Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘tsukamoto takashi’

Kekkon Dekinai Otoko. Kalimat tersebut memiliki arti “lelaki yang tidak akan pernah bisa menikah”. Kalimat tersebut juga tampaknya adalah kalimat yang paling tepat untuk menggambarkan sosok Kuwano Shinsuke (Abe Hiroshi), seorang pria lajang yang sudah berusia 40 tahun. Kuwano sendiri sebenarnya memiliki penampilan yang lumayan dan punya pekerjaan yang bagus, yaitu arsitek dan punya kantor sendiri dengan dibantu asistennya Eiji (Tsukamoto Takashi) dan seorang humas bernama Sawazaki Maya (Takashima Reiko). Namun, ia punya kepribadian yang akan membuat para wanita memilih untuk tidak berurusan dengannya. Coba bicara dengan dia sepuluh menit saja, kamu pasti akan berakhir dengan sakit hati karena ia sering mengucapkan ucapan yang nyelekit meskipun tidak memiliki maksud buruk. Di luar sifat sarkastiknya, Kuwano juga seseorang yang sangat individualis. Dia sangat menyukai kesendirian. Dia lebih suka memakan steak sendirian di apartemennya daripada bersenang-senang di pesta. Hiburan baginya adalah mendengarkan musik orkestra sendirian di apartemennya sambil menirukan gaya konduktor. Salah satu bentuk keindividualitasannya yang lain adalah dia tidak akan pernah mengizinkan orang lain masuk ke dalam apartemennya. Dia juga seorang pemuja rutinitas dan punya beberapa kegiatan rutin seperti pergi ke konbini (convenience store) dan rental dvd setiap pulang kerja. Yang jelas, human relationship adalah sesuatu yang merepotkan di mata Kuwano, dan ia juga tidak pernah tertarik untuk menikah.

Suatu hari, kehidupannya yang begitu saja dan penuh pengulangan menjadi sedikit berwarna dengan hadirnya dua orang baru dalam hidupnya. Orang pertama adalah seorang perempuan muda bernama Tamura Michiru (Kuninaka Ryoko), tetangga di apartemennya yang suatu hari menolong Kuwano ketika pria itu collapse karena sakit perut. Orang kedua adalah Hayasaka Natsumi (Natsukawa Yui), seorang dokter yang menangani sakit yang diderita Kuwano pada saat itu. Natsumi sendiri juga merupakan perempuan lajang di usianya yang sudah lebih dari 30 tahun. Sejak hari itu, secara tidak sengaja Kuwano menjadi sering bertemu dengan kedua wanita yang kemudian saling bersahabat itu. Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah status Kuwano sebagai lelaki yang tidak akan pernah bisa menikah akan tetap bertahan? Apakah suatu saat kedua wanita tersebut akan jatuh cinta padanya? Tonton aja deh.

Kekkon Dekinai Otoko adalah salah satu dorama yang dibintangi Abe Hiroshi yang menjadi favorit saya. Apalagi saya paling suka sama dorama bergenre slice of life, dan menurut saya ini adalah salah satu dorama bergenre slice of life paling bagus yang pernah saya tonton. Seperti dorama slice of life pada umumnya, dorama ini berkisar pada kehidupan sehari-hari Kuwano Shinsuke yang penuh dengan pengulangan. Hmm, kelihatannya membosankan ya? Tapi membosankan rasanya bukan kata yang tepat untuk menggambarkan dorama ini. Meskipun cuma tentang kehidupan sehari-hari dan tanpa konflik yang luar biasa, dorama ini berhasil dikemas sedemikian rupa yang membuat dorama ini menjadi sangat menghibur. Keunggulan utama dorama ini tentu saja ada pada karakteristik tokoh-tokohnya yang sangat kuat, terutama karakteristik Kuwano yang begitu unik. Ya, menurut saya ini adalah salah satu contoh dorama yang ceritanya disetir oleh karakternya. Tokoh utamanya, yaitu Kuwano Shinsuke yang diperankan oleh Abe Hiroshi, bukan merupakan tipikal karakter yang biasa menjadi protagonis di dorama-dorama. Karakternya bukanlah tipe karakter yang gampang disukai, tapi itulah yang membuat karakter ini menjadi begitu memorable. Dia orang yang keras kepala, individualis, dan siapapun pasti malas untuk berurusan dengannya. Tapi dia juga kadang bisa melakukan hal tak terduga yang menunjukkan bahwa dia sebenarnya orang yang sangat baik (tapi tidak bisa memperlihatkan kebaikannya secara normal). Interaksinya dengan tokoh-tokoh di sekitarnya pun sangat menarik untuk disimak, dan menjadi sumber kelucuan dorama ini. Mulai dari interaksinya dengan Michiru, Natsumi-sensei, Eiji, Sawazaki, sampai dengan keluarganya sendiri (terutama ibunya yang selalu menyuruhnya menikah).

Seperti yang saya bilang sebelumnya, dorama ini bercerita tentang kehidupan sehari-hari Kuwano yang penuh pengulangan. Oleh karena itu, kita akan menemukan adegan yang repetitif di setiap episodenya. Mulai dari adegan ia menelusuri jalan yang sama ketika pulang, belanja di konbini, meminjam film di rental, makan sendirian di tempat yang sama, dan berbagai macam kegiatan rutin lainnya. Namun, hal tersebut bukanlah hal yang menjadi kekurangan atau sekadar tempelan saja. Adegan-adegan tersebut rupanya menyimpan makna tersendiri yang akan kita temukan di akhir-akhir. Termasuk dengan keberadaan tokoh Kaneda, seorang arsitek kaya tukang pamer yang situsnya sering dicek Kuwano dan Eiji dan tanpa sengaja sering bertemu dengan mereka di sebuah bar. Ya, hal-hal yang seolah-olah tidak penting tersebut rupanya menjadi salah satu hal yang memperkuat dorama ini.

Seperti dorama slice of life pada umumnya, permasalahan-permasalahan yang ditemui di dorama ini berkutat pada permasalahan pada kehidupan sehari-hari, sehingga dorama ini akan terasa dekat dengan penontonnya karena permasalahannya yang mungkin dialami siapa saja. Permasalahan sehari-hari di sini biasanya berkutat pada permasalahan seputar gaya hidup dan kehidupan sosial manusia. Misalnya ada episode yang menyinggung tentang sepasang kekasih yang berkencan di mangacafe dan kedua-duanya malah membaca manga dan bukannya berinteraksi satu sama lain (meskipun cuma disinggung sedikit, tapi isu tersebut lumayan menggelitik juga), atau tentang perbedaan antara perempuan muda 20-an dengan perempuan yang sudah di atas 30 tahun dalam berbelanja baju, dan juga masih banyak permasalahan sehari-hari lainnya yang terlihat remeh temeh tapi menarik untuk didiskusikan. Di luar hal itu, kehidupan Kuwano sebagai arsitek yang memfokuskan dapur sebagai pusat rumah yang dirancangnya juga sangat menarik dan tidak terlihat sebagai tempelan belaka.

Salah satu kekuatan dorama ini adalah karakternya, dan seorang tokoh tidak akan mempunyai karakteristik yang kuat jika tidak didukung akting yang bagus dari pemainnya. Salut untuk Abe Hiroshi karena dia sangat berhasil memerankan Kuwano yang sangat individualis. Caranya bergerak, berbicara, dan berekspresi sangat memperkuat karakteristik tokoh tersebut. Dan yang jelas karakter tersebut menurut saya adalah karakter paling memorable yang pernah dimainkan Abe Hiroshi. Natsukawa Yui juga sangat cocok memerankan si dokter lajang Natsumi-sensei, dan menurut saya dia sangat cocok dipasangkan dengan Abe Hiroshi. Kuninaka Ryoko juga turut berperan bagus sebagai Michiru yang ceria dan ceplas-ceplos. Pemeran-pemeran lainnya seperti Tsukamoto Takashi, Takashima Reika, dan lain-lainnya turut bermain baik di sini. Tapi ada satu lagi karakter yang perlu disorot di dorama ini karena menampilkan akting yang sangat bagus. Dia adalah Ken-chan, anjing yang dipelihara Michiru dan punya semacam keakraban dengan Kuwano. Ya, meskipun cuma seekor anjing, menurut saya Ken-chan adalah salah satu faktor yang membuat dorama ini menjadi semakin menarik. 😀

Overall, saya sukaaa banget sama dorama berjumlah 12 episode ini. Highly recommended, terutama buat penyuka dorama bergenre slice of life. Tambahan lagi, dorama ini  juga memborong banyak award pada 50th Television Drama Academy Award, yaitu pada kategori Best Drama, Best Director, Best Scriptwriter, Best Actor (Abe Hiroshi), Best Supporting Actress (Natsukawa Yui), dan Special Award (Ken the Dog). Well, 4,5 bintang deh 😀

Rating : 1 2 3 4 4,5 5

Read Full Post »

“Manhattan” dalam dorama ini adalah nama sebuah coffee shop yang terletak tepat di seberang sebuah stasiun televisi. Coffee shop ini dimiliki oleh seseorang yang biasa dipanggil Tenchou/manager (diperankan Matsuoka Masahiro). Tenchou (yang sebenarnya lebih ingin dipanggil dengan “master”) adalah seorang barista yang sangat mencintai kopi buatannya, dan yang ia inginkan hanyalah pelanggan café-nya bisa menikmati kopi buatannya. Namun, sejak stasiun televisi di seberang Café Manhattan didirikan, mulai bermunculan pelanggan-pelanggan ‘aneh’ yang datang ke coffee shop-nya bukan dengan tujuan untuk menikmati kopinya, sehingga hal tersebut selalu membuat Tenchou kesal. Tenchou sendiri adalah pria pendiam yang hampir tidak pernah bicara (dan lebih sering berbicara menggunakan suara hatinya). Ia sendiri tidak sendirian dalam mengelola cafenya. Ada Shinobu (Tsukamoto Takashi), satu-satunya pelayan di Café Manhattan yang keberadaannya sangat menolong pekerjaan Tenchou di café tersebut.

Yang menjadi permasalahan dalam dorama ini adalah ketika Tenchou mulai punya hobi “menguping” pembicaraan para pelanggannya. Melalui hobi mengupingnya tersebut, ia menyadari bahwa beberapa pelanggan dalam café tersebut saling terlibat dalam love affair yang sangat kompleks. Btw, pelanggan-pelanggan tersebut adalah: (1) supir taksi perempuan bernama Akabane Nobuko (Koizumi Kyoko); (2) seorang penari bernama Bessho Hideki (Oikawa Mitsuhiro); (3) penulis skenario dorama bernama Chikura Maki (Morishita Aiko); (4) seiyuu/voice actor bernama Doigaki Satoshi (Matsuo Suzuki); dan (5) seorang pembawa berita ramalan cuca bernama Emoto “Emo-yan” Shiori (Sakai Wakana). Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya pada hubungan cinta segi banyak tersebut? Apa yang akan dilakukan Tenchou terhadap permasalahan cinta yang dialami para pelanggannya tersebut? Dan, apakah dia akan turut serta ke dalam ‘siklus cinta’ para pelanggannya tersebut? Tonton aja deh 😀

Setelah menonton Kisarazu Cat’s Eye dan Tiger & Dragon (reviewnya kapan-kapan ya), saya jadi penasaran sama dorama yang ditulis Kudo Kankuro yang lainnya. Pilihan saya lalu jatuh pada dorama ini karena saya ingin tahu bagaimana hasilnya jika Kudo Kankuro menulis cerita romance. Dan ya, di tangannya, cerita romance biasa pun bisa menjadi suatu tontonan yang unik dan tidak biasa. Dari adegan pertama dalam dorama ini, yaitu adegan Akabane mengendarai taksi-nya dengan penumpang yang berbeda-beda (yang menampilkan beberapa cameo, salah satunya cameo karakter Master *Sato Ryuta* dari dorama Kisarazu Cat’s Eye), saya sudah yakin bahwa saya akan sangat menyukai dorama ini. Dan dugaan tersebut ternyata benar. Saya sukaaaa banget sama dorama ini. Ini adalah salah satu dorama yang berhasil bikin saya ngakak terus dari awal sampai akhir. Tidak diragukan lagi, Kudo Kankuro memang pantas disebut sebagai salah satu penulis komedi terbaik di Jepang, karena ia selalu berhasil menyajikan humor-humor yang benar-benar lucu dan berkesan melalui skenario yang ditulisnya.

Unsur komedi memang menjadi kekuatan utama dorama ini. Kelucuan-kelucuan yang ada di dorama ini selain dihasilkan dari skenarionya yang memang bagus juga dihasilkan dari karakteristik serta interaksi antar tokoh-tokohnya. Yang paling lucu tentu saja karakter Tenchou yang diperankan dengan sangat baik oleh Matsuoka Masahiro (drummer band Tokio). Hal-hal yang ia ucapkan di dalam hatinya, ekspresi dan gerak-gerik yang ia keluarkan, dan sifatnya yang sangat kaku adalah salah satu yang membuat dorama ini menjadi sangat lucu. Dan saya suka sekali dengan bagaimana ia kemudian terlibat dan secara tidak langsung membantu permasalahan cinta yang dialami para pelanggannya (meskipun nanti ujung-ujungnya dia juga yang dibantu). Namun, yang paling bersinar di dorama ini tentunya adalah Koizumi Kyoko yang memerankan Akabane si supir taksi. Sebelumnya saya terbiasa melihat Koizumi Kyoko berperan sebagai karakter-karakter yang serius seperti di Shokuzai dan Hanging Garden, makanya di dorama ini saya agak takjub karena  aktris satu ini ternyata cocok juga bermain dalam film/dorama komedi. Aktingnya adalah yang terbaik dari semuanya. Dia berhasil menghidupkan karakter Akabane yang punya kepribadian yang sangat unik. Pada suatu saat ia bisa terlihat sebagai perempuan yang galak dan menyeramkan, tapi di saat yang lain ia bisa tiba-tiba berubah menjadi perempuan centil yang bertingkah laku seperti ABG (terutama ketika sedang jatuh cinta). Tidak heran Koizumi Kyoko berhasil mendapatkan penghargaan Best Supporting Actress melalui perannya dalam dorama ini. Selain mereka berdua, karakter-karakter lainnya juga turut memiliki karakteristik yang menarik, meskipun mungkin agak kurang menarik bagi kamu yang berharap akan menemukan pemain yang cakep dan cantik (dan muda) seperti yang biasa ada di dorama bergenre romance (tapi masih ada Tsukamoto Takashi kok yang bisa jadi eye candy buat cewek-cewek). Para pemain di sini bukan tipe pemain yang luar biasa cakep dan cantik, tapi hal itu malah bikin karakter-karakternya lebih believable meskipun ceritanya sulit dibayangkan untuk terjadi di dunia nyata.

Dari segi cerita, saya pun sangat menyukai ceritanya, meskipun mungkin terkesan agak ribet karena menghadirkan cerita cinta segi banyak. Dan menurut saya ini adalah salah satu dorama terbaik yang menggambarkan cerita cinta segi banyak (saingannya mungkin cuma Love Shuffle yang sama-sama komedi). Di sini kita bisa melihat bahwa pada awalnya si A mungkin menyukai si B dan si B menyukai si C dan si C menyukai si D dan si D menyukai si E, tapi hal tersebut bukan berarti berlaku mutlak dan bisa saja suatu saat berubah. Untuk hal ini, saya ucapkan salut lagi pada Kudo Kankuro karena berhasil menyajikan perubahan-perubahan pada siklus cinta tersebut dengan natural dan gak maksa. Selain itu, dorama berjumlah 11 episode ini juga berhasil memberikan berbagai macam kejutan yang tidak disangka-sangka di setiap episodenya, dan membuat penonton menjadi selalu penasaran ingin tahu bagaimana kelanjutan ceritanya. Kejutan-kejutannya tersebut pula lah yang membuat dorama ini menjadi semakin menyenangkan untuk ditonton.

Overall, menurut saya Manhattan Love Story adalah salah satu dorama terlucu yang pernah saya tonton (kelucuannya hampir mendekati Kisarazu Cat’s Eye, yang merupakan dorama terlucu nomor satu saya). Tambahan, dorama ini juga berhasil memborong 8 penghargaan pada 39th Television Drama Academy Award, yaitu pada kategori  Best Drama, Best Supporting Actress (Koizumi Kyoko), Best Theme Song, Best Scriptwriter (Kudo Kankuro), Best Directors, Best Musical Arrangement, Best Casting, dan Best Opening. Ja, 4,5 bintang deh. Highly recommended.

Rating : 1 2 3 4 4,5 5

Read Full Post »

Could you kill your bestfriend?

Ini adalah film yang saya tonton udah lama banget, waktu SMP. Dan film ini sempat populer di kalangan saya dan teman-teman saya (jarang-jarang kan temen saya nonton film Jepang), dan menyebar juga ke kelas-kelas lainnya. Hihi, gila ya anak SMP nontonnya film berdarah-darah gini, dan cocok juga dengan keadaan kita, berhubung ceritanya film ini menceritakan siswa-siswa kelas 3 SMP yang diharuskan saling membunuh satu sama lain (dan setelah menonton film ini saya jadi membayangkan bagaimana kalau program Battle Royale ini ada di dunia nyata, dan kelas saya yang ketimpa sial terpilih dalam program ini :P)

Oke jadi film ini bercerita tentang Jepang pada suatu masa, di mana pada masa itu terjadi kekacauan di mana-mana. Banyak anak-anak berbuat kenakalan dan kekacauan, sehingga membuat para orang dewasa menjadi takut pada anak-anak. Karena keadaan inilah, pemerintah Jepang membuat sebuah program bernama “BATTLE ROYALE” untuk ‘mengurangi’ jumlah remaja. Jadi dalam program ini, dipilih satu kelas (kelas 3 SMP) yang dipilih secara acak dari semua sekolah yang ada di Jepang. Pada tahun tersebut, kelas yang terpilih adalah kelas 3B SMP Shiroiwa. Jadi mereka ditipu sedang melakukan perjalanan wisata, padahal mereka dibawa ke sebuah pulau yang penghuninya sudah diungsikan ke tempat lain. Di situ, mereka diberitahu mengenai program Battle Royale itu oleh seorang guru yang menjadi pengawas program ini, Kitano-sensei (Kitano Takeshi, yang di acara Benteng Takeshi itu loh). Mereka disuruh untuk saling membunuh satu sama lain sampai tersisa satu orang dengan batas waktu 3 hari. Jika sampai 3 hari tidak tersisa satu orang, maka kalung yang dikenakan pada mereka akan meledak dan mereka semua akan mati. Setiap murid dibekali sebuah tas yang masing-masing berisi senjata (ada yang mendapat pisau, celurit, ada jg yang mendapat tutup panci). Nanahara Shuuya (Tatsuya Fujiwara), adalah seorang remaja biasa yang tidak memiliki kepercayaan pada orang dewasa. Ayahnya bunuh diri begitu saja dengan meninggalkan pesan: “berusahalah, Shuuya.” Ia adalah salah satu dari siswa 3B dan pada saat program BR ini baru mau dimulai ia harus menerima kenyataan sahabatnya, Nobu, tewas, akibat perbuatan Kitano-sensei. Sejak itu, selama program berlangsung, Shuuya bertekad untuk melindungi Nakagawa Noriko (Aki Maeda), teman sekelasnya yang meupakan cewek yang disukai Nobu. Selain Shuuya, kita juga melihat bagaimana murid-murid lainnya dalam menjalani program tersebut. Ada yang tidak ikut dan memilih untuk bunuh diri saja. Ada yang berusaha untuk mencari jalan keluar namun akhirnya malah tewas. Ada juga satu geng cewek yang awalnya berniat berlindung bersama-sama namun akhirnya saling bunuh karena kesalahpahaman, dan contoh-contoh lainnya. Anak-anak SMP yang awalnya tidak mau saling membunuh ini akhirnya sanggup membunuh demi melindungi nyawanya sendiri. Program ini juga diramaikan oleh dua orang ‘murid pindahan’ yang salah satunya ternyata pernah mengikuti program tersebut beberapa tahun yang lalu dan mengetahui rahasia untuk menyelamatkan diri dari program tersebut. Jadi, bagaimana selanjutnya? tonton aja deh.

My Opinion:

Salah satu film yang bersejarah buat saya dan udah sering saya tonton berkali-kali. Film ini sadis, darah dimana-mana, dengan pelakunya bocah-bocah SMP yang sebelumnya tidak sanggup membunuh sama sekali. Apalagi, pertama kali saya nonton itu, filmnya berupa vcd original yang banyak sensor dimana-mana. Waktu SMA, saya iseng beli dvd bajakannya, yang tanpa sensor sama sekali! Dan saya merinding terus karena ternyata filmnya lebih brutal dari yang ditampilkan di VCD originalnya. Film ini bukan cuma film asal bunuh gak jelas, tapi juga berisi dan menyentuh. Saya selalu pengen nangis tiap ada murid yang mati. Yang paling menyedihkan waktu Mimura (Takashi Tsukamoto) dan dua orang teman-temannya capek-capek berusaha untuk menghancurkan sistem komputer BR tersebut, dan nasib mereka akhirnya berakhir tragis. Sumpah saya berkaca-kaca banget waktu liat adegan itu :(. Mana Mimura-nya ganteng lagi! *halah* Yang lainnya, waktu satu geng akhirnya saling bunuh karena perbuatan satu orang, sedih banget liatnya 😦 Para pemain film ini juga merupakan aktor dan aktris yang sekarang udah pada terkenal. Seperti Tatsuya Fujiwara yang berperan sebagai Shuuya yang kini terkenal sebagai Kira di Death Note. Lalu, Kou Shibasaki (yang aktingnya top banget di sini, sebagai cewek sadis), Chiaki Kuriyama (yang berperan sebagai Gogo Yubari di film Kill Bill), Takashi Tsukamoto (Mimura-kuuuu, saya suka banget sama dia, aktingnya juga bisa dilihat di film Taiyou no Uta *klik di sini untuk liat reviewnya*), Masanobu Ando, dan aktor-aktor yang lainnya. Gak boleh dilupakan juga, aktingnya Takeshi “Beat” Kitano yang sebelumnya biasa kita lihat di acara Benteng Takeshi.

Jadi, film ini sangat recommended. Cocok untuk yang suka menonton film action atau thriller, tidak disarankan untuk yang gak tahan nonton adegan sadis. Film ini juga ada sekuelnya, Battle Royale II : Requiem. Gak sebagus film pertamanya, tapi filmnya lumayan juga kok.

My Rating : 5 / 5

Read Full Post »

*Review ini pertama kali ditulis 22 September 2009 di http://purisuka.multiply.com

Telat banget ya saya nonton film ini. Dulu udah nonton versi dorama-nya, dan jujur versi dorama-nya bikin ngantuk dan membosankan banget. Tapi yang movie-nya, saya suka! Jauh lebih bagus dari doramanya.

Kaoru Amane (YUI), 16 tahun, mengidap suatu penyakit langka bernama XP (Xeroderma Pigmentosum), dimana dia tidak boleh terkena sinar matahari karena jika terkena akibatnya akan fatal dan bisa mengarah pada kematian. Untuk itu dia tidak sekolah dan tidak pernah keluar rumah selama matahari terbit sampai terbenam. Meskipun begitu, Kaoru memiliki talenta yang besar dalam menyanyi dan menulis lagu. Tiap malam ia keluar rumah untuk bernyanyi di taman sampai menjelang matahari terbit. Jadi begitulah hidup Kaoru setiap hari. Siangnya ia tidur dan malamnya ia beraktivitas di luar dan bernyanyi.

Diam-diam Kaoru menaruh hati pada seorang laki-laki yang sering dilihatnya dari balik jendela kamarnya. Laki-laki itu bernama Fujishirou Kouji (Takashi Tsukamoto), seorang pelajar smu yang menggemari surfing meskipun tidak jago ^^. Setiap pagi hari Kaoru melihat Kouji yang berada di halte depan rumahnya. Karena sering mengamatinya, perlahan-lahan timbul perasaan suka dalam diri Kaoru terhadap Kouji. Hingga suatu hari, saat kaoru sedang bernyanyi di taman, tidak sengaja ia melihat Kouji yang melewati taman itu. Dengan segera ia mengejarnya. Lucu deh liat adegan itu, Kaoru lari-lari ngejar Kouji terus bilang “Aku Amane Kaoru! 16 tahun! Tidak punya pacar!” hihi suka banget adegan itu. Kouji sendiri hanya terbengong-bengong melihatnya. Namun pertemuan itu cukup berkesan baginya. Esoknya mereka bertemu lagi dan berkenalan dengan ‘benar’ ^^. Sejak itu mereka mulai akrab dan Kouji mulai menyukai Kaoru. Dia juga terpesona pada kemampuan bernyanyi Kaoru. Hingga suatu ketika dia mengetahui bahwa Kaoru menderita XP. Bagaimana selanjunya? Tonton aja deh :p

My Opinion:
Dari segi cerita, karena saya udah nonton versi dorama-nya, jadi saya udah tahu ceritanya kayak gimana. Jadi pas nontonnya udah tahu ini bakal gimana dan gimana, ga ada kejutan sama sekali, jadi bingung mau ngomentarinnya ^^. Jadi saya mau ngomentarin perbandingannya sama yang dorama aja. Bisa dibilang movie-nya jauh lebih bagus dari dorama-nya (menurut saya loh). Dari pemainnya saya lebih suka pemain versi movie daripada yang dorama. Menurut saya YUI lebih cocok jadi Kaoru dibanding Erika Sawajiri. Terus buat Kouji-nya, saya lebih suka karakter Kouji di film daripada dorama. Gimana ya, di film karakter Kouji ini terlihat lebih menyenangkan dibanding Kouji yang di dorama. Saya juga suka sama aktingnya Tsukamoto Takashi, pas banget jadi cowok yang ekspresinya rada bego (dan saya mudah jatuh cinta dengan karakter seperti ini) dan kayak anak kampung ^^

Dari segi lagu saya susah memilih. Abis saya suka dua-duanya. Saya suka lagu-lagu yang ada di movie maupun dorama-nya. Jadi untuk yang ini saya gak bisa milih. Ja, segini aja review-nya. Yang belum nonton, ayo tonton deh. Gak apa –apa telat kayak saya juga. Better late than never kan? *apa sih*

My Rating: 3,5 / 5

Read Full Post »