Feeds:
Posts
Comments

Archive for February, 2011

Normal,  menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, normal (adjektiva) dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menurut aturan atau menurut pola yang umum; sesuai dan tidak menyimpang dari suatu norma atau kaidah; sesuai dengan keadaan yang biasa; tanpa cacat; dan tidak ada kelainan. Normal juga dapat diartikan sebagai hal yang biasa, lazim, dan lumrah bagi banyak orang. Dalam film “Turtles Swim Faster Than Expected” ini, kata normal mungkin dapat diwakilkan oleh karakter Katakura Suzume (Ueno Juri). Suzume adalah seorang ibu rumah tangga muda yang hidupnya sangaaaaaat biasa. Saking biasanya, Suzume kadang-kadang sering tidak “terlihat” oleh orang lain. Suzume tinggal sendiri di rumahnya. Suaminya sedang berada di luar negeri untuk beberapa lama. Dan yang ia lakukan tiap hari adalah bersih-bersih rumah, memasak, berbelanja, dan hal-hal yang dapat disebut sebagai kegiatan normal bagi banyak orang. Satu lagi, setiap hari Suzume memiliki kegiatan memberi makan kura-kura peliharaan suaminya, dan suaminya ini setiap hari selalu menelepon Suzume hanya untuk menanyakan kura-kuranya.

Suatu hari, Kujaku (Yu Aoi), teman Suzume sejak kecil, menelepon dan mengajak Suzume bertemu. Berbeda dengan Suzume, Kujaku bisa dibilang merupakan orang yang sangat tidak normal. Ia punya gaya hidup yang lain daripada yang lain, dan hal tersebut kadang-kadang membuat Suzume iri karena merasa hidup Kujaku tidak membosankan seperti dirinya. Setelah ke tempat yang dijanjikan, ia mendapat telepon dari Kujaku yang mengabari bahwa ia baru bisa datang dua jam lagi. Karena itulah, untuk membunuh waktu, Suzume memutuskan untuk melakukan beberapa hal yang ‘tidak biasa’, salah satunya ke salon yang baru pertama kali ia lihat dan mengubah gaya rambutnya menjadi sangat aneh. Dengan mengubah gaya rambutnya tersebut, Suzume berharap hidupnya menjadi lebih berbeda dan lebih menyenangkan. Namun pada kenyataannya, ia tetap tidak “terlihat” seperti biasanya.

Nah, beberapa saat sebelum bertemu Kujaku, Suzume mengalami suatu ‘insiden’ yang melibatkan tangga dan buah apel. Karena insiden tersebut, ia menemukan sebuah poster dengan ukuran saaaaaangat kecil (lebih kecil dari jempol manusia) tentang perekrutan spy. Setelah bertemu Kujaku dan kembali ke rumahnya, ia teringat poster tersebut. Dan dengan harapan agar hidupnya menjadi lebih menyenangkan, Suzume menghubungi nomor telepon yang ada di poster tersebut. Suzume pun disuruh untuk datang ke sebuah alamat, dan menemui sepasang suami istri bernama Shizuo dan Etsuko yang mengaku sebagai spy alias mata-mata. Suzume pun langsung direkrut sebagai spy oleh mereka, dan langsung diberi uang sebesar 5 juta yen sebagai kontraknya menjadi spy. Namun, saat itu belum ada misi yang harus dikerjakan Suzume. Satu-satunya tugas yang diberikan padanya sebagai spy hanya satu, yaitu “live normally”, karena sebagai spy tentunya ia tidak boleh terlihat mencurigakan supaya tidak dicurigai orang. Nah, seperti yang telah kita ketahui, hidup Suzume sebelumnya memang sangat normal dan sangat biasa. Setelah direkrut menjadi spy, Suzume malah jadi bingung dan mempertanyakan: seperti apa sih hidup dengan normal itu? Dan, karena berusaha keras untuk terlihat normal, jatuhnya ia malah jadi terlihat tidak normal. Lalu, apa yang akan terjadi pada Suzume selanjutnya? Apakah ia berhasil hidup dengan normal? Apakan suatu saat ia akan melakukan misi pertamanya sebagai spy?

Turtles Swim Faster Than Expected adalah sebuah komedi absurd yang bercerita tentang kenormalan. Meskipun bukan film yang dapat membuat otak kita pusing, film ini jelas bukan film yang mudah untuk disukai banyak orang. Filmnya mungkin akan terlihat terlalu aneh bagi sebagian orang, dan mungkin “tidak jelas” bagi sebagian orang lagi. Kesan saya ketika pertama kali menonton film ini pun begitu. Namun, ketika menonton film ini untuk kedua kalinya, penilaian saya terhadap film ini menjadi agak berubah.

Kura-kura berenang lebih cepat dari yang dibayangkan. Hal tersebut dapat diartikan sebagai: hal biasa yang kita lihat sering kali melebihi atau tidak sesuai dengan yang ada dalam ekspektasi kita. Misalnya dalam film ini. Siapa sih yang menyangka kalau ibu rumah tangga seperti Suzume adalah seorang spy alias mata-mata. Begitu juga dengan beberapa orang dalam film ini yang mempunyai profesi biasa tapi ternyata adalah spy juga. Siapa yang menyangka orang-orang yang dari luar terlihat sangat normal ternyata memiliki profesi yang sangat tidak normal?

Melalui film ini juga kita dapat merasakan bahwa trying to be normal is hard! Menjadi biasa bukanlah hal yang mudah sebagaimana kelihatannya. Seperti yang terjadi pada Suzume, orang yang tadinya biasa-biasa saja, tapi karena harus terlihat tetap biasa, malah menjadi tidak biasa. Di sini juga kita dapat melihat bahwa normal atau tidak normalnya seseorang bukanlah hal yang bisa dibuat-buat. Normal atau tidak normal juga bukanlah standar kebahagiaan. Di sini Suzume merasa hidup yang tidak biasa seperti hidup Kujaku sebagai sesuatu yang keren dan menyenangkan. Padahal Kujaku sendiri merasa hidupnya sangat membosankan dan ia juga merasa iri pada Suzume. Hal yang kita bayangkan memang tidak selalu sesuai dengan kenyataan bukan?

Selain hal-hal di atas, yang menarik dari film yang disutradarai Satoshi Miki (Adrift in Tokyo) ini tentu saja akting dari pemain-pemainnya, terutama Ueno Juri si pemeran utama dan Yu Aoi yang menjadi Kujaku. Mereka adalah salah dua aktris Jepang favorit saya dan saya senang sekali mereka bermain di film yang sama (mereka juga pernah berperan sebagai adik kakak dalam film Rainbow Song). Untuk Ueno Juri, dia memang cocok berakting dalam film komedi (dan ketawa “hue hue hue”-nya itu tidak akan mudah dilupakan). Sedangkan Yu Aoi, saya suka banget karakternya di sini. Kujaku rocks! Pemeran-pemeran lainnya seperti yang memerankan pasangan suami istri Shizuo dan Etsuko pun berakting sangat bagus. Dan jangan dilupakan kehadiran Kaname Jun yang meskipun tampil hanya sebentar, tapi menampilkan akting yang bagus dan lucu.

Tapi ada beberapa hal yang membuat saya mengurangi poin film ini yang tadinya 4 bintang menjadi 3,75 bintang (biarin deh nanggung juga). Ada beberapa part di film ini yang menurut saya agak membosankan, dan saya agak kurang suka endingnya. Komedi di sini juga bukan tipe komedi yang bisa membuat orang tertawa terbahak-bahak, dan kadang-kadang ada beberapa part yang lucunya gak bisa saya tangkep. Tapi overall, film ini recommended kok. Ungkapan “Turtles Swim Faster Than Expected” juga menurut saya tepat untuk film ini sendiri. Ya, film ini adalah film yang terlihat tidak jelas dan tidak penting bagi sebagian orang, tapi jika kita melihat lebih jauh, film ini sebenarnya berisi muatan yang sangat penting tentang kehidupan. 🙂

Rating : 1 2 3 3,75 4 5

Read Full Post »

[MANGA] Wish (Clamp)

Bosen nge-review film, maka kali ini saya akan mereview manga alias komik Jepang. Manga yang akan saya review kali ini adalah Wish, yang merupakan salah satu manga yang dibuat oleh CLAMP, kelompok mangaka yang terkenal dengan karya-karyanya yang populer seperti Cardcaptor Sakura, X, Tsubasa Reservoir Chronicle, dan masih banyak lagi. Wish adalah salah satu manga CLAMP yang menjadi favorit saya. Meskipun manga ini tidak sepopuler manga-manga CLAMP lainnya, tapi manga ini tetap menarik untuk dibaca. Wish pertama kali diterbitkan pada tahun 1996 melalui majalah komik Monthly Asuka. Tidak seperti manga CLAMP pada umumnya yang ilustrasi utamanya biasa dikerjakan oleh Mokona Apapa, ilustrasi utama Wish dikerjakan oleh Mick Nekoi. Namun seperti biasa, otak di balik cerita manga ini (dan juga manga2 CLAMP lainnya) adalah Nanase Okawa. Oh ya, sekadar informasi, manga ini juga sudah diterbitkan secara legal di Indonesia beberapa tahun yang lalu oleh penerbit Elex Media Komputindo. Oke, here’s the review…

Setiap manusia pasti memiliki keinginan. Adakah manusia yang tidak memiliki keinginan sama sekali? Dalam komik ini, manusia semacam itu ternyata ada. Dia adalah Shuichiro Kudo, seorang dokter berusia 28 tahun yang hidupnya sudah mapan dan tidak memiliki kekurangan. Pada suatu malam, ia melihat sesosok makhluk mungil bersayap sedang diganggu oleh seekor burung gagak. Shuichiro pun menolong makhluk mungil itu dari serangan burung gagak tersebut. Makhluk mungil (yang di siang hari bisa membesar menjadi ukuran normal seperti manusia) itu pun mengucapkan terima kasih pada Shuichiro, dan memperkenalkan dirinya sebagai malaikat yang bernama Kohaku. Kohaku lalu meminta Shuichiro mengucapkan satu permintaan untuk ia kabulkan sebagai balas budi. Namun, Shuichiro mengatakan bahwa ia tidak memiliki keinginan sama sekali. Hidupnya sudah lengkap. Ia memiliki pekerjaan, rumah, dan tidak sedang dalam kesusahan, dan ia bisa memenuhi keinginannya sendiri. Namun, Kohaku tidak menerima hal itu. “Pasti ada keinginan yang tidak bisa dipenuhi seorang diri!” ujar Kohaku. Kohaku lalu meminta Shuichiro mengizinkan ia untuk tinggal di rumahnya dan tidak akan pulang sebelum ia mengabulkan keinginan Shuichiro.

Keberadaan  Kohaku di dunia manusia sendiri bukan tanpa alasan. Ia datang ke bumi karena diutus dewa untuk mencari Hisui, salah satu dari empat malaikat utama yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Shuichiro kemudian membantu Kohaku mencari Hisui, yang ternyata sekarang telah bersama dengan Kokuyo, putra dari raja iblis. Di luar hal itu, seiring berjalannya waktu, Kohaku mulai merasakan suatu perasaan yang berbeda pada Shuichiro. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah suatu saat Shuichiro akan memiliki keinginan yang tidak bisa ia penuhi seorang diri? Apalagi, Kohaku tidak bisa terus-terusan berada di bumi karena dewa dan juga dunia langit sangat membutuhkan keberadaannya.

Wish adalah salah satu manga CLAMP yang paling manis dan romantis yang pernah saya baca(selain Cardcaptor Sakura). Ceritanya simpel, ringan, dan enak  dibaca, ditambah humor-humor khas CLAMP yang berhasil bikin saya senyam-senyum sendiri. Yang paling manis dari manga ini tentu saja hubungan antara Kohaku dan Shuichiro. Saya suka sekali dengan karakteristik Kohaku yang sangat polos dan juga ceroboh (meskipun dia adalah malaikat), dan Shuichiro yang kalem dan cenderung serius (bahkan ketika Kohaku memperkenalkan dirinya sebagai malaikat, ia tetap terlihat kalem). They are really fit each other! Hubungan mereka digambarkan dengan sangat manis. Dan ketika Shuichiro akhirnya berbicara soal keinginannya yang tidak bisa ia penuhi seorang diri pada Kohaku, rasa-rasanya saya ingin pingsan saking bahagianya (iya maap lebay). That’s just too sweet XD. Manga ini juga diakhiri dengan ending yang sangat manis, meskipun sedikit di luar perkiraan saya.

Selain itu, yang saya suka dari manga berjumlah 4 volume ini adalah karakteristik karakter-karakter lainnya yang turut membuat komik ini jadi menarik. Salah satu karakter yang saya suka adalah Koryu, iblis yang hobi sekali mengganggu Kohaku. Meskipun awalnya karakter ini terasa menyebalkan, tapi lama kelamaan saya jadi suka karakter ini (dan hobi mengganggu Kohaku tersebut tidak lain karena ia sangat ‘perhatian’ pada Kohaku). Saya juga suka Hisui dan Kokuyo, yang merupakan pasangan kedua favorit saya di manga ini (yang unik sekali karena yang satu adalah malaikat dan yang satunya lagi adalah iblis).

Untuk ilustrasi, menurut saya ilustrasinya mungkin tidak semenarik manga-manga CLAMP yang lain yang didominasi oleh ilustrasi Mokona Apapa. Tapi ilustrasinya lumayan bagus kok. Saya suka sekali penggambaran malaikatnya yang sangat cantik, dan suasana rumah Shuichiro yang terasa adem karena banyak pohonnya. Karakter laki-lakinya juga digambarkan dengan sangat normal, bukan tipe bishounen seperti di kebanyakan manga CLAMP, tapi malah membuat karakternya terlihat semakin nyata dan manusiawi. Oke, segini aja review dari saya. Manga ini sangat saya rekomendasikan untuk penggemar shoujo-manga, terutama yang suka manga dengan cerita yang manis dan romantis ditambah dengan bumbu fantasi. 4 bintang deh 🙂

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

Hola. Mulai sekarang saya akan menambah kategori baru di blog ini yang tidak ada hubungannya dengan review, yaitu kategori Memorable Scene. Pasti kan, di film-film yang kita tonton setidaknya ada satu atau lebih adegan yang menurut kita memorable, dan bikin kita jadi sering mengulang-ulang film tersebut hanya untuk melihat scene tersebut. Begitu juga dengan saya. Dan karena saya ini orangnya tidak pelit dan baik hati *halah*, saya ingin membagi adegan-adegan favorit saya tersebut kepada kalian yang membaca blog ini. Untuk edisi pertama ini saya mengambil dua scene dari dua film Jepang favorit saya, All About lily Chou-chou dan Rainbow Song.

1. All About Lily Chou-chou (2001)

Starring: Hayato Ichihara & Yu Aoi

Ini adalah adegan yang menurut saya paling memorable dari film arahan Shunji Iwai satu ini. Dengan Hayato Ichihara sebagai Yuichi, dan Yu Aoi sebagai Shiori, di sebuah jalan yang berada di tengah sawah. Mereka berdua sama-sama merupakan korban bullying Hoshino (diperankan Shugo Oshinari). Diceritakan Hoshino menyeret Shiori ke dunia prostitusi. Adegan diambil setelah Shiori melaksanakan ‘pekerjaan’nya, dan Yuichi yang merupakan korban bullying sekaligus bawahan Hoshino disuruh mengawasi Shiori dan menemaninya pulang. Di tengah jalan, mereka berhenti dan Shiori melemparkan uang hasil melacurnya kepada Yuichi. Ketika Yuichi mengambil uang yang jatuh tersebut, Shiori langsung menendanginya dan memukuli Yuichi dengan tas. Yah, lengkapnya bisa dilihat di potongan klip di bawah ini (credit to yeviar@youtube)

Adegan ini merupakan adegan yang paling berkesan dari film ini. Kenapa begitu? Melalui adegan ini kita bisa merasakan bagaimana sakitnya hati seseorang, dalam hal ini adalah Shiori yang diperankan Yu Aoi. Meskipun judulnya lagi nendang orang, tapi ini bukan adegan bullying kok karena ini lebih seperti ungkapan perasaan sedih dan marah dari karakter Shiori ini, karena hidupnya yang berubah karena ulah Hoshino. Tanpa perlu kata-kata, kita bisa merasakan apa yang dirasakan Shiori, padahal karakter ini belum lama diperkenalkan dalam film ini. Dan tepat ketika karakter Shiori ini berlari ke sungai, saya ngerasa hati saya ikutan hancur karena adegan tersebut *biarin deh lebay juga*. Karena itulah saya menyebut adegan ini sebagai adegan paling berkesan dari film ini.

2. Rainbow Song (2006)

Starring: Hayato Ichihara & Ueno Juri

Sebenarnya adegan ini bukan termasuk adegan yang luar biasa tapi menurut saya merupakan salah satu yang berkesan dari film ini. Kenapa? Karena untuk kedua kalinya Hayato Ichihara ditendang dan dipukuli pake tas oleh seorang perempuan di dalam film! Ya, saya masukin adegan ini dalam postingan ini karena adegannya yang memiliki sedikit kemiripan dengan adegan dalam All About Lily Chou-chou di atas. Apakah ini kebetulan semata? Mengingat ‘korban’ yang dipukulinya sama-sama Hayato Ichihara. Menurut pandangan sotoy saya sih kayaknya ini disengaja, karena penulis screenplay serta produser film ini adalah Shunji Iwai. Ya, dia adalah sutradara All About Lily Chou-chou! Dan tambahan, Yu Aoi juga bermain di film ini sebagai adik dari karakter yang dimainkan Ueno Juri. Mari kita lihat adegannya terlebih dahulu.

Deskripsi adegan (mungkin spoiler): Tomoya (Hayato Ichihara) dan Aoi (Ueno Juri) adalah dua orang sahabat yang sama-sama tidak laku dan tidak beruntung dalam kehidupan percintaan. Mereka berdua lalu pergi ke suatu tempat semacam biro jodoh, dan keduanya pulang tanpa menghasilkan apa-apa. Lalu, di jalan pulang, selagi meratapi nasib mereka tiba-tiba Tomoya memeluk Aoi dan tiba-tiba mengajaknya menikah. Aoi terkejut mendengar hal itu tapi sedetik kemudian Tomoya mengatakan hal itu merupakan candaan. Karena hal itu, Aoi langsung marah besar lalu menendangi dan memukuli Tomoya dengan tasnya sambil menangis.

Dua adegan di atas menurut saya sangat emosional. Bedanya, di adegan dalam All About Lily Chou-chou emosi yang dikeluarkan digambarkan tanpa kata-kata, sedangkan dalam Rainbow Song hal tersebut disertai kata-kata kemarahan. Dan, kesamaan dua adegan tersebut, daripada mengungkapkan kemarahan pada si ‘korban’, kebencian yang mereka keluarkan lebih ditunjukan pada diri mereka sendiri. Untuk dua adegan tersebut, saya mengacungkan jempol pada Yu Aoi dan Ueno Juri karena akting mereka sangat berhasil dan membuat saya merasa sangat simpati pada dua karakter dari dua film berbeda tersebut. Dan untuk Hayato Ichihara, apakah suatu saat ia akan ditendangi dan dipukuli oleh perempuan lagi untuk ketiga kalinya dalam film? Mari kita tunggu 😀

Read Full Post »