Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘sci-fi’

Anak-anak dan imajinasi, dua hal tersebut adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Coba saya tanya, waktu kamu kecil kamu pasti senang sekali mengkhayalkan banyak hal kan? (kalaupun nggak, pura-pura bilang iya aja ya). Begitu juga dengan Kenji dan kawan-kawannya. Waktu kecil, Kenji selalu bermimpi ingin menjadi seorang penyelamat dunia. Dia pun merancang sebuah ‘skenario penyelamatan dunia’ pada sebuah buku yang dinamakan “the book of prophecy”, bersama dengan teman-temannya di suatu tempat yang mereka namakan “markas rahasia”. Namun, dunia bisa diselamatkan jika terlebih dahulu ada hal yang mengancamnya bukan? Karena itulah, dalam skenario penyelamatan dunia itu mereka menuliskan bahwa di masa depan, dunia akan diserang oleh berbagai macam hal, mulai dari wabah virus misterius sampai serangan robot seperti yang ada di komik-komik yang mereka baca. Dan tugas mereka adalah menyelamatkan dunia dari hal-hal tersebut.

Namun, imajinasi anak-anak kadang-kadang selalu berakhir menjadi sekadar imajinasi saja. Kenji ketika dewasa sudah melupakan cita-citanya menjadi penyelamat dunia dan malah berakhir sebagai seorang pemilik konbini (semacam mini market). Salah satu cita-citanya yang lain, yaitu sebagai musisi rock pun sudah ia buang jauh-jauh dari dulu. Lalu, beberapa kejadian misterius muncul. Kejadian-kejadian yang pernah Kenji dan kawan-kawannya tuliskan dalam skenario penyelamatan dunia di waktu kecil tersebut satu persatu menjadi kenyataan. Kejadian-kejadian tersebut diduga berkaitan dengan sebuah perkumpulan kultus  yang dipimpin oleh seorang pria misterius bernama “Friend” (atau dalam bahasa Jepangnya “Tomodachi”). Perkumpulan tersebut tampaknya bukanlah perkumpulan biasa karena kabarnya pihak kepolisian Jepang pun sudah dimasuki oleh orang-orang mereka. Yang aneh adalah, perkumpulan tersebut menggunakan simbol yang sama dengan simbol yang digunakan Kenji dan kawan-kawannya waktu kecil sebagai lambang persahabatan mereka. Jadi, siapakah “friend” sebenarnya? Apakah dia yang menyebabkan timbulnya kejadian-kejadian misterius tersebut? Apakah dia merupakan salah satu teman Kenji di masa kecil? Lalu, apakah Kenji dan kawan-kawannya memang ditakdirkan untuk menyelamatkan dunia? Baca aja deh kakak

Setelah membaca manga ini, saya langsung menobatkan 20th Century Boys sebagai salah satu manga terbaik yang pernah saya baca. Saya sendiri merasa sedikit menyesal karena baru membaca manga hebat tersebut baru-baru ini, padahal manga ini sudah diterbitkan sejak tahun 1999. Tapi better late than never kan? *ting ting*

Mengagumkan. Itu adalah salah satu kata yang tepat untuk menggambarkan manga ini. Membaca manga ini membuat saya bertanya-tanya, Urasawa Naoki (pengarang 20th Century Boys) ini makannya apa ya kok bisa-bisanya bikin manga super jenius kayak gini? Saya benar-benar kagum dengan cara beliau merangkaikan kisah dalam manga ini. Salah satu keunikan manga ini terdapat pada alurnya yang acak-acakan tapi biar begitu tetap membentuk satu kesatuan yang kuat dan tidak membuat bingung. Ceritanya mengalir dengan banyak flash back, dan kadang-kadang alurnya suka loncat-loncat. Misalnya ada suatu kejadian di tahun 2000 lalu kisahnya tiba-tiba loncat ke kejadian di tahun 2014. Kadang-kadang hal tersebut membuat saya merasa gregetan karena alurnya sering tiba-tiba loncat ketika situasi dalam manga itu sedang berada di puncaknya, sehingga hal tersebut membuat pembaca akan selalu merasa penasaran karena banyaknya misteri yang belum terpecahkan. Yang membuat saya kagum lagi, Urasawa Naoki sendiri tampaknya tahu benar cerita dalam manganya tersebut akan dibawa ke mana. Misalnya setelah saya perhatikan, adegan yang terjadi dalam volume 22 (volume akhirnya) ternyata pernah disinggung (biar secuil) dalam volume pertama.

Selain alurnya, yang membuat saya kagum pada manga ini tentu saja ceritanya yang bagus dan kuat. Kisah seputar konspirasi memang selalu menarik perhatian saya. Dan apakah Urasawa Naoki hendak menyampaikan sesuatu melalui manga ini? 😀 Selain itu, di sini juga kita ditunjukan bahwa imajinasi masa kecil tentang penaklukan dan penyelamatan dunia memang sering kali terlihat keren, tapi ketika hal tersebut menjadi kenyataan, apakah kita masih bisa menyebut itu sebagai hal yang keren?

Keunggulan manga ini juga terdapat pada karakteristik tokoh-tokohnya. Yang paling saya suka dari manga ini adalah tokoh utamanya Kenji yang digambarkan sebagai orang yang biasa-biasa saja. Karakternya terasa manusiawi sekali dan kadang-kadang masih punya rasa takut. Karakter-karakter lainnya pun memiliki karakterisasi yang sangat bagus. Selain itu, karena manga ini berlatarkan pada waktu yang berbeda-beda (tahun 70-an, 1997, 2000, 2014), kita jadi bisa melihat bagaimana perkembangan karakter mereka secara psikologis dari kecil sampai dewasa (dan tua). Dan perkembangan karakter tersebut terasa wajar dan masuk akal. Di sini juga kita bisa melihat bahwa apa yang terjadi pada seseorang di masa kecilnya akan sangat berpengaruh bagi perkembangannya ketika menjadi orang dewasa. Jadi buat penyuka manga atau cerita yang rada “nyikologis”, 20th Century Boys adalah salah satu manga yang wajib sekali untuk dibaca.

Dari segi ilustrasi, saya juga suka dengan ilustrasi yang juga digambar oleh Urasawa Naoki ini. Ilustrasinya digambarkan dengan gaya gambar yang agak realis. Plus yang saya suka adalah peletakan panelnya yang sangat rapi, sehingga pembaca yang tidak terbiasa dengan manga dapat dengan mudah mengikuti ceritanya.

Namun, sayangnya endingnya menurut saya rada gantung dan kentang (alias nanggung). Seperti yang sudah saya bilang, manga ini berakhir di volume 22. Tapi sayangnya sampai manga ini berakhir, manga ini masih meninggalkan beberapa misteri yang belum terpecahkan. Namun untungnya setelah itu Urasawa Naoki mengeluarkan manga 21st Century Boys (terdiri dari dua volume) yang akan menjawab rasa penasaran pembaca akan ending yang menggantung tersebut. Saya sendiri lumayan puas dengan 21st Century Boys dan menurut saya manga tersebut adalah ending dari 20th Century Boys yang sebenarnya.

Ja, segini aja review dari saya. Saya sangat merekomendasikan manga ini untuk dibaca semua penggemar manga atau penggemar cerita suspense/supernatural/action/psychological/mystery. Oh ya, biarpun ceritanya keliatan agak berat, tapi manga ini enak diikutin kok, karena pengarangnya sering kali menyelipkan unsur humor di dalamnya. Yang jelas, kalo udah sekali baca manga ini, pasti gak bakalan berhenti baca sampai akhir (kayak saya :D). Jadi, selamat membacaaaaa :)))

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

Sesuai janji saya di postingan ini, kali ini saya akan me-review salah satu anime movie yang baru-baru ini saya tonton, yaitu The Girl Who Leapt Through Time. Film dengan judul asli “Toki o Kakeru Shojo” ini merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karangan Yasutaka Tsutsui yang diterbitkan pada tahun 1967. Namun, film ini tidak mengadaptasi mentah-mentah dari novel tersebut, namun lebih seperti sekuel dari novel tersebut, karena tokoh utama dalam film ini merupakan keponakan dari karakter utama novel tersebut (yang juga bisa time-leapt). Selain diangkat ke dalam versi anime movie, novel ini juga pernah diadaptasi ke dalam beberapa versi (beberapa film, dorama, dan juga manga), dan yang terakhir, di tahun 2010 ini baru saja keluar adaptasi terbarunya yang berbentuk film live action, dengan memasang Riisa Naka yang merupakan pengisi suara tokoh utama versi anime-nya, sebagai pemeran utama.

The Girl Who Leapt Through Time bercerita tentang seorang siswi SMU bernama Makoto Konno (disuarakan oleh Riisa Naka). Makoto digambarkan sebagai cewek tomboy yang cenderung seenaknya dan pemalas. Ia selalu terlambat datang ke sekolah, tidak begitu pintar dalam hal akademis, dan juga agak ceroboh. Makoto memiliki dua orang sahabat dekat yang dua-duanya cowok, yaitu Chiaki Mamiya (disuarakan Takuya Ishida) dan Kousuke Tsuda (disuarakan Mitsutaka Itakura) yang sering menemaninya bermain baseball. Suatu hari, setelah mengalami suatu kejadian aneh, tiba-tiba Makoto memiliki kemampuan untuk meloncati waktu. Hal itu disadarinya ketika ia secara aneh selamat dari kecelakaan yang nyaris membunuhnya. Setelah berdiskusi dengan tantenya yang dipanggil ‘auntie witch’ (yang merupakan tokoh utama versi novel), Makoto pun sadar kalau ia bisa meloncati waktu sesuka hatinya. Kemampuannya itu kemudian ia manfaatkan untuk hal-hal yang bisa dibilang sederhana, seperti  mengulang-ulang waktu agar bisa tidur sepuasnya tanpa takut kesiangan, mengulang mengerjakan ujian di hari sebelumnya, karaoke sepuluh jam tanpa perlu membayar ekstra, dan hal-hal lainnya. Kemampuannya itu ia gunakan kembali ketika suatu hari salah satu sahabatnya yang bernama Chiaki, menyatakan perasaan suka padanya dan mengajaknya kencan. Makoto yang merasa nyaman dengan persahabatan mereka tidak mau persahabatannya rusak karena ada perasaan khusus dari Chiaki, karena itulah ia mengulang-ulang waktu agar Chiaki tidak jadi menyatakan perasaannya. Namun, setelah itu Makoto malah jadi merasa canggung jika berhadapan dengan Chiaki. Selain hal tersebut, Makoto juga menggunakan kemampuan time-leapt-nya untuk menjodohkan Kousuke dengan seorang gadis yang menyukainya.

Namun, kemampuan yang dimilikinya tersebut dapat membawa bahaya juga yang nyaris membawa salah satu temannya kepada kecelakaan yang hampir membunuh Makoto di hari sebelumnya. Makoto juga kemudian menyadari bahwa kemampuannya tersebut memiliki batas, setelah ia menemukan sebuah tulisan berbentuk angka di lengannya, yang jumlahnya dapat berkurang setelah ia menggunakan kemampuannya. Lalu, apa yang akan terjadi dengan Makoto selanjutnya? Apakah dia berhasil menyelamatkan temannya? Bagaimana sebenarnya perasaannya pada Chiaki? Dan, apakah ada orang lain selain tante-nya yang mengetahui rahasianya tersebut?

Film ini bagus dan sangat menghibur! Salah satu anime movie yang sangat saya rekomendasikan untuk ditonton (dan animasinya menurut saya sangat bagus dan menarik). Di bagian awalnya menurut saya agak membosankan, tapi setelah Makoto bisa melakukan time-leapt, filmnya jadi sangat menarik. Yang jadi daya tarik film ini sih, menurut saya adalah kelakuan makoto yang suka asal-asalan dan seenaknya. Selain itu, jika orang lain mungkin akan menggunakan kemampuan time-leapt untuk mengubah hal-hal besar, Makoto menggunakannya untuk hal-hal yang kurang penting. Namun, inilah faktor kelucuan dari film ini 😀

Kisah cintanya juga manis. Yeah, another ‘persahabatan-jadi-cinta’ story-nya sangat saya suka. Saya suka Chiaki dan Makoto ini. Dan saya ngakak-ngakak pas Makoto berulang kali mengulang waktu agar Chiaki tidak jadi menyatakan perasaannya. Berulang kali loh! Oh ya, cara Makoto meloncati waktu juga sangat lucu, ia harus melakukan hal-hal ekstrim dulu saat mau meloncati waktu (yeah, contohnya dengan cara loncat beneran). Selain itu, film yang disutradarai oleh Mamoru Hosoda ini juga menyajikan kejutan yang tak terduga di bagian-bagian akhir, yaitu ketika ada seseorang yang mengetahui rahasia Makoto (siapa? tonton aja deh sendiri :p).

Oke, segini aja review dari saya, yang jelas film ini sangat recommended dan merupakan tipe yang akan saya tonton berulang-ulang. Film ini cocok untuk ditonton oleh penyuka film animasi, penyuka anime, atau penyuka film-film bertema time-leapt dan juga film komedi. Tambahan, film ini memenangkan salah satu penghargaan pada acara tahunan Awards of the Japanese Academy 2007, yaitu pada kategori Best Animation Film. 4 bintang deh 🙂

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

Gak sengaja nonton film ini karena melihat dvd-nya tergeletak di dalam laci meja saya (gak tau punya siapa, kayaknya ini pinjeman dari temen kakak saya, hehe). Pas liat nama sutradaranya, WAAAAAH INI KAN SUTRADARA FILM TOKYO! YANG BARU-BARU INI SAYA TONTON! Yak, yang menyutradarai film ini adalah Joon-ho Bong yang menyutradarai salah satu segmen di film Tokyo! yang berjudul Shaking Tokyo, yang kebetulan merupakan segmen favorit saya. Dan melihat salah satu nama pemainnya, ada Bae Doona juga yang baru-baru ini saya lihat di film Jepang berjudul Linda Linda Linda dan aktingnya di situ menurut saya bagus banget. Jadi tanpa pikir panjang, saya langsung nonton film ini 😀

The Host adalah sebuah film monster. Tapi menurut saya film ini lebih dari sekedar film monster biasa. The Host adalah sebuah film yang dapat membuat penontonnya merasakan berbagai macam emosi, seperti tertawa, terharu, sekaligus tegang. Diceritakan di bagian awal film ini, di markas militer Amerika yang bertempat di Korea, ada seorang professor yang membuang isi dari sebotol zat kimia yang kemudian mengalir ke sebuah sungai bernama sungai Han. Beberapa tahun kemudian, timbul kehebohan di sekitar sungai tersebut. Sesosok monster tiba-tiba muncul dari dalam sungai dan menyerang banyak orang yang berada di sekitar sungai tersebut. Park Gang-du (Kang-ho Song) harus kehilangan anak perempuan semata wayangnya, Hyun-seo (Ah-sung Ko), yang dimakan oleh monster tersebut. Setelah kejadian tersebut, bersama dengan ayah dan kedua adiknya, Nam-joo (Bae Donna) dan Nam-il (Hael-il Park), Gang-du kemudian dipindahkan ke tempat yang aman. Dan, karena Gang-du terkena darah si monster, dengan terpaksa ia harus dipindahkan ke rumah sakit karena disinyalir monster tersebut memiliki virus yang dapat menyebar. Saat tengah malam, Gang-du dikejutkan dengan suara ponselnya dan yang menghubunginya tersebut adalah Hyun-seo, putrinya yang dikiranya sudah meninggal tersebut. Dari obrolan singkat tersebut, Gang-du kemudian mengetahui bahwa putrinya selamat dan berada di dalam  sebuah terowongan dan tidak bisa keluar. Gang-du pun menceritakan hal tersebut pada pihak rumah sakit, namun pihak rumah sakit tidak percaya dan menuduh Gang-du hanya berilusi. Namun, ayah dan kedua adiknya mempercayai Gang-du dan karena tidak ada siapa pun yang mau membantu, mereka berempat kemudian kabur dari rumah sakit dan berniat mencari dan menyelamatkan Hyun-seo. Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah mereka akan berhasil menyelamatkan Hyun-seo? Apakah monster tersebut akan berhasil dimusnahkan? Dan apakah virus tersebut benar-benar ada? Ayo deh tonton aja 😀

Seperti yang saya bilang di atas, film ini merupakan paket komplit karena berhasil menimbulkan berbagai macam emosi bagi yang menontonnya. Komedinya ada, dramanya ada, dan serem-seremnya juga ada, dan semua unsur di dalamnya terasa sangat pas sekali, gak kurang dan gak lebih. Komedinya ditampilkan melalui karakteristik dan dialog-dialog para anggota keluarga ini, yang semuanya berhasil memancing tawa. Apalagi karakter Gang-du ini benar-benar lucu dan dialah faktor pemancing tawa terbesar di film ini. Gang-du diceritakan sebagai seseorang yang agak bodoh dan polos (dan kerjaannya tidur terus), tapi meskipun begitu dia adalah ayah yang sangat mencintai anaknya. Makanya saya terharu banget liat perjuangannya untuk menyelamatkan anaknya tersebut. Selain itu, yang membuat film ini bagus adalah drama keluarganya. Keluarga Park ini bisa dibilang tidak sempurna, kadang saling bertentangan, tapi mereka semua bersatu padu untuk menyelamatkan Hyun-seo. Setelah mereka terpisah-pisah pun, perjuangan mereka tetap tidak berhenti dan mereka tetap berusaha menyelamatkan Hyun-seo.

Semua pemeran bermain dengan sangat baik di film ini. Hie-bong Byeon yang berperan sebagai ayah Gang-du dan Hae-il Park yang berperan sebagai Nam-il sangat pas memerankan perannya masing-masing. Begitu juga dengan Bae Donna, yang meskipun tidak terlalu banyak bicara di sini, tapi perannya termasuk cool sekali sebagai seorang atlet pemanah (dan pas memanah keren banget :D). Ah-sung Ko yang berperan sebagai si kecil Hyun-seo pun menunjukkan akting yang sangat baik. Tapi yang paling cemerlang di sini tentunya adalah Kang-ho Song yang berperan sebagai Gang-du. Saya suka banget sama akting sekaligus karakternya 🙂

Monsternya sendiri, wow jelek banget dan bener-bener menjijikan. Special effectnya menurut saya lumayan bagus, meskipun di bagian awal-awal ada beberapa adegan yang keliatan banget boongannya, tapi overall makin ke sana makin keliatan real. Dan beberapa adegan yang menampilkan monster ini berhasil menimbulkan ketegangan yang lumayan. Selain hal-hal tersebut, terdapat muatan politis juga dalam film ini, dari awal sudah jelas film ini menyindir Amerika yang sering ‘seenaknya’ terhadap negara lain (terbukti dari yang membuang zat kimia yang menghasilkan monster tersebut adalah orang Amerika).

Yak, segini aja review saya. Menurut saya film ini sangat menghibur dan bisa dinikmati siapa saja. Film ini juga memiliki pesan yang sangat bagus mengenai pentingnya suatu keluarga, dan juga mengajarkan keberanian. Satu lagi kelebihan film ini, karakternya bukan tipe karakter ‘jagoan’ seperti di film-film action. Mereka hanya orang biasa, namun keberanian (serta kasih sayang keluarga) lah yang mengantarkan mereka sampai situ. Oh iya, ternyata film ini juga termasuk film yang sangat laris di Korea sana. Dan tidak hanya laris saja, film ini juga terbukti kualitasnya karena berhasil memenangkan berbagai macam awards, salah satunya adalah pada kategori Best Film di Asian Film Awards 2007. 4 bintang 🙂

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

Udah penasaran sama film ini dari dulu, karena EITA dan Ueno Juri (aktor – aktris Jepang favorit saya) bermain bersama di film ini. Dan kebetulan akhir-akhir ini saya lagi ngikutin dorama Sunao ni Narenakute yang juga memasang mereka berdua sebagai pemain utama. Well, karena gemas melihat mereka berdua di dorama itu, saya jadi pengen liat dorama / film mereka yang lain (mereka juga pernah bermain bersama di Nodame Cantabile dan Last Friends, yg dua-duanya udah pernah saya tonton), dan pilihan saya jatuh kepada Summer Time Machine Blues, beruntung saya nyari-nyari film ini di internet akhirnya dapet juga link download-nya 😀

Jangan pedulikan posternya yang terkesan nge-dangdut karena ternyata film ini bagus sekali. Well, menurut saya, sebuah film bisa dikatakan berhasil kalau bisa membuat penonton merasa terhibur dan menikmatinya sepanjang film itu berlangsung (walau dengan tema seremeh temeh apa pun). Dan film ini berhasil melakukannya. Meskipun adegan-adegan awal dari film ini membuat saya bingung, tapi adegan-adegan selanjutnya memberikan saya kepuasan dan mulai menjelaskan kenapa segala hal tersebut bisa terjadi. Oke jadi film ini bercerita tentang apa sih? Kalo liat dari judulnya, mungkin kalian bisa menebak apa yang diceritakan oleh film ini. Yak, time machine alias mesin waktu. Jadi film ini bercerita tentang masa liburan musim panas anak-anak klub sci-fi (yang berjumlah 5 orang) dan klub fotografi, yang bergabung dalam satu ruangan karena klub fotografi anggotanya hanya sedikit (cuma dua orang, salah satunya karakter yang dimainkan Ueno Juri). Suatu hari, terjadi sebuah insiden (yang sebelumnya didahului oleh beberapa keanehan) yang menyebabkan remote AC ruangan tersebut terkena tumpahan coke sehingga remote AC tersebut rusak dan AC ruangan tersebut tidak bisa dinyalakan. Hal tersebut membuat mereka sangat menderita *duh, bahasanya mulai lebay* karena cuaca saat itu sedang panas-panasnya. Keesokan harinya, tiba-tiba mereka kedatangan orang aneh yang ternyata datang dari masa depan beserta mesin waktu yang membawanya kemari. Awalnya mereka tidak percaya dan menganggap mesin waktu tersebut sebagai mainan atau alat untuk mengerjai mereka saja. Salah satu dari mereka, yaitu Soga (Minenori Nagano), akhirnya mencoba kembali ke satu hari yang lalu dengan mesin waktu tersebut, dan mesin tersebut benar-benar berfungsi! Dan Soga tidak bohong karena hal tersebut bisa dibuktikan dengan foto yang diambil sehari yang lalu oleh anak klub fotografi. Akhirnya, setelah mengetahui bahwa mesin waktu itu memang berfungsi, mereka  memutuskan menggunakannya untuk…… mengambil remote AC yang belum ketumpahan coke kemarin *jedang!* Apakah misi mereka akan berhasil? Apalagi setelah itu Takuma (Eita) dan teman-temannya yang tidak ikut kembali ke masa lalu menyadari bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi karena akan menimbulkan suatu kontradiksi (hmm…gimana yah menjelaskannya, biar ngerti tonton aja deh film ini :P). Jadi, apa yang akan terjadi pada mereka selanjutnya? Tonton aja deh.

Film ini benar-benar menghibuuuuur. Saya suka film ini <3. Yang paling saya suka dari film ini adalah di mana segala hal yang terjadi di film ini digambarkan dengan sangat masuk akal. Semua keanehan yang terjadi di bagian awal yang mungkin membuat kening kita berkerut akan dijelaskan melalui kejadian-kejadian yang mereka alami setelah menggunakan mesin waktu (seperti mengenai siapakah pencuri Vidal Sassoon). Padahal awalnya saya sempet ragu dan berharap akan menemui sesuatu yang tidak masuk akal dari film ini, tapi ternyata tidak ada, sutradaranya benar-benar teliti dan rapi menghubungkan adegan-adegan yang ada di film ini. Salut deh. Sebelumnya juga saya sempet bertanya-tanya bukankah akan terjadi kekacauan jika manusia mengubah masa lalu, sementara di masa depan tersebut (sebelum mereka menggunakan mesin waktu) tidak ada yang berubah sama sekali. Dan hal tersebut ternyata akhirnya dibahas juga di film ini. Hehe, sepertinya sutradaranya bisa membaca pikiran penonton mengenai film ini.

Selain jalinan ceritanya yang nyambung dan masuk akal, poin kedua yang saya suka dari film ini adalah humor-nya. Yap, melalui tingkah anak-anak klub sci-fi (yang sebetulnya pada gak ngerti sama sekali mengenai sci-fi) yang lucu tapi gak berlebihan, film ini menjadi sangat segar dan menghibur. Akting mereka sangat natural dan kalopun agak lebay tapi lebay-nya wajar. Oh ya dan yang paling penting EITA terlihat sangat manis di sini *halah*. Selain para anggota klub sci-fi, akting pemeran-pemeran lainnya pun bagus-bagus, seperti Ueno Juri yang sangat pas berperan sebagai Haruka, anggota klub fotografi yang sangat cuek. Satu lagi yang harus saya acungin jempol aktingnya adalah Kuranosuke Sasaki yang berperan sebagai guru pembimbing klub sci-fi yang ketika berteori sering dicuekin oleh murid-muridnya. Kocak banget adegan-adegan yang melibatkan guru satu ini 😀

Well, secara keseluruhan film ini recommended kok. 4 bintang :))

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »