menurut saya hanya pada bagian endingnya. Endingnya tetep bagus sih, dan sepertinya memang seperti itulah dorama ini harus berakhir (dan endingnya itu…ironis sekali). Tapi, kalo dibandingin sama episode-episode sebelumnya, menurut saya kualitas episode ini jadi rada menurun dan kalah sama episode-episode sebelumnya. Padahal saya berharap episode akhir ini menjadi puncak dari semua episodenya. Jadi, 4,5 bintang deh untuk dorama ini. Highly recommended.

Rating : 1 2 3 4 4,5 5

Read Full Post »

Takemura Fumiya (Odagiri Joe) adalah seorang mahasiswa fakultas hukum (di tahun kedelapan) yang hidupnya sedang berada di ujung tanduk. Ia adalah pria sebatang kara. Orang tuanya sudah lama menelantarkan dirinya, dan ia punya hutang sebesar 800 ribu yen yang tidak bisa ia bayar. Pada suatu hari, ketika ia sedang memandangi pasta gigi tiga warna yang baru dibelinya, seorang debt collector datang dan mengancam Fumiya agar membayar hutangnya. Setelah mengancam Fumiya (dengan menggunakan kaos kakinya), debt collector itu memberi Fumiya waktu tiga hari untuk membayar hutangnya.

Namun, mencari uang dalam waktu tiga hari adalah suatu kemustahilan bagi Fumiya. Di tengah kebingungannya karena belum mendapat uang juga, si debt collector yang kemarin mengancam Fumiya datang lagi menemui Fumiya. Kali ini ia tidak mengancam Fumiya untuk membayar hutangnya, tapi malah memberikan penawaran yaitu uang sebesar satu juta yen dengan satu syarat. Syaratnya adalah menemani si debt collector itu (yang bernama Fukuhara, diperankan Miura Tomokazu) berjalan-jalan di Tokyo tanpa tujuan yang jelas dan dengan waktu yang tidak ditentukan, bisa sampai tiga hari, satu bulan, atau lebih dari itu. Fumiya yang sudah tidak punya cara lain untuk membayar hutangnya pun menyetujui permintaan aneh tersebut. Perjalanan antara dua orang ini pun dimulai.

Pada saat berjalan-jalan tersebut, nantinya diketahui alasan mengapa Fukuhara meminta Fumiya untuk menemaninya jalan-jalan di Tokyo. Ternyata Fukuhara baru saja membunuh istrinya sendiri (meskipun secara tidak sengaja). Ia meminta Fumiya menemaninya jalan-jalan di sekitar Tokyo karena hal itu adalah hal yang sering ia lakukan dulu bersama istrinya, dan perjalanan mereka akan selesai ketika Fukuhara merasa sudah saatnya ia menyerahkan diri pada polisi. Di perjalanan itu, mereka berdua menemui berbagai macam hal aneh, mulai dari pertengkaran rumah tangga di sebuah tempat makan, musisi jalanan berisik, sampai acara cosplay. Melalui perjalanan itu juga, Fumiya merasa mulai menemukan sesuatu yang tidak pernah dimilikinya dahulu pada diri Fukuhara, yaitu keluarga. Di luar hal itu, tiga orang teman kerja istrinya Fukuhara mulai menyadari bahwa sudah beberapa hari rekan kerja mereka bolos kerja tanpa pemberitahuan. Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah Fumiya akan mencoba menahan Fukuhara agar tidak menyerahkan dirinya pada polisi? Dan apakah mayat istri Fukuhara akan ditemukan sebelum Fukuhara menyerahkan dirinya ke polisi? Tonton aja deh kakak.

Adrift in Tokyo (judul asli: Tenten) adalah salah satu film yang disutradarai oleh Miki Satoshi (mengenai sutradara ini, pernah saya singgung sedikit di review Atami no Sousakan). Seperti kebanyakan film-film yang disutradarainya, film ini juga memiliki unsur komedi yang sangat khas. Ya, kekhasan Miki Satoshi memang terletak pada gaya humornya yang sangat random dan aneh. Namun, seperti pada filmnya yang berjudul Turtles Swim Faster Than Expected, keanehan-keanehan tersebut ditempatkan pada kehidupan yang normal. Misalnya seperti terlihat pada tiga orang teman kerja istrinya Fukuhara (yang diperankan oleh para pemain langganan Miki Satoshi yaitu Fuse Eri, Iwamatsu Ryo, Matsushige Yutaka) di mana ketika mereka bekerja mereka malah meributkan hal-hal tidak penting seperti bau rambut atau hal-hal remeh temeh lainnya. Begitu juga dengan tokoh Fumiya dan Fukuhara yang dalam perjalanannya menemukan hal-hal aneh yang terkesan tidak penting. Hal-hal random yang terjadi dalam film ini memang terkesan tidak penting dan tak punya pengaruh kuat pada ceritanya, namun bukankah dalam hidup yang sebenarnya kita juga sering menemui hal-hal random tak penting seperti ini? Dan yang pasti, hal-hal aneh yang ada dalam film ini merupakan salah satu faktor yang menjadikan filmnya menjadi sangat menghibur.

Selain drama dan komedi, film ini juga dapat dikategorikan sebagai road movie. Namun, perjalanan yang dilakukan dalam film ini bukanlah tipe perjalanan yang mengubah nasib seperti pada kebanyakan road movie. Saya sangat menikmati perjalanan kedua tokoh utama dalam film ini. Melalui perjalanan tersebut (di mana jalan-jalan di sini adalah jalan-jalan secara harfiah, pake kaki, bukan pake kendaraan), karakteristik dua tokoh utama tersebut dibangun sedikit demi sedikit dan tanpa butuh waktu yang lama kita mampu dibuat peduli kepada kedua tokoh tersebut. Apalagi ketika di seperempat akhir film, ada tambahan dua tokoh yang membuat film ini menjadi semakin menarik. Film ini juga merupakan salah satu tipe film yang mampu membuat kita menempatkan diri pada posisi karakternya. Saya merasa ikut bahagia dan terharu ketika Fumiya si sebatang kara mulai merasakan kenyamanan ketika bersama dengan Fukuhara dan dua karakter lainnya, dan ikut sedih ketika Fukuhara merasa sudah waktunya menghentikan perjalanan mereka. Perjalanan dalam film ini memang tidak punya pengaruh besar dan mampu mengubah nasib. Namun, melalui perjalanan ini, kedua tokoh ini mulai menemukan hal-hal kecil sederhana yang sebelumnya telah mereka lupakan.

Para pemain dalam film ini berhasil menampilkan penampilan yang baik dan memukau. Saya sangat menyukai akting kedua pemain utamanya, yaitu Odagiri Joe dan Miura Tomokazu, dan mereka berhasil membangun chemistry dengan baik. Di bagian awal, kita dapat melihat sosok Fukuhara sebagai penagih hutang yang kejam sekaligus dingin di mata Fumiya. Namun, semakin ke sini, kita dapat merasakan bahwa Fumiya mulai memandang adanya sosok seorang ayah pada diri Fukuhara, meskipun Fukuhara tidak pernah berlaku seperti ayah atau meninggalkan kepribadian aslinya. Koizumi Kyoko dan Yoshitaka Yuriko juga menampilkan akting yang sangat mencuri perhatian (terutama Yuriko, kehadiran karakter yang diperankannya berhasil membuat saya tertawa). Fuse Eri, Iwamatsu Ryo, dan Matsushige Yutaka (yang bisa dibilang adalah maskot dari film-filmnya Miki Satoshi) pun berhasil membuat film ini menjadi semakin segar dan menarik. Selain hal-hal di atas, saya juga menyukai penggambaran kota Tokyo dalam film ini. Biasanya dalam film-film, Tokyo selalu digambarkan sebagai tempat yang padat dan ramai. Meskipun di film ini masih ada penampakan kota Tokyo yang ramai dengan orang, tapi melalui film ini kita masih bisa menemukan sudut-sudut Tokyo yang sepi dan tenang. Dan yang pasti, setelah menonton film ini saya jadi pengen ikutan jalan-jalan di rute yang mereka lalui tersebut, hehe.

Kesimpulannya, Adrift in Tokyo adalah sebuah film sederhana  yang akan sangat sayang jika dilewatkan. Hal-hal sederhana yang dibalut dengan keanehan dalam film ini berhasil menjadikannya sebagai suatu tontonan yang tidak hanya menghibur, tapi juga berkesan. Dan ini adalah tipe film yang akan menimbulkan suatu senyuman dan perasaan hangat di hati penontonnya. Ja, 4 bintang deh untuk film ini. 🙂

Trivia: Dalam film ini ada cameo dari aktris cantik Aso Kumiko, atau tepatnya cameo dari karakter yang ia perankan dalam dorama Jikou Keisatsu, di mana Odagiri Joe juga bermain dalam dorama itu dan Miki Satoshi pulalah yang menyutradarainya 😀

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

*Review ini pertama kali ditulis 21 September 2009 di http://purisuka.multiply.com

Nonton film ini karena tertarik melihat nama EITA di dvd-nya, meskipun ternyata dia cuma tampil di satu scene aja. Hanging Garden (Kuuchuu teien) bercerita tentang suatu keluarga, yang terdiri dari ayah, ibu, anak laki-laki, dan anak perempuan. Bisa dibilang mereka tampak seperti keluarga ideal dan bahagia. Ada satu aturan yang diterapkan dalam keluarga ini, yaitu TIDAK BOLEH ADA RAHASIA. Segala hal dibahas dalam keluarga ini, bahkan hal-hal yang bisa dibilang tabu sekalipun. Seperti misalnya di awal film Mana (Suzuki Anne), anak perempuan keluarga itu, yang bertanya pada orang tuanya dimana tempat dia ‘dibuat’, dan dijawab dengan santai oleh ibu-nya, Eriko (Koizumi Kyoko), di sebuah Love Hotel bernama Wild Monkey. Selain itu, keluarga ini hanya mempunyai satu kunci di rumahnya, dengan alasan karena mereka “satu keluarga”.

Namun, di balik segala senyum-senyum bahagia mereka sebenarnya terdapat rahasia, seperti misalnya sang ayah yang ternyata berselingkuh dengan seorang wanita cantik (lupa namanya, diperankan Sonim) yang kemudian menjadi guru les privat anak laki-lakinya. Mana yang diam-diam datang ke Wild Monkey. Serta ibunya, Eriko, yang masa kecilnya tidak bahagia dan membenci ibunya sendiri.

My opinion:
Depressing! Film ini bener-bener bikin depresi. Jangan dilihat dari temanya yang tampak seperti “film keluarga”, film ini benar-benar kelam, menegangkan, dan super mencekam. Dari segi karakternya, masing-masing punya karakteristik yang kuat. Karakter ibu, Eriko (Koizumi Kyoko), adalah gambaran ibu yang ideal, baik dan selalu tersenyum, tapi sebenarnya punya sisi yang sangat gelap dimana dia mengalami masa kecil yang kurang menyenangkan. Untuk itulah dia hidup sesuai dengan apa yang direncanakan, punya suami yang cukup mapan, dua anak yang baik, rumah yang bagus, agar dia tidak mengalami ketidakbahagiaan seperti dulu. Namun ternyata segalanya berjalan tidak sesuai dengan rencananya. Satu kata: salut buat akting-nya Koizumi Kyoko, dia sukses meranin seorang ibu yang terlihat baik hati, namun punya sisi dark yang serem abis (well, serem buat saya). Pas adegan dia membayangkan membunuh rekan kerjanya di restoran itu, bener-bener menegangkan abis. Oiya, ketika dia berkata berkali-kali pada ibunya “ibu, kenapa kamu tidak mati saja?” juga rasanya mencekam abis. Suzuki Anne juga bagus bermain sebagai Mana yang polos dan selalu mau tahu. Dan, Eita? Saya sendiri bingung dia ngapain di sini. Di sini dia berperan jadi orang asing yang bertemu dengan Mana lalu pergi ke Wild Monkey bersama-nya. Meskipun saya ga tau gunanya karakter ini di film ini, tapi lumayan bisa liat Eita topless dengan badan penuh tattoo :p

Dari sinematografi-nya, cantik beneeeeur…. Gambarnya bagus, meskipun rada musingin juga tiap ada scene yang jungkir balik muter-muter gitu. Tapi saya suka penggambarannya 😀

Tapi khas-nya film Jepang, film ini alurnya lambat banget. Jadi bikin terasa sepi dan juga bikin gampang bosen. Tapi karena saya suka ide ceritanya, 4 bintang deh.

Note: film ini bisa dibilang bukan tipe film yang menghibur karena lebih bikin depresi. Mungkin cocok buat yang suka film-film yang kelam dan rada surreal.

My Rating : 4 / 5

Read Full Post »