Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘ueno juri’

Dalam pertandingan sepak bola, ada sesuatu yang dinamakan perpanjangan waktu (injury time/additional time/loss time/apalah namanya itu), di mana suatu pertandingan mendapat tambahan waktu beberapa menit dengan beberapa syarat tertentu. Nah, apa jadinya jika hal tersebut berlaku juga di kehidupan nyata? Apa yang akan kamu lakukan jika kamu mendapat perpanjangan waktu di saat ajal akan menjemput?  Ide tersebut merupakan premis dasar dari dorama berjudul Loss:Time:Life, sebuah dorama yang bercerita tentang orang-orang yang diberi perpanjangan waktu ketika kematian mendekati mereka.

Loss:Time:Life sendiri adalah sebuah dorama berjumlah sembilan episode yang setiap episodenya memiliki cerita yang berdiri sendiri dan tidak memiliki kaitan secara langsung antara episode yang satu dengan yang lainnya (kecuali kaitan tema). Setiap episodenya memiliki satu orang tokoh utama yang diceritakan menemui ajalnya dengan cara yang berbeda-beda. Misalnya di episode pertama ada Nakayama Haruhiko (Eita), seorang fotografer berita yang mati karena tertembak oleh penjahat yang sedang diselidikinya. Ketika peluru hampir mengenainya, tiba-tiba waktu di ruangan itu berhenti dan empat orang berpakaian wasit datang menghampirinya. Salah satu di antaranya membawa sebuah papan bertuliskan tambahan waktu yang dimilikinya. Ya, sama seperti sepak bola, rupanya Haruhiko mendapat perpanjangan waktu beberapa jam sebelum ajal benar-benar menghampirinya. Dengan diawasi wasit-wasit tersebut, ia harus memanfaatkan sisa waktunya tersebut untuk menyelesaikan segala urusannya. Dan seperti sepak bola juga, terdapat berbagai aturan yang harus dipatuhi selama masa tambahan waktu tersebut, misalnya tidak boleh memberitahu orang lain bahwa dia sudah meninggal, tidak boleh mengganti baju, dan berbagai macam peraturan lainnya. Jika peraturan tersebut dilanggar, maka ia akan mendapat kartu kuning. Dan ketika tambahan waktu itu akan habis, ia diwajibkan untuk kembali ke tempat kematiannya dan melanjutkan hal yang menjadi takdirnya tersebut. Selain Haruhiko, masih ada delapan tokoh lagi dengan latar belakang dan cara kematian berbeda-beda yang mengalami hal serupa. Siapa saja kah mereka? Apa yang mereka lakukan dalam sisa waktunya tersebut? Apakah mereka benar-benar akan mati? Tonton aja deh.

Ini adalah salah satu dorama yang saya tonton karena faktor ada Eita-nya *ahem*, dan rupanya dorama ini berhasil memuaskan saya. Yang paling saya suka dari dorama ini tentu saja ide atau premisnya yang menarik. Dan ide tersebut berhasil dieksekusi dengan sangat baik. Meskipun punya premis yang terkesan repetitif (orang mati, dapat tambahan waktu, menyelesaikan urusannya, selesai), tapi si pembuatnya berhasil membuat setiap episodenya memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dari episode lainnya, sehingga saya selalu merasa menemukan hal yang baru di setiap episodenya. Setiap tokoh utama di masing-masing episodenya memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Selain Haruhiko si fotografer, masih ada delapan tokoh lain dengan profesi yang berbeda-beda. Ada yang seorang polisi (episode 2, diperankan Koyama Keiichiro), ibu rumah tangga (episode 3, diperankan Tomochika), perawat (episode empat, diperankan Ueno Juri), mangaka (episode 5, diperankan Ito Atsushi), aktor kurang terkenal (episode 6, diperankan Tanaka Naoki), istri yakuza (episode 7, diperankan Tokiwa Takako), wanita karir (episode 8, diperankan Maki Yoko), dan hikikomori (episode 9, diperankan Oizumi Yo). Cara kematiannya pun berbeda-beda, ada yang dibunuh, kecelakaan, bunuh diri, serangan jantung, bahkan ada yang sampai mati karena tersedak makanan. Tambahan waktunya pun berbeda-beda. Ada yang tiga jam, empat jam, lima jam, bahkan ada yang jauh lebih lama dari itu. Segala macam perbedaan tersebut membuat setiap episodenya memiliki daya tarik masing-masing dan menjadikan kesan repetitif itu menjadi tidak terlihat.

Selain itu, yang menarik lagi dari dorama ini adalah cara tokoh-tokoh tersebut menghabiskan waktunya yang tersisa. Yang paling saya suka adalah episode 4 yang memasang Ueno Juri sebagai tokoh utamanya. Di situ ia diceritakan sebagai seorang perawat yang mencoba bunuh diri setelah diputuskan pacarnya. Dan setelah ia mendapat tambahan waktu, yang ia lakukan adalah… mencoba bunuh diri lagi 😀 Selain episode itu, masih ada beberapa episode lainnya yang saya suka. Secara keseluruhan, episode-episode favorit saya adalah episode satu, tiga, empat, lima, dan delapan. Namun, selain episode-episode itu, episode-episode lainnya juga tidak kalah menarik kok. Dan yang paling saya suka adalah setiap episodenya selalu berhasil bikin saya merasa tersentuh dan gak rela kalau mereka bener-bener akan mati (dan saya emang lemah sama cerita yang temanya tentang kematian). Apalagi, melalui tambahan waktu tersebut, para tokoh di sini kemudian menemukan hal-hal berharga yang tidak pernah dialaminya ketika hidup dan tambahan waktu tersebut membuat mereka menjadi lebih menghargai kehidupan.

Di luar hal-hal di atas, yang paling saya suka di sini adalah… karakter wasit-wasitnya. Ya, kayaknya cuma di dorama ini malaikat maut digambarkan dengan sosok manusia berpakaian wasit. Wasit-wasit ini sendiri tidak pernah diperlihatkan berbicara, tapi gerak-gerik mereka selalu bisa bikin saya ketawa. Selain loss time, wasit, dan kartu kuning, ada satu lagi unsur dari pertandingan sepak bola yang dimasukkan di dorama ini dan membuat dorama ini menjadi lebih menarik. Ya, komentator! Pertandingan sepak bola pasti tidak akan seru jika tidak dilengkapi dengan suara komentator. Begitu juga dengan dorama ini. Seperti pada sepak bola, ada suara-suara yang mengomentari segala tindak-tanduk yang dilakukan tokoh-tokohnya (yang komentarnya banyak yang kocak). Bahkan untuk adegan tertentu ada juga yang diulang alias diberi tayangan replay-nya 😀 Hal-hal tersebut membuat dorama ini menjadi semakin menghibur dan meskipun bertema tentang kematian, dorama ini sama sekali tidak memberi kesan depresif.

Overall, saya sangat menyukai dorama berjumlah sembilan episode ini. Oh ya episode-episode di sini memang tidak memiliki kaitan secara langsung satu sama lain. Tokoh utama antara satu episode dengan episode lainnya diceritakan tidak saling mengenal. Tapi ada satu orang tokoh yang selalu ada di setiap episodenya, yaitu tokoh Omoto-san yang diperankan Nukumizu Youichi. Tidak terlalu jelas latar belakang karakter ini, dan berhubung dengan itu, dorama ini memiliki dua episode tambahan (overtime) yang berfokus pada kehidupan karakter itu (dengan ditambah pemeran lain seperti Kuriyama Chiaki dan Sakai Wakana). Sayangnya, dua episode itu menurut saya tidak semenarik sembilan episode sebelumnya dan tidak begitu menjelaskan apa maksud dari keberadaan tokoh itu. Di luar hal itu, karena setiap episodenya berdiri sendiri, menurut saya dorama ini bisa dinikmati secara acak alias tidak berurutan. Saya juga setelah episode satu langsung loncat ke episode 4 dan selanjutnya nonton berdasarkan urutan artis yang saya suka, dan hal itu sama sekali tidak mengganggu kenikmatan menonton dorama ini. Tapi saran saya, jika mau menonton secara acak, lebih baik episode pertama yang ditonton tetap episode 1 dan episode terakhir yang ditonton tetap episode 9 (tengah-tengahnya terserah mau nonton yang mana dulu). Well, 4 bintang deh 😀

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

Jadi ceritanya saya lagi libur kuliah (tapi ikut sp satu mata kuliah sih) dan selama libur ini kerjaan saya nonton film terus. Saking banyaknya film yang ditonton, saya sampai bingung mau nge-review yang mana dulu. Karena itu kali ini saya akan nulis review singkat dari beberapa film (gak semua ya, kebanyakan soalnya :p) yang saya tonton belakangan ini. Mungkin kalau tidak malas, beberapa film dalam review ini akan saya buatkan review versi panjangnya.

1. Linda Linda Linda (Japan, 2005)

Salah satu film remaja Jepang yang cukup bagus dan menarik. Idenya sederhana, tentang sebuah band yang beranggotakan siswi-siswi SMU yang akan tampil dalam festival sekolah, namun menemui masalah yang menyebabkan dua personil band itu keluar (termasuk sang vokalis). Beberapa hari sebelum tampil, mereka pun mencari vokalis baru secara ‘asal’. Adalah  Son, siswi pindahan dari Korea Selatan, yang menjadi vokalis baru mereka. Lalu timbul berbagai kejadian sebelum mereka tampil, dan meskipun baru beberapa hari, karakter Son ini akhirnya menemukan kegembiraan dan semangat baru sejak bergabung dengan band tersebut. Film ini menarik dan cukup menghibur. Yang saya suka adalah ide cerita film ini sama sekali tidak muluk-muluk, namun tidak mengurangi daya tarik film ini. Akting Bae Doona sebagai orang Korea yang sekolah di Jepang sangat memikat. Begitu juga dengan Kashii Yuu. Terakhir, habis nonton film ini saya jadi terus terngiang-ngiang sama lagu Linda Linda dari The Blue Hearts yang mereka bawakan pada festival tersebut :D. 3,5 / 5

2. Kick-Ass (2010)

Sebenarnya saya tidak pernah tertarik  pada film-film bertema superhero. Bukan karena jelek, tapi memang bukan selera saya saja. Tapi begitu mendengar bahwa superhero-superhero dalam Kick-Ass bukanlah superhero beneran (maksudnya mereka tidak mempunyai kekuatan super), saya pun jadi pengen nonton film ini, dan ternyata saya menyukai filmnya. Film ini lucu dan segar. Humornya yang tergolong ke dalam humor-humor masa kini lumayan menghibur. Dan yang membuat film ini semakin menarik adalah karakter Hit Girl yang diperankan Chloe Moretz. Meskipun memancing banyak perdebatan, tapi saya cinta karakter ini. 4/5

3. Rainbow Song (Japan, 2006)

Nama Shunji Iwai yang berperan sebagai produser dan co-writer film ini lah yang membuat saya menonton film ini. Belum lagi ada Hayato Ichihara, Ueno Juri, dan Yu Aoi. Dan saya gak nyesel nontonnya! Ceritanya termasuk klise, tentang persahabatan yang menjadi cinta *ceileh*. Cewek dan cowok bersahabat, lalu si cewek mulai jatuh cinta pada si cowok. Tapi sebelum si cowok menyadari perasaannya pada si cewek, si cewek keburu meninggal (tenang ini bukan spoiler karena dari awal kita sudah diberitahu kalo ceweknya meninggal). Cerita seklise apapun kalau dikemas dengan baik, pasti akan jadi film yang bagus. Begitu juga dengan film ini. Saya sangat menikmati film ini dari awal sampai akhir. Ueno Juri berakting sangat bagus di film ini sebagai karakter cewek yang meninggal itu. Dan Hayato Ichihara, ini kali kedua saya melihat dia setelah melihatnya di Lily Chou-chou, dan penampilan fisiknya udah jauh berubah dari pas di Lily Chou-chou. Yu Aoi, meskipun kemunculannya tidak begitu banyak  tapi tetap menampilkan akting yang memikat. Sebenarnya film ini memiliki beberapa kekurangan, tapi tidak begitu mengganggu. Yang jelas, ini tipe film yang akan saya tonton berkali-kali. 3,75/5.

4. The Girl Who Leapt Through Time (Japan, 2006)

Akhir-akhir ini lagi ketagihan nonton anime yang berbentuk movie. Dan film ini adalah salah satu anime movie yang sangat saya rekomendasikan untuk ditonton! Tentang seorang siswi SMU yang tiba-tiba memiliki kemampuan untuk meloncati waktu. Dan kemampuannya ini digunakannya untuk mengubah hal-hal yang bisa dibilang sederhana, namun nantinya akan menimbulkan masalah. Film ini lucu dan menghibur, animasinya juga bagus. Selain itu film ini menampilkan kejutan yang tidak saya duga. Review panjangnya menyusul ya. 4/5.


5. The Notebook (2004)

Karena saya ini termasuk orang yang menyukai film-film cinta yang mengharu biru, awalnya saya kira film ini akan berhasil membuat saya termehek-mehek. Tapi nyatanya, dari awal sampai akhir, ekspresi saya tetap datar. Ya ya ya, mungkin ada yang salah pada diri saya karena sebagian besar orang yang menonton film ini mengatakan film ini mengharukan dan sebagainya. Tapi entahlah, saya tidak bisa merasakan kedalaman hubungan antara Noah dan Allie. Karakter Noah yang begitu hidup di bagian awal, setelah berpacaran dengan Allie kok rasanya jadi melempem dan tidak terasa semangatnya. Tapi di luar itu saya suka aktingnya Rachel McAdams. 2,75/5

6. Perfect Blue (Japan, 1998)

Anime movie juga, disutradarai oleh Satoshi Kon. Ceritanya tergolong berat dan sama sekali bukan konsumsi anak-anak karena menampilkan sedikit nudity dan kekerasan. Tentang seorang pop idol yang memutuskan ganti haluan menjadi seorang aktris. Dan hal ini menimbulkan masalah karena ada fans yang tidak setuju dan sebagai aktris ia dituntut untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak dia inginkan. Belum lagi setelah itu muncul persona/kepribadian lain yang terus menghantuinya. Sebuah thriller psychology yang lumayan mencekam. Endingnya juga mengejutkan dan gak ketebak. Sebenernya saya ngerasa kalo film ini dibikin jadi live action, pasti filmnya akan semakin bagus. Tapi okelah anime juga, meskipun saya agak kurang suka desain karakternya. 4,5/5

7. Being John Malkovich (1999)

Edan film ini bagus banget! Jenius! Ceritanya termasuk orisinil dan menampilkan kejutan-kejutan yang tak terduga. Skenarionya ditulis oleh orang yang menulis skenario Eternal Sunshine of The Spotless Mind yang sama-sama sangat orisinil, yaitu Charlie Kaufman. Dan, menurut saya film ini lebih mudah dimengerti daripada Eternal Sunshine. Setidaknya saya tidak perlu mengulang-ngulang beberapa adegannya agar bisa mengerti sepenuhnya seperti pada saat saya nonton Eternal Sunshine. Selain ceritanya yang jenius, film ini juga menurut saya termasuk menghibur dan sudah pasti film ini masuk ke daftar my all time favorite movies. Review panjangnya tunggu saja ya 😀 5/5

8. Aoi Tori / The Blue Bird (Japan, 2008)

Nonton film ini karena faktor Kanata Hongo, dan agak nyesel nontonnya. Mengangkat tema school bullying, sebenarnya film ini berpotensi jadi bagus. Tapi saya malah kebosanan mengikutinya. Karakter guru gagap yang dimainkan Abe Hiroshi sebenarnya unik, tapi entah kenapa saya tidak bisa bersimpati padanya, dan tanggapan saya padanya sama seperti tanggapan murid-murid di sini. Latar belakang anak yang pindah sekolah karena dibully itu pun kurang kuat, mungkin kalo ditampilkan potongan adegan-adegan yang menampilkan karakter ini ketika bersekolah di sekolah itu, film ini akan jadi lebih menarik. Dan Kanata Hongo, kerjanya cemberut aja sik, tapi tetep cakep *alah*. 2,5/5

9. Despicable Me (2010)

Filmnya lucu dan mengharukan, dan tentunya sangat menghibur. Lelucon-leluconnya sebenarnya banyak yang slapstick, tapi tidak begitu mengganggu kok. Dan sejak karakter Gru ini mengadopsi tiga anak yatim piatu tersebut, ceritanya jadi mudah ketebak, tapi meskipun begitu film ini tetap menghibur. Dan yang menonton film ini pasti jatuh cinta pada karakter minion-minion yang menggemaskan itu. Ihik. Pengen cari merchandise-nya. 3,75/5

Read Full Post »

Siapa yang tidak mengenal twitter ? Situs microblogging ini sangat populer di mana-mana saat ini, termasuk di Indonesia *terbukti dengan trending topic yang sering didominasi oleh warga Indonesia*. Siapa yang menyangka kalau twitter juga populer di Jepang? Setahu saya, situs-situs buatan Amerika semacam facebook gak laku sama sekali kalo di Jepang, karena mereka lebih senang menggunakan situs-situs buatan mereka sendiri. Tapi ternyata, twitter lumayan mendapat tempat di hati orang Jepang, yang ditunjukan melalui dorama ini.

Dorama ini berkisah tentang pertemuan beberapa orang yang sebelumnya sudah saling mengenal melalui twitter. Jadi ceritanya kopi darat gituuuuh. Orang-orang tersebut *nama berdasarkan panggilan di twitter* adalah Nakaji (Eita), yang mengaku sebagai seorang fotografer; Haru (Ueno Juri), seorang guru SMA; Doctor (Hero JaeJoong), orang Korea yang bekerja di Jepang dan mengaku sebagai seorang dokter; Linda (Tamayama Tetsuji), seorang editor majalah; dan yang terakhir adalah teman Haru yang bernama Hikari, tidak punya akun twitter dan datang ke pertemuan tersebut untuk menemani Haru, mengaku sebagai pramugari, dan setelah pertemuan tersebut akhirnya dia membuat akun twitter juga dengan nama Peach (Saki Megumi).

Kelima orang ini kemudian dengan cepat menjadi sahabat juga di dunia nyata. Mereka pun kemudian dapat menanggalkan segala kepalsuan yang ada di pertemuan pertama mereka, misalnya mengenai profesi mereka yang sebenarnya. Dan dalam hal persahabatan antara pria dan wanita, cinta selalu saja bisa tumbuh *jijay banget bahasa saya*. Haru, sebelum bertemu dengan Nakaji, sudah memiliki sebuah perasaan khusus terhadap pria tersebut. Dan setelah bertemu (meskipun diawali dengan kesan yang buruk), perasaan tersebut semakin dalam saja. Namun sayangnya, Nakaji sendiri saat itu sedang berpacaran dengan seorang wanita ber-suami. Haru sendiri sebenarnya ditaksir habis-habisan oleh Doctor, yang kemudian mengutarakan perasaan tersebut padanya. Sementara Peach, memiliki masalah yaitu ia hamil dan orang yang menghamilinya tidak mau bertanggung jawab. Linda sendiri memiliki masalah berkenaan dengan pekerjaan dan atasannya. Lalu, apa yang akan terjadi pada mereka selanjutnya? Yah, tonton aja lah.

Kalo ditanya apakah saya suka atau tidak pada dorama ini, saya akan menjawab suka. Tapi setelah dipikir-pikir, saya suka dorama ini karena tertarik untuk mengikuti kisah cinta segitiga antara Nakaji – Haru – Doctor, dan ini pun subjektif banget karena saya penggemar Eita dan dari dulu terobsesi  ingin melihat Eita dan Ueno Juri jadi pasangan. Karena itu, saya akan menghilangkan pandangan-pandangan subjektif itu sejenak dan mulai menilai dorama ini secara objektif pada review ini *ehem*.

Dari segi cerita, tidak ada yang baru dari dorama ini. Sesuai judulnya yang memiliki arti “Hard to Say I Love You”, dorama ini bercerita tentang kisah cinta bertepuk sebelah tangan atau kisah cinta yang tidak tersampaikan *ceileh*. Awalnya kisah cinta dorama ini mungkin akan terlihat seperti kisah cinta segitiga, tapi kemudian ceritanya akan berkembang menjadi kisah cinta segi-banyak *yang bikin saya agak sebel*.  Yang menjadi kekurangan dorama ini adalah dorama ini terlalu banyak konflik, tapi konflik tersebut tidak digambarkan dengan jelas dan terlihat seperti tempelan (contohnya tentang murid dan adik Haru yang memakai narkoba), sehingga terasa banyak bolongnya karena setelah itu tidak diceritakan lagi (atau hanya diceritakan sekilas). Latar belakang twitternya pun tidak terlalu kuat, dan hanya ditampilkan sedikit-sedikit, sehingga tampak seperti tempelan saja.

Tapi dorama ini sendiri memiliki sebuah kekuatan untuk membuat penontonnya gregetan dan penasaran untuk mengikuti sampai akhir, melalui kisah cinta segitiga Nakaji-Haru-Doctor. Entah karena saya suka Eita, tapi saya lihat teman-teman twitter saya yang nonton dorama ini kalo ngetwit tentang dorama ini pasti twit-nya berkisar antara mereka bertiga. Menurut saya, hubungan antara mereka bertiga lumayan tergambar dengan baik. Saya senang melihat interaksi Nakaji dengan Haru (dan mungkin karena Eita dan Juri udah kenal lama karena sering maen film / dorama bareng, jadi mereka selalu terlihat cocok). Meskipun ini bukan akting Ueno Juri yang terbaik, tapi dia lumayan berhasil menggambarkan Haru yang melankolis dan menyimpan rasa pada Nakaji (tapi hey juri, tolong dong hilangkan suara diimut-imutin kayak Nodame itu). Eita juga saya rasa berperan baik sebagai Nakaji, meskipun perannya gak istimewa-istimewa amat. Dan kedua orang ini berhasil menampilkan chemistry yang pas, meskipun perasaan Nakaji pada Haru tidak jelas, tapi penonton bisa melihat kalo Nakaji sangat memedulikan Haru. Untuk Jae-joong (yang tampaknya membuat dorama ini banyak ditonton oleh penggemar Korea) yang berperan sebagai Doctor, menurut saya dia lumayan aktingnya, tapi sayangnya saya tidak begitu menyukai karakternya *bukan karena sensi karena dia saingan Nakaji loh, tapi emang dari awal gak begitu suka karakternya*. Untuk karakter lainnya, saya gak begitu peduli. Saya gak begitu suka sama karakter Peach (dan juga pemerannya). Dan meskipun karakter Linda punya masalah yang cukup berat, tapi gak berhasil bikin saya peduli sama dia. Satu lagi, saya kecewa banget sama endingnya. Emang endingnya sesuai keinginan saya, tapi hal tersebut disajikan dengan sangat biasa. Setelah saya nonton dorama ini sampai beres, saya cuma bilang: “Haaah? Gitu doaaang?”

Well kesimpulannya, kalo bukan karena Eita yang main, dorama ini bakal saya lewatkan begitu saja. Mau ngasih 3 bintang, tapi kok kayaknya kegedean, jadi 2, 75 aja ya *biarin tanggung juga* :p

Rating : 1 2 2,75 3 4 5

Read Full Post »

Udah penasaran sama film ini dari dulu, karena EITA dan Ueno Juri (aktor – aktris Jepang favorit saya) bermain bersama di film ini. Dan kebetulan akhir-akhir ini saya lagi ngikutin dorama Sunao ni Narenakute yang juga memasang mereka berdua sebagai pemain utama. Well, karena gemas melihat mereka berdua di dorama itu, saya jadi pengen liat dorama / film mereka yang lain (mereka juga pernah bermain bersama di Nodame Cantabile dan Last Friends, yg dua-duanya udah pernah saya tonton), dan pilihan saya jatuh kepada Summer Time Machine Blues, beruntung saya nyari-nyari film ini di internet akhirnya dapet juga link download-nya 😀

Jangan pedulikan posternya yang terkesan nge-dangdut karena ternyata film ini bagus sekali. Well, menurut saya, sebuah film bisa dikatakan berhasil kalau bisa membuat penonton merasa terhibur dan menikmatinya sepanjang film itu berlangsung (walau dengan tema seremeh temeh apa pun). Dan film ini berhasil melakukannya. Meskipun adegan-adegan awal dari film ini membuat saya bingung, tapi adegan-adegan selanjutnya memberikan saya kepuasan dan mulai menjelaskan kenapa segala hal tersebut bisa terjadi. Oke jadi film ini bercerita tentang apa sih? Kalo liat dari judulnya, mungkin kalian bisa menebak apa yang diceritakan oleh film ini. Yak, time machine alias mesin waktu. Jadi film ini bercerita tentang masa liburan musim panas anak-anak klub sci-fi (yang berjumlah 5 orang) dan klub fotografi, yang bergabung dalam satu ruangan karena klub fotografi anggotanya hanya sedikit (cuma dua orang, salah satunya karakter yang dimainkan Ueno Juri). Suatu hari, terjadi sebuah insiden (yang sebelumnya didahului oleh beberapa keanehan) yang menyebabkan remote AC ruangan tersebut terkena tumpahan coke sehingga remote AC tersebut rusak dan AC ruangan tersebut tidak bisa dinyalakan. Hal tersebut membuat mereka sangat menderita *duh, bahasanya mulai lebay* karena cuaca saat itu sedang panas-panasnya. Keesokan harinya, tiba-tiba mereka kedatangan orang aneh yang ternyata datang dari masa depan beserta mesin waktu yang membawanya kemari. Awalnya mereka tidak percaya dan menganggap mesin waktu tersebut sebagai mainan atau alat untuk mengerjai mereka saja. Salah satu dari mereka, yaitu Soga (Minenori Nagano), akhirnya mencoba kembali ke satu hari yang lalu dengan mesin waktu tersebut, dan mesin tersebut benar-benar berfungsi! Dan Soga tidak bohong karena hal tersebut bisa dibuktikan dengan foto yang diambil sehari yang lalu oleh anak klub fotografi. Akhirnya, setelah mengetahui bahwa mesin waktu itu memang berfungsi, mereka  memutuskan menggunakannya untuk…… mengambil remote AC yang belum ketumpahan coke kemarin *jedang!* Apakah misi mereka akan berhasil? Apalagi setelah itu Takuma (Eita) dan teman-temannya yang tidak ikut kembali ke masa lalu menyadari bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi karena akan menimbulkan suatu kontradiksi (hmm…gimana yah menjelaskannya, biar ngerti tonton aja deh film ini :P). Jadi, apa yang akan terjadi pada mereka selanjutnya? Tonton aja deh.

Film ini benar-benar menghibuuuuur. Saya suka film ini <3. Yang paling saya suka dari film ini adalah di mana segala hal yang terjadi di film ini digambarkan dengan sangat masuk akal. Semua keanehan yang terjadi di bagian awal yang mungkin membuat kening kita berkerut akan dijelaskan melalui kejadian-kejadian yang mereka alami setelah menggunakan mesin waktu (seperti mengenai siapakah pencuri Vidal Sassoon). Padahal awalnya saya sempet ragu dan berharap akan menemui sesuatu yang tidak masuk akal dari film ini, tapi ternyata tidak ada, sutradaranya benar-benar teliti dan rapi menghubungkan adegan-adegan yang ada di film ini. Salut deh. Sebelumnya juga saya sempet bertanya-tanya bukankah akan terjadi kekacauan jika manusia mengubah masa lalu, sementara di masa depan tersebut (sebelum mereka menggunakan mesin waktu) tidak ada yang berubah sama sekali. Dan hal tersebut ternyata akhirnya dibahas juga di film ini. Hehe, sepertinya sutradaranya bisa membaca pikiran penonton mengenai film ini.

Selain jalinan ceritanya yang nyambung dan masuk akal, poin kedua yang saya suka dari film ini adalah humor-nya. Yap, melalui tingkah anak-anak klub sci-fi (yang sebetulnya pada gak ngerti sama sekali mengenai sci-fi) yang lucu tapi gak berlebihan, film ini menjadi sangat segar dan menghibur. Akting mereka sangat natural dan kalopun agak lebay tapi lebay-nya wajar. Oh ya dan yang paling penting EITA terlihat sangat manis di sini *halah*. Selain para anggota klub sci-fi, akting pemeran-pemeran lainnya pun bagus-bagus, seperti Ueno Juri yang sangat pas berperan sebagai Haruka, anggota klub fotografi yang sangat cuek. Satu lagi yang harus saya acungin jempol aktingnya adalah Kuranosuke Sasaki yang berperan sebagai guru pembimbing klub sci-fi yang ketika berteori sering dicuekin oleh murid-muridnya. Kocak banget adegan-adegan yang melibatkan guru satu ini 😀

Well, secara keseluruhan film ini recommended kok. 4 bintang :))

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »