Dorama ini bercerita tentang sebuah sekolah dasar di sebuah desa yang hanya memiliki satu orang murid saja. Desa tempat sekolah itu berada memang termasuk desa yang sepi dan sebagian besar penduduknya adalah orang-orang yang sudah berumur. Selain hanya memiliki satu orang murid (yang bernama Yabuki Tappei), SD bernama Mori no Mizu itu juga hanya memiliki sedikit kru, yaitu satu orang kepala sekolah (diperankan Osugi Ren), satu orang guru kepala (diperankan Kakei Toshio), satu orang perawat sekolah (diperankan Fubuki Jun), dan satu orang guru/wali kelas yang merupakan guru transfer dari Tokyo yang bernama Terusaki Aiko (Kuninaka Ryoko).
Suatu hari, sekolah tersebut diminta untuk bekerja sama dalam rural study program, di mana pada program tersebut lima orang anak didatangkan dari Tokyo untuk belajar di Mori no Mizu. Rural study program tersebut tentu saja menjadi kesempatan besar bagi Mori no Mizu untuk menaikkan citranya. Selain itu, program tersebut juga diharapkan dapat mencegah sekolah tersebut dari ancaman penutupan karena muridnya yang hanya satu orang itu. Hari yang ditunggu-tunggu itu pun tiba. Lima orang anak itu sampai juga di desa tersebut dan memulai harinya sebagai murid Mori no Mizu bersama-sama dengan Tappei. Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah rural study program itu akan berjalan dengan lancar? Apakah lima anak dari Tokyo itu (beserta Tappei) akan betah belajar di Mori no Mizu? Dan apakah program tersebut akan berhasil mencegah sekolah tersebut dari ancaman penutupan? Tonton aja deh đ
Minna Mukashi wa Kodomo Datta, secara harfiah kalimat tersebut memiliki arti âKita semua dulunya anak kecilâ. Dan seperti itulah dorama ini. Menonton dorama ini mungkin akan membuatmu kembali mengingat perasaan-perasaan yang pernah kamu rasakan ketika masih kecil. Perasaan saat pertama kali mempelajari hal baru, perasaan ketika bermain bersama teman-teman pertamamu, perasaan ketika pertama kali jatuh cinta, dan berbagai macam perasaan-perasaan lainnya yang mungkin sudah lama terlupa dari ingatan kita. Dorama ini memang menampilkan anak-anak selayaknya anak-anak. Dari mana pun asalnya, mau dari Tokyo seperti Momo, Shion, Shin, Fuuta, dan Wataru (nama anak-anak yang ikut rural study program) ataupun anak asli desa seperti Tappei, anak-anak tetaplah anak-anak. Hal itu membuat dorama ini terlihat sangat sederhana dan gak muluk-muluk seperti⌠katakanlah Laskar Pelangi (versi novel) yang sama-sama berkisah tentang sekolah di desa dengan murid yang hanya sedikit (well, saya suka novel itu tapi kadang-kadang saya merasa tokoh anak-anak di novel itu gak kayak anak-anak).
Ya, sederhana mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan dorama berjumlah 11 episode ini. Dorama ini emang sangat sederhana dan mungkin terlalu biasa jika dibandingkan dengan dorama sekolahan anak SD lainnya (seperti The Queenâs Classroom misalnya). Tapi kesederhanaannya itulah yang membuat dorama ini menjadi begitu enjoyable. Saya sendiri sangat menikmati menonton dorama ini. Saya menyukai ceritanya yang simpel dan gak muluk-muluk. Saya menyukai suasana pedesaannya yang begitu tenang dan bikin saya pengen tinggal di sana. Saya menyukai tokoh-tokohnya yang begitu lovable dan bikin saya pengen jadi bagian dari mereka. Pokoknya saya menyukai segala macam kesederhanaannya yang menjadikan dorama ini menjadi begitu heartwarming. Selain menampilkan anak-anak selayaknya anak-anak, dorama ini juga menampilkan hubungan anak-anak dengan sekitarnya, seperti hubungan anak-anak dengan orang tuanya, hubungan anak-anak dengan gurunya, dan hubungan anak-anak dengan lingkungan di sekitarnya. Intinya sih melalui dorama ini kita akan bisa lebih memahami dunia anak-anak.
Seperti yang saya bilang sebelumnya, salah satu hal yang paling saya suka di sini adalah karakter serta akting pemainnya. Kuninaka Ryoko sebagai pemeran utama dorama ini sangat berhasil memerankan karakter Aiko-sensei, guru transfer asal Tokyo yang selalu bersemangat dan ceria. Sekilas, karakter ini terlihat seperti tipikal karakter yang too good to be true ya karena terlalu baik dan sebagainya. Tapi saya senang karena di dorama ini juga diceritakan sedikit tentang masa lalunya ketika menjadi guru di Tokyo, yang membuat karakter ini menjadi tetap âmanusiaâ yang masih bisa melakukan kesalahan. Dan saya sangat menyukai caranya mengajar, di mana pelajaran yang diberikannya tidak sekadar pelajaran textbook saja, tapi juga pelajaran tentang kehidupan. Takanori Jinnai meskipun sering terlihat overacting tapi menurut saya tetap pas berperan di sini sebagai ayahnya Tappei (dan saya suka melihat hubungan ayah dan anak ini). Eita yang menjadi alasan utama saya menonton dorama ini juga berhasil memerankan perannya dengan baik sebagai Sagami âMasa-niiâ Masa, anak kepala sekolah yang ditunjuk menjadi kepala asrama di tempat anak-anak itu tinggal. Masa-nii sendiri sebenarnya memiliki kualifikasi sebagai guru, tapi dia selalu merasa dia tidak pantas dengan pekerjaan tersebut. Di luar tiga karakter itu, pemeran-pemeran dewasa lainnya (seperti Shiraishi Miho, Osugi Ren, dll) juga berhasil menampilkan akting yang baik. Begitu juga dengan pemeran anak-anaknya yang berhasil menghidupkan perannya masing-masing dengan baik, terutama Fukasawa Arashi yang menampilkan akting yang cemerlang sebagai Tappei.
Well, secara keseluruhan, dorama ini menurut saya recommended. Cocok ditonton oleh penyuka dorama bergenre slice of life atau penyuka dorama dengan cerita yang simpel. Dan jika saya menyarankan The Queenâs Classroom untuk ditonton oleh orang-orang yang ingin memahami pendidikan, maka saya akan menyarankan Minna Mukashi wa Kodomo Datta untuk ditonton oleh orang-orang yang ingin memahami dunia anak-anak. Siapa tahu udah banyak yang lupa rasanya jadi anak-anak :p Well, 4 bintang deh đ
Rating : 1 2 3 4 5