Kita mungkin masih sering bertanya-tanya, untuk apa sih hidup ini? Apa sih arti hidup? Seperti apa sih hidup yang bermakna itu? Dan seperti apa sih hidup yang tidak bermakna itu? Jawaban yang keluar mungkin bermacam-macam. Ada yang mengatakan hidup yang bermakna itu adalah hidup yang dipenuhi kesuksesan atau hidup yang sesuai dengan keinginan. Ada yang mengatakan hidup yang tidak bermakna itu adalah ketika kita salah jalan, atau ketika kita tidak memiliki kegunaan bagi orang lain, terus mengalami kemalangan tanpa ada titik cerah, dan segala hal yang kita lakukan terasa sia-sia dan tidak ada artinya. Namun, apakah benar seperti itu?
Menonton Memories of Matsuko membuat saya kembali mempertanyakan hal-hal di atas. Sesuai judulnya, Memories of Matsuko bercerita tentang kehidupan seorang perempuan bernama Matsuko Kawajiri (Miki Nakatani). Dimulai dari narasi seorang pemuda bernama Sho Kawajiri (Eita), seseorang yang hidupnya terlihat tidak berguna sama sekali. Kabur dari rumah dua tahun yang lalu dengan tujuan untuk menjadi musisi, namun rencananya tidak berjalan sesuai keinginan. Keluar dari band-nya, diputuskan oleh pacarnya yang terang-terangan mengatakan bahwa “hidup bersamanya benar-benar membosankan”, membuat hidupnya terlihat benar-benar menyedihkan. Tidak ada hal yang dilakukannya selain menonton adult video di kamarnya yang sangat berantakan. Lalu tiba-tiba, setelah dua tahun tidak berhubungan dengan keluarganya, ia tiba-tiba kedatangan ayahnya (diperankan Kagawa Teruyuki), yang mengabari bahwa bibinya yang bernama Matsuko telah meninggal dunia karena dibunuh di sebuah taman entah oleh siapa. Sebelumnya Sho tidak pernah tahu bahwa dia memiliki seorang bibi bernama Matsuko. Ayahnya pun menjelaskan, bahwa Matsuko sudah puluhan tahun tidak berhubungan dengan keluarga mereka. “Her life was meaningless,” kata ayahnya. Ayahnya kemudian meminta Sho untuk membersihkan apartemen yang merupakan tempat tinggal Matsuko dulu. Dan datanglah Sho ke apartemen tersebut, apartemen yang dipenuhi sampah, dan menemukan beberapa hal yang membuatnya penasaran, seperti apakah bibinya tersebut? Seperti apakah kehidupannya yang menurut ayahnya “meaningless” tersebut?
Cerita pun berganti menyorot bagaimana kisah hidup dari karakter Matsuko ini, melalui narasi dari Matsuko sendiri. Matsuko ketika kecil adalah seorang anak manis yang kurang mendapat kasih sayang dari ayahnya. Ayahnya adalah orang yang baik dan sebenarnya menyayangi Matsuko, namun perhatiannya lebih ia tunjukan pada adik perempuan Matsuko yang sakit-sakitan. Ketika dewasa, Matsuko mendapat pekerjaan menjadi seorang guru SMP. Di sini Matsuko digambarkan sebagai guru ala Gokusen, guru yang mati-matian membela muridnya yang terkena masalah. Namun hal itu malah membawanya ke masalah baru yang membuatnya dipecat. Sejak itulah kehidupan Matsuko berubah total. Kecemburuannya pada adiknya membuat dia meninggalkan rumah itu, dan mengalami berbagai macam hal, seperti berpacaran dengan seorang pria yang sering melakukan kekerasan terhadapnya, menjadi simpanan seorang pria beristri, menjadi seorang “massage parlor girl”, membunuh seseorang, masuk penjara, berpacaran dengan yakuza, dan sebagainya. Hidupnya dipenuhi kemalangan, dan pada akhirnya hal tersebut membuat ia menutup diri dari kehidupan sosial, dan puncaknya ia terbunuh oleh entah siapa. Selain oleh narasi Matsuko sendiri, kisah hidup Matsuko juga diceritakan dari sudut pandang orang-orang yang mengenal Matsuko di masa hidupnya kepada Sho. Hal tersebut membuat Sho semakin ingin bertemu dengan Matsuko, yang kata orang-orang yang mengenal Matsuko, sangat mirip dengannya.
Sebenarnya alasan saya menonton film ini hanyalah karena Eita bermain di dalamnya, dan saya tidak menyangka kalau filmnya ternyata bagus. Bukan bagus lagi, bagus banget malah. Menonton film ini membuat saya ikut terbawa ke dalam kisah hidup Matsuko yang sangat menyedihkan dan tidak pernah mendapat kebahagiaan untuk waktu yang lama. Oh ya sinopsisnya mungkin membuat kamu mengira kalau film ini adalah film sedih. Ya, ini memang film dengan cerita yang menyedihkan, namun semua itu digambarkan dengan penuh warna dan juga beberapa unsur komedi. Memories of Matsuko adalah film komedi yang pahit, getir, dan menyedihkan. Dan kayaknya saya belum bilang ya kalo ini film musikal? Ini pertama kalinya saya nonton film musikal yang dibuat oleh Jepang, dan tanpa ragu saya mengatakan bahwa film ini adalah salah satu film musikal terbaik yang pernah saya tonton. Selain itu visual film ini sangat bagus dan indah. Sinematografinya sangat oke, ditambah beberapa efek CGI yang tidak membuat visualnya jadi lemah, tapi malah membuat film ini menjadi semakin kaya.
Gaya penceritaan pada film ini mungkin akan mengingatkan kamu pada film Prancis berjudul Amelie (malah ada yang bilang kalo film ini lebih bagus dari Amelie). Namun, Matsuko sangat berbeda dengan Amelie. Amelie bisa dibilang merupakan karakter yang mesti dicontoh oleh banyak orang. Tapi Matsuko, dia bukan contoh karakter panutan. Sering kali ia salah jalan dan bersikap egois. Tapi, ada satu hal yang membuat karakter Amelie mirip dengan Matsuko. Mereka hanya ingin membawa kebahagiaan untuk orang lain. Matsuko hanya ingin membuat orang lain bahagia, namun sayangnya hal tersebut malah lebih sering berbuntut pada kemalangan. Ada satu quote bagus yang diucapkan oleh mantan pacar Sho: “A life isn’t valued by what one receives. But by what one gives.” Dan seperti itulah Matsuko, hidupnya mungkin terlihat meaningless karena ia lebih sering mendapat penderitaan dibanding kebahagiaan. Tapi di luar itu ia telah memberikan kebahagiaan kepada banyak orang di sekitarnya, meskipun mungkin tanpa disadari.
Kesimpulannya, Memories of Matsuko bukanlah film biasa. Ini adalah film yang sangat bagus. Cerita, visual, musik, serta akting yang gemilang dari para pemainnya, terutama Miki Nakatani sang pemeran Matsuko, yang lewat film ini meraih penghargaan pada kategori Best Actress di Asian Film Awards 2007, membuat film ini sangat layak ditonton. Film yang disutradarai oleh Tetsuya Nakashima ini juga dihiasi oleh beberapa cameo, seperti Kou Shibasaki, Kaela Kimura (yang sekarang menjadi istri dari Eita, gara-gara film ini), Anna Tsuchiya, Bonnie Pink, dan mungkin masih ada lagi tapi saya gak kenal :p Highly recommended!
P.S: lewat film ini, saya pertama kali melihat boyband bernama “Hikaru Genji”, salah satu boyband tertua dari agensi Johnny’s Entertainment yang sangat terkenal itu (di adegan mana? Lihat aja deh sendiri :D)
Rating : 1 2 3 4 5