Kekkon Dekinai Otoko. Kalimat tersebut memiliki arti “lelaki yang tidak akan pernah bisa menikah”. Kalimat tersebut juga tampaknya adalah kalimat yang paling tepat untuk menggambarkan sosok Kuwano Shinsuke (Abe Hiroshi), seorang pria lajang yang sudah berusia 40 tahun. Kuwano sendiri sebenarnya memiliki penampilan yang lumayan dan punya pekerjaan yang bagus, yaitu arsitek dan punya kantor sendiri dengan dibantu asistennya Eiji (Tsukamoto Takashi) dan seorang humas bernama Sawazaki Maya (Takashima Reiko). Namun, ia punya kepribadian yang akan membuat para wanita memilih untuk tidak berurusan dengannya. Coba bicara dengan dia sepuluh menit saja, kamu pasti akan berakhir dengan sakit hati karena ia sering mengucapkan ucapan yang nyelekit meskipun tidak memiliki maksud buruk. Di luar sifat sarkastiknya, Kuwano juga seseorang yang sangat individualis. Dia sangat menyukai kesendirian. Dia lebih suka memakan steak sendirian di apartemennya daripada bersenang-senang di pesta. Hiburan baginya adalah mendengarkan musik orkestra sendirian di apartemennya sambil menirukan gaya konduktor. Salah satu bentuk keindividualitasannya yang lain adalah dia tidak akan pernah mengizinkan orang lain masuk ke dalam apartemennya. Dia juga seorang pemuja rutinitas dan punya beberapa kegiatan rutin seperti pergi ke konbini (convenience store) dan rental dvd setiap pulang kerja. Yang jelas, human relationship adalah sesuatu yang merepotkan di mata Kuwano, dan ia juga tidak pernah tertarik untuk menikah.
Suatu hari, kehidupannya yang begitu saja dan penuh pengulangan menjadi sedikit berwarna dengan hadirnya dua orang baru dalam hidupnya. Orang pertama adalah seorang perempuan muda bernama Tamura Michiru (Kuninaka Ryoko), tetangga di apartemennya yang suatu hari menolong Kuwano ketika pria itu collapse karena sakit perut. Orang kedua adalah Hayasaka Natsumi (Natsukawa Yui), seorang dokter yang menangani sakit yang diderita Kuwano pada saat itu. Natsumi sendiri juga merupakan perempuan lajang di usianya yang sudah lebih dari 30 tahun. Sejak hari itu, secara tidak sengaja Kuwano menjadi sering bertemu dengan kedua wanita yang kemudian saling bersahabat itu. Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah status Kuwano sebagai lelaki yang tidak akan pernah bisa menikah akan tetap bertahan? Apakah suatu saat kedua wanita tersebut akan jatuh cinta padanya? Tonton aja deh.
Kekkon Dekinai Otoko adalah salah satu dorama yang dibintangi Abe Hiroshi yang menjadi favorit saya. Apalagi saya paling suka sama dorama bergenre slice of life, dan menurut saya ini adalah salah satu dorama bergenre slice of life paling bagus yang pernah saya tonton. Seperti dorama slice of life pada umumnya, dorama ini berkisar pada kehidupan sehari-hari Kuwano Shinsuke yang penuh dengan pengulangan. Hmm, kelihatannya membosankan ya? Tapi membosankan rasanya bukan kata yang tepat untuk menggambarkan dorama ini. Meskipun cuma tentang kehidupan sehari-hari dan tanpa konflik yang luar biasa, dorama ini berhasil dikemas sedemikian rupa yang membuat dorama ini menjadi sangat menghibur. Keunggulan utama dorama ini tentu saja ada pada karakteristik tokoh-tokohnya yang sangat kuat, terutama karakteristik Kuwano yang begitu unik. Ya, menurut saya ini adalah salah satu contoh dorama yang ceritanya disetir oleh karakternya. Tokoh utamanya, yaitu Kuwano Shinsuke yang diperankan oleh Abe Hiroshi, bukan merupakan tipikal karakter yang biasa menjadi protagonis di dorama-dorama. Karakternya bukanlah tipe karakter yang gampang disukai, tapi itulah yang membuat karakter ini menjadi begitu memorable. Dia orang yang keras kepala, individualis, dan siapapun pasti malas untuk berurusan dengannya. Tapi dia juga kadang bisa melakukan hal tak terduga yang menunjukkan bahwa dia sebenarnya orang yang sangat baik (tapi tidak bisa memperlihatkan kebaikannya secara normal). Interaksinya dengan tokoh-tokoh di sekitarnya pun sangat menarik untuk disimak, dan menjadi sumber kelucuan dorama ini. Mulai dari interaksinya dengan Michiru, Natsumi-sensei, Eiji, Sawazaki, sampai dengan keluarganya sendiri (terutama ibunya yang selalu menyuruhnya menikah).
Seperti yang saya bilang sebelumnya, dorama ini bercerita tentang kehidupan sehari-hari Kuwano yang penuh pengulangan. Oleh karena itu, kita akan menemukan adegan yang repetitif di setiap episodenya. Mulai dari adegan ia menelusuri jalan yang sama ketika pulang, belanja di konbini, meminjam film di rental, makan sendirian di tempat yang sama, dan berbagai macam kegiatan rutin lainnya. Namun, hal tersebut bukanlah hal yang menjadi kekurangan atau sekadar tempelan saja. Adegan-adegan tersebut rupanya menyimpan makna tersendiri yang akan kita temukan di akhir-akhir. Termasuk dengan keberadaan tokoh Kaneda, seorang arsitek kaya tukang pamer yang situsnya sering dicek Kuwano dan Eiji dan tanpa sengaja sering bertemu dengan mereka di sebuah bar. Ya, hal-hal yang seolah-olah tidak penting tersebut rupanya menjadi salah satu hal yang memperkuat dorama ini.
Seperti dorama slice of life pada umumnya, permasalahan-permasalahan yang ditemui di dorama ini berkutat pada permasalahan pada kehidupan sehari-hari, sehingga dorama ini akan terasa dekat dengan penontonnya karena permasalahannya yang mungkin dialami siapa saja. Permasalahan sehari-hari di sini biasanya berkutat pada permasalahan seputar gaya hidup dan kehidupan sosial manusia. Misalnya ada episode yang menyinggung tentang sepasang kekasih yang berkencan di mangacafe dan kedua-duanya malah membaca manga dan bukannya berinteraksi satu sama lain (meskipun cuma disinggung sedikit, tapi isu tersebut lumayan menggelitik juga), atau tentang perbedaan antara perempuan muda 20-an dengan perempuan yang sudah di atas 30 tahun dalam berbelanja baju, dan juga masih banyak permasalahan sehari-hari lainnya yang terlihat remeh temeh tapi menarik untuk didiskusikan. Di luar hal itu, kehidupan Kuwano sebagai arsitek yang memfokuskan dapur sebagai pusat rumah yang dirancangnya juga sangat menarik dan tidak terlihat sebagai tempelan belaka.
Salah satu kekuatan dorama ini adalah karakternya, dan seorang tokoh tidak akan mempunyai karakteristik yang kuat jika tidak didukung akting yang bagus dari pemainnya. Salut untuk Abe Hiroshi karena dia sangat berhasil memerankan Kuwano yang sangat individualis. Caranya bergerak, berbicara, dan berekspresi sangat memperkuat karakteristik tokoh tersebut. Dan yang jelas karakter tersebut menurut saya adalah karakter paling memorable yang pernah dimainkan Abe Hiroshi. Natsukawa Yui juga sangat cocok memerankan si dokter lajang Natsumi-sensei, dan menurut saya dia sangat cocok dipasangkan dengan Abe Hiroshi. Kuninaka Ryoko juga turut berperan bagus sebagai Michiru yang ceria dan ceplas-ceplos. Pemeran-pemeran lainnya seperti Tsukamoto Takashi, Takashima Reika, dan lain-lainnya turut bermain baik di sini. Tapi ada satu lagi karakter yang perlu disorot di dorama ini karena menampilkan akting yang sangat bagus. Dia adalah Ken-chan, anjing yang dipelihara Michiru dan punya semacam keakraban dengan Kuwano. Ya, meskipun cuma seekor anjing, menurut saya Ken-chan adalah salah satu faktor yang membuat dorama ini menjadi semakin menarik. 😀
Overall, saya sukaaa banget sama dorama berjumlah 12 episode ini. Highly recommended, terutama buat penyuka dorama bergenre slice of life. Tambahan lagi, dorama ini juga memborong banyak award pada 50th Television Drama Academy Award, yaitu pada kategori Best Drama, Best Director, Best Scriptwriter, Best Actor (Abe Hiroshi), Best Supporting Actress (Natsukawa Yui), dan Special Award (Ken the Dog). Well, 4,5 bintang deh 😀
Rating : 1 2 3 4 4,5 5