Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘suzuki anne’

The_Case_of_Hana_&_Alice-p2

11 tahun setelah dirilisnya film berjudul “Hana and Alice”, Suzuki Anne dan Aoi Yu kembali menghidupkan dua karakter tersebut di tahun ini dalam sebuah film berjudul “The Case of Hana & Alice”. Namun kali ini, mereka tampil sebagai “Hana” dan “Alice” dalam format animasi. Masih disutradarai oleh Iwai Shunji (yang menjadi debutnya dalam penyutradaraan animasi), film ini menceritakan kisah bagaimana Hana dan Alice bertemu (alias prekuel).

vlcsnap-2015-11-01-13h47m26s711

Arisugawa “Alice” Tetsuko (disuarakan Aoi Yu), seorang gadis berusia 14 tahun, baru saja pindah rumah bersama ibunya setelah kedua orang tuanya bercerai. Rumah barunya bersebelahan dengan sebuah rumah yang kabarnya merupakan rumah seorang gadis yang sebaya dan satu sekolah dengannya namun sudah lama tidak masuk sekolah dan mengurung diri di rumahnya. Di sekolah barunya, Alice mengalami keanehan yang berhubungan dengan bangku yang ditempatinya, yang menurut kabar burung, dulunya ditempati seorang murid bernama Yuda (atau Judas) yang kabarnya memiliki empat orang istri dan mati diracun oleh salah satu dari mereka. Isu yang belum tentu benar tersebut mulai mengganggu hari-hari Alice di sekolah barunya. Ia pun mencoba menghubungi Hana (disuarakan Suzuki Anne), gadis hikikomori tetangganya tersebut, yang kabarnya mengenal Yuda dan bertanggungjawab atas hal yang terjadi pada murid misterius tersebut. Bersama-sama, mereka berdua lalu menyelidiki mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada Yuda. Lalu, apa yang terjadi selanjutnya? Apakah Yuda memang benar-benar sudah mati seperti gosip yang beredar di sekolah? Dan apa yang sebenarnya terjadi pada Hana dan Yuda yang membuatnya mengurung diri di rumahnya?

vlcsnap-2015-11-01-13h46m27s509

Sebagai penggemar film originalnya, saya sangat menikmati film prekuel ini. Meskipun sudah 11 tahun berlalu dan Hana & Alice muncul melalui format baru (animasi), saya bisa merasakan bahwa mereka masih sama dengan Hana & Alice yang saya kenal melalui film pendahulunya. Saya senang karena Iwai masih mempertahankan karakteristik yang kita kenali dari film sebelumnya. Alice masihlah Alice yang ceria, pemberani, namun kurang berpikir panjang dan masih belum pintar dalam ‘berakting’. Hana masih Hana yang cool, judes, dan punya kecenderungan yang aneh ketika sedang naksir cowok :D. Dan meskipun film ini adalah kisah awal pertemuan Hana dan Alice, kedua karakter ini langsung memiliki chemistry yang sangat kuat dan membuat kita mengerti mengapa mereka bisa menjadi sahabat dekat di film pendahulunya.

Embel-embel “satsujin jiken” (murder case) pada judulnya membuat film ini juga memiliki unsur misteri. Apalagi misterinya itu misteri yang cukup absurd (wtf ada anak SMP punya istri empat). Namun, misteri bukanlah inti utama dari film ini. Seperti film pendahulunya, inti film ini adalah kebodohan dan kepolosan masa remaja. Segala hal yang terjadi pada film ini bersumber dari dua hal itu, dan membuat Hana dan Alice kemudian mengalami petualangan kecil yang kemudian berpengaruh pada proses pendewasaan mereka berdua. Setelah Love Letter, All About Lily Chou-chou, dan Hana and Alice yang semuanya menggambarkan kehidupan anak remaja (dari kehidupan yang manis sampai pahit), Iwai Shunji membuktikan bahwa dirinya memang piawai dalam meramu film-film bertemakan coming of age. Film ini sendiri merupakan comeback Iwai Shunji dalam dunia feature film setelah terakhir kali menyutradarai film debut internasionalnya, Vampire, yang sayangnya tidak terlalu berhasil. Dan sebagai debutnya dalam menyutradarai film animasi, meskipun animasinya bukan tipe yang luar biasa dan mendapat beberapa kritikan dari beberapa kritikus, saya cukup suka animasinya yang simpel. Plus, melihat beberapa adegan yang familiar dari film pendahulunya namun dengan format animasi menimbulkan kesenangan tersendiri untuk saya.

vlcsnap-2015-11-01-13h46m41s067

Overall, sebagai penggemar film pendahulunya, The Case of Hana & Alice adalah sebuah prekuel yang memuaskan dan memberi perasaan nostalgia. Lalu apakah harus menonton film pendahulunya dulu sebelum menonton film ini? Tidak usah, kok, karena ceritanya berdiri sendiri dan film ini memiliki setting waktu lebih awal dari pendahulunya (tapi gak ada salahnya juga sih nonton Hana and Alice, karena dua-duanya film yang wajib tonton :D). Recommended!

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

Hana (Suzuki Anne) dan Alice (Aoi Yu) adalah dua orang anak remaja yang sudah bersahabat sejak kecil. Persahabatan mereka sangat erat, seolah-olah tidak dapat dipisahkan. Selain itu, mereka juga sama-sama mengikuti kursus balet di tempat yang sama. Suatu hari, ketika mereka sama-sama bolos sekolah dan berpetualang dengan menggunakan kereta api, dari jarak agak jauh mereka melihat dua orang cowok SMA yang tampangnya lumayan tampan di kereta tersebut. Alice langsung tertarik pada salah satu cowok yang lebih tinggi dan wajahnya mirip bule, dan ia mengatakan pada Hana kalau ia boleh mengambil cowok yang satunya lagi. Dengan tampang ogah-ogahan Hana langsung menolak hal tersebut. Namun siapa yang menyangka, Hana sebenarnya tertarik pada cowok tersebut (yang lebih pendek). Jika Alice kemudian melupakan kejadian tersebut, Hana tidak demikian. Ia kemudian jadi sering memata-matai cowok yang nantinya diketahui bernama Miyamoto Masashi (Tomohiro Kaku) tersebut. Hana dan Alice pun kemudian lulus SMP dan mereka sama-sama masuk ke SMA yang sama. Ternyata cowok yang dimata-matai Hana juga bersekolah di SMA yang sama dengan mereka berdua. Berusaha mendekati Miyamoto, Hana masuk ke ekstrakurikuler “Storytelling” yang hanya beranggotakan dua orang termasuk Miyamoto. Namun, mendekati Miyamoto bukanlah hal yang mudah, karena cowok tersebut bisa dibilang cowok yang anti sosial dan perhatiannya selalu ia habiskan kepada buku. Di kereta dan di mana pun ia berada, ia selalu membaca buku, termasuk ketika ia berjalan pulang ke rumahnya. Karena terlalu fokus membaca buku, ia jadi tidak memperhatikan sekitar dan akhirnya menabrak pintu garasi sebuah rumah. Hal tersebut membuat Miyamoto terjatuh dan hampir tak sadarkan diri. Hana yang sedari tadi mengikuti Miyamoto, langsung menghampiri Miyamoto untuk memastikan keadaannya. Miyamoto malah bertanya “siapa kamu?” pada Hana, karena Miyamoto memang baru berkenalan dengan Hana hari itu sehingga dia tidak begitu mengingat Hana. Hal tersebut kemudian dimanfaatkan Hana yang mengatakan bahwa dia adalah pacar Miyamoto. Jadi begitulah seterusnya, Miyamoto dibuat percaya bahwa dia menderita amnesia akibat kejadian tersebut, sehingga Hana mendapat kesempatan untuk selalu dekat dengan Miyamoto yang disukainya. Namun, satu buah kebohongan sering kali menghasilkan kebohongan-kebohongan yang lain. Karena suatu kejadian, Alice kemudian dengan terpaksa terlibat dalam kebohongan Hana dan disuruh Hana untuk berpura-pura menjadi mantan pacar Miyamoto. Karena Miyamoto juga tidak ingat sama sekali pada Alice *yaiyalah*, ia mencoba mendapatkan ingatannya kembali dengan cara menemui Alice beberapa kali. Hal tersebut malah menjadi bumerang bagi Hana, karena Miyamoto kemudian malah jatuh cinta pada Alice, begitu juga sebaliknya. Lalu, apa yang akan terjadi pada mereka bertiga, terutama apa yang akan terjadi pada persahabatan Hana dan Alice di saat mereka menyukai laki-laki yang sama? Mana yang akan mereka pilih, cinta atau persahabatan?

Jika kamu anti film remaja dan selalu menganggap film remaja sebagai film murahan, berarti kamu belum menonton film ini. Hana and Alice (judul aslinya Hana to Arisu) adalah satu film remaja yang menurut saya layak banget buat ditonton semua penikmat film. Saya sukaaaaaaa sekali sama film ini. Ceritanya sederhana, menarik, dan gampang untuk diikuti. Tapi meskipun tergolong ke dalam film dengan tema yang ringan, film ini bukanlah tipe film yang gampang dilupakan. Yang paling berkesan dari film ini adalah akting dua pemain utamanya, yaitu Suzuki Anne dan Aoi Yu. Akting mereka berdua (terutama Aoi Yu) turut membuat film ini jadi hidup. Mereka berdua juga menampilkan chemistry yang sangat pas sebagai dua orang sahabat karib. Begitu pula dengan Tomohiro Kaku yang berperan sebagai Miyamoto Masashi (yg dari namanya aja langsung bikin saya ngakak), cowok yang disukai oleh kedua sahabat ini. Saya suka banget sama karakter Miyamoto ini, karena bisa dibilang karakternya ini bukanlah tipe karakter yang mudah dipuja kaum perempuan. Tapi keanehan dan keabnormalan karakternya ini lah yang membuat karakter ini menjadi sangat menarik (plus tampang datar tanpa ekspresi-nya itu menurut saya lucu banget :D).

Salah satu kelebihan film ini adalah sinematografinya yang cantik. Misalnya ketika Hana dan Alice sedang berjalan bersama-sama di adegan awal. Selain itu, saya juga suka banget sama rumahnya Hana yang kelihatan indah banget dan dipenuhi banyak bunga (sesuai dengan nama Hana yang merupakan bahasa Jepang-nya bunga). Sebaliknya, rumah Alice digambarkan sangat berantakan. Hal itu turut didukung latar belakang keluarganya di mana Alice tinggal hanya dengan ibunya saja yang tampaknya tidak begitu peduli pada Alice dan malah berpura-pura bahwa Alice adalah tetangganya ketika ia dan pacarnya bertemu Alice di suatu tempat. Oh iya, adegan favorit saya (dari segi gambar): ketika festival sekolah, Hana dan Miyamoto berbicara di suatu kelas, dan ada balon besar dengan bentuk Astro Boy ‘mengintip’ mereka dari balik jendela. Itu bagus banget XD

Banyak hal yang ingin disampaikan film ini, misalnya mengenai kebohongan. Satu buah kebohongan akan membuka kesempatan bagi kita untuk berbohong lagi dan lagi demi menutupi kebohongan yang pertama tersebut, dan kebohongan macam apa pun adalah tidak baik, dan cepat atau lambat pasti kebohongan-kebohongan tersebut akan terbongkar juga, seperti yang terjadi di film ini. Film ini juga menunjukkan makna persahabatan yang sebenarnya, bahwa persahabatan memiliki nilai yang berbeda dan bahkan lebih penting daripada cinta. Persahabatan juga dapat membuat orang berubah menjadi lebih baik, seperti yang terjadi pada Hana dan Alice, di mana kejadian-kejadian yang menguji persahabatan mereka turut menjadi proses pendewasaan bagi mereka berdua. Well, kesimpulannya, jika kamu ingin menonton film remaja yang menghibur sekaligus berisi, maka tontonlah film ini 🙂

Nb: Abe Hiroshi (Aoi Tori, Dragon Zakura) dan Ryoko Hirosue (Okuribito, Beach Boys) turut bermain dalam film ini sebagai cameo.

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

*Review ini pertama kali ditulis 21 September 2009 di http://purisuka.multiply.com

Nonton film ini karena tertarik melihat nama EITA di dvd-nya, meskipun ternyata dia cuma tampil di satu scene aja. Hanging Garden (Kuuchuu teien) bercerita tentang suatu keluarga, yang terdiri dari ayah, ibu, anak laki-laki, dan anak perempuan. Bisa dibilang mereka tampak seperti keluarga ideal dan bahagia. Ada satu aturan yang diterapkan dalam keluarga ini, yaitu TIDAK BOLEH ADA RAHASIA. Segala hal dibahas dalam keluarga ini, bahkan hal-hal yang bisa dibilang tabu sekalipun. Seperti misalnya di awal film Mana (Suzuki Anne), anak perempuan keluarga itu, yang bertanya pada orang tuanya dimana tempat dia ‘dibuat’, dan dijawab dengan santai oleh ibu-nya, Eriko (Koizumi Kyoko), di sebuah Love Hotel bernama Wild Monkey. Selain itu, keluarga ini hanya mempunyai satu kunci di rumahnya, dengan alasan karena mereka “satu keluarga”.

Namun, di balik segala senyum-senyum bahagia mereka sebenarnya terdapat rahasia, seperti misalnya sang ayah yang ternyata berselingkuh dengan seorang wanita cantik (lupa namanya, diperankan Sonim) yang kemudian menjadi guru les privat anak laki-lakinya. Mana yang diam-diam datang ke Wild Monkey. Serta ibunya, Eriko, yang masa kecilnya tidak bahagia dan membenci ibunya sendiri.

My opinion:
Depressing! Film ini bener-bener bikin depresi. Jangan dilihat dari temanya yang tampak seperti “film keluarga”, film ini benar-benar kelam, menegangkan, dan super mencekam. Dari segi karakternya, masing-masing punya karakteristik yang kuat. Karakter ibu, Eriko (Koizumi Kyoko), adalah gambaran ibu yang ideal, baik dan selalu tersenyum, tapi sebenarnya punya sisi yang sangat gelap dimana dia mengalami masa kecil yang kurang menyenangkan. Untuk itulah dia hidup sesuai dengan apa yang direncanakan, punya suami yang cukup mapan, dua anak yang baik, rumah yang bagus, agar dia tidak mengalami ketidakbahagiaan seperti dulu. Namun ternyata segalanya berjalan tidak sesuai dengan rencananya. Satu kata: salut buat akting-nya Koizumi Kyoko, dia sukses meranin seorang ibu yang terlihat baik hati, namun punya sisi dark yang serem abis (well, serem buat saya). Pas adegan dia membayangkan membunuh rekan kerjanya di restoran itu, bener-bener menegangkan abis. Oiya, ketika dia berkata berkali-kali pada ibunya “ibu, kenapa kamu tidak mati saja?” juga rasanya mencekam abis. Suzuki Anne juga bagus bermain sebagai Mana yang polos dan selalu mau tahu. Dan, Eita? Saya sendiri bingung dia ngapain di sini. Di sini dia berperan jadi orang asing yang bertemu dengan Mana lalu pergi ke Wild Monkey bersama-nya. Meskipun saya ga tau gunanya karakter ini di film ini, tapi lumayan bisa liat Eita topless dengan badan penuh tattoo :p

Dari sinematografi-nya, cantik beneeeeur…. Gambarnya bagus, meskipun rada musingin juga tiap ada scene yang jungkir balik muter-muter gitu. Tapi saya suka penggambarannya 😀

Tapi khas-nya film Jepang, film ini alurnya lambat banget. Jadi bikin terasa sepi dan juga bikin gampang bosen. Tapi karena saya suka ide ceritanya, 4 bintang deh.

Note: film ini bisa dibilang bukan tipe film yang menghibur karena lebih bikin depresi. Mungkin cocok buat yang suka film-film yang kelam dan rada surreal.

My Rating : 4 / 5

Read Full Post »