Ahey, akhirnya ada lagi film Ghibli yang saya tonton. Abis rasanya susah banget nemuin film Ghibli itu dan beberapa minggu lalu saya bahagia sekali karena gak sengaja menemukan dvd film ini di lapak dvd bajakan deket kampus *hehe*. Yak, Ponyo adalah film Ghibli kedua yang saya tonton setelah Spirited Away yang memukau itu. Dan film ini pun juga sangat memukau meskipun menurut saya masih lebih bagus Spirited Away.
Oke jadi film ini bercerita tentang Ponyo (yang awalnya memiliki nama Brunhilde), semacam ikan jejadian (mirip ikan mas tapi punya wajah mirip manusia) yang merupakan peranakan manusia dengan dewi laut. Ponyo ini berusia lima tahun, dan seperti halnya anak-anak yang sedang tumbuh, ia memiliki rasa ingin tahu yang besar dan sangat ingin mengetahui bagaimana dunia di atas sana (daratan maksudnya). Ia lalu kabur dan tanpa sengaja terperangkap di sebuah toples kaca. Sousuke, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun yang rumahnya berada di atas tebing melihatnya dan menyelamatkan Ponyo dengan cara memecahkan toples tersebut. Tangan Sousuke jadi berdarah dan Ponyo langsung menjilat darahnya sehingga luka di tangan Sousuke tersebut sembuh seketika, membuktikan bahwa ikan kecil tersebut memiliki kekuatan magis. Sousuke yang langsung menyukai ikan kecil tersebut berniat merawatnya dan kemudian memberi nama ikan tersebut dengan nama “Ponyo”. Lalu, meskipun kurang dari sehari mereka bersama, mulai timbul rasa suka dalam hati Ponyo kepada Sousuke. Sayangnya, Ponyo berhasil ditemukan ayahnya, Fujimoto, dan dibawa kembali ke dalam laut. Namun, tekad yang kuat membuat Ponyo (yang sangat ingin berubah menjadi manusia) berhasil kabur kembali. Bukan hanya itu, berkat darah Sousuke, Ponyo berhasil mewujudkan keinginannya menjadi manusia. Wujudnya berubah menjadi seorang anak perempuan kecil. Namun, perubahan dirinya menjadi manusia ini ternyata menimbulkan sebuah bencana yang sangat berbahaya bagi desa tersebut. Jadi, apa yang akan terjadi pada Ponyo selanjutnya? Tonton aja deh.
Meskipun baru dua kali nonton film studio Ghibli, tapi saya tidak ragu untuk mengatakan bahwa Hayao Miyazaki adalah salah satu sutradara / animator hebat dunia. Senang rasanya melihat masih ada yang mempertahankan model animasi 2D di tengah maraknya animasi-animasi 3D dengan efek CGI yang begitu canggih saat ini. Dan, meskipun ini film animasi 2D, animasinya sendiri sangat bagus dan indah. Dunia bawah laut, beserta makhluk-makhluk di dalamnya digambarkan sangat indah dan animasinya sangat memanjakan mata. Namun, Miyazaki tidak hanya memberi kita gambar-gambar indah saja. Dia juga menunjukan sebuah realita di mana ketika Ponyo berenang ke darat, diperlihatkan banyak sampah di lautan yang sedang diangkut oleh sebuah kapal. Tidak mengherankan jika Fujimoto (ayah Ponyo) membenci manusia, karena banyak manusia yang sering mengotori lautan yang dicintainya (tapi gak semua manusia begitu loh :p)
Cerita film ini sendiri, yaitu tentang seekor ikan yang ingin menjadi manusia, mungkin akan mengingatkan kita pada kisah The Little Mermaid karya Hans Christian Andersen. Tapi meskipun keduanya memiliki kesamaan tema, kedua kisah ini jauh berbeda kok. Saya suka persahabatan antara Sousuke dan Ponyo, meskipun persahabatan mereka bisa dibilang baru sebentar, tapi bisa kelihatan kalau Sousuke sangat menyayangi Ponyo, begitu juga sebaliknya. Karakter Sousuke begitu baik dan polos, seperti anak-anak pada umumnya. Ponyo juga begitu menggemaskan, tapi saya lebih suka wujud dia pas jadi ikan dibanding jadi manusia, hehe. Karakter-karakter lainnya pun sangat mendukung cerita film ini, seperti Lisa, ibu Sousuke yang tegas tapi punya jiwa penolong yang sangat tinggi. Begitu juga dengan karakter nenek-nenek di panti Jompo (tempat kerja Lisa) yang turut menghidupkan semangat film ini. Karakter Fujimoto, ayah Ponyo, juga tidak bisa dibilang sebagai karakter antagonis atau jahat karena kebenciannya terhadap manusia sangat beralasan, sehingga tidak ada hitam atau putih dalam film ini.
Yang bagus lagi dari film ini adalah pesan moral yang disampaikan Miyazaki sama sekali tidak terlihat menggurui atau menghakimi. Keindahan lautan yang ditampilkan oleh Miyazaki membuat kita menyadari bahwa itu adalah salah satu harta terbesar dunia yang tidak boleh dikotori oleh tangan kita sendiri. Ayo, bagaimana kalo suatu saat lautan marah karena tindakan kita? Bukan gak mungkin nanti terjadi bencana seperti yang terjadi pada film ini (meskipun bencana di film ini gara-gara si Ponyo sih ^^). Namun, film ini tidak langsung menyalahkan manusia begitu saja, karena ditunjukan juga sisi baik dari manusia melalui karakter Lisa yang jiwa sosialnya sangat tinggi. Ja, sekian aja. 4 bintang saya kasih untuk film ini. Recommended!
Rating : 1 2 3 4 5