Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘mystery’

longgoodbyeposterPertama-tama, mohon maaf karena sudah begitu lama menelantarkan blog ini. Saya agak terkejut ketika menyadari bahwa satu tahun sudah berlalu sejak terakhir kali saya menulis di sini. Well, tanpa perlu banyak ngeles, saya kembali pada blog ini dengan sebuah review baru. Mudah-mudahan setelah postingan ini saya akan mulai rutin menulis review kembali.

Yang akan saya review kali ini adalah sebuah dorama Jepang produksi channel NHK yang berjudul The Long Goodbye. Ada yang merasa familiar dengan judul tersebut? Ya, dorama ini merupakan adaptasi dari novel  tahun 1953 berjudul sama yang ditulis oleh Raymond Chandler, dan juga pernah difilmkan pada tahun 1973 oleh sutradara Robert Altman. Saya belum pernah membaca novel asli ataupun menonton adaptasi film terdahulunya, tapi fakta tersebut sudah cukup membuat saya tertarik untuk menonton dorama ini karena penasaran seperti apakah dorama Jepang yang diadaptasi dari novel barat. Belum lagi, bintang utama dorama ini adalah Asano Tadanobu dan salah satu bias saya Ayano Go yang lebih aktif berakting di film. Skenario dorama ini juga ditulis oleh Watanabe Aya yang merupakan penulis skenario asadora Carnation, salah satu dorama favorit saya sepanjang masa. Jadi, saya tidak punya alasan untuk tidak menonton dorama ini kan? 😀

longgoodbye1

Berlatar di Jepang dengan setting waktu pasca Perang Dunia II, The Long Goodbye bercerita tentang seorang detektif swasta bernama Masuzawa Banji (Asano Tadanobu) yang pada suatu hari menolong seorang pria mabuk bernama Harada Tamotsu (Ayano Go). Kejadian tersebut membuat keduanya menjalin semacam persahabatan, sampai suatu hari Tamotsu datang kepada Banji dan memberitahu bahwa ia menemukan istrinya, seorang aktris bernama Harada Shizuka (Ohta Rina), telah tewas di guest house rumah mereka. Sebagai orang pertama yang menemukan korban, bukan mustahil bahwa Tamotsu akan ditunjuk sebagai tersangka utama. Oleh karena itu, ia meminta Banji untuk membantunya kabur ke Taiwan. Setelah kepergian Tamotsu ke Taiwan, Banji ditangkap polisi karena dituduh menyembunyikan Tamotsu. Namun, ia kemudian dibebaskan setelah beberapa hari, tepatnya setelah adanya kabar bahwa Tamotsu telah mati bunuh diri di Taiwan dengan meninggalkan catatan pengakuan bahwa dirinya telah membunuh Harada Shizuka. Banji bagaimanapun tidak percaya pada pengakuan tersebut. Kecurigaannya disebabkan oleh Harada Heizo (Emoto Akira), ayah Shizuka, yang merupakan seorang politikus yang sebentar lagi akan mengikuti pemilu. Banji menduga Harada Heizo berada di balik kematian dan pengakuan palsu Tamotsu untuk kepentingan politiknya. Banji pun kemudian menyelidiki kasus pembunuhan tersebut untuk membuktikan bahwa Tamotsu tidak bersalah. Dalam usahanya menyelidiki kasus tersebut, ia bertemu dengan orang-orang baru, di antara adalah Kamiido Aiko (Koyuki), wanita cantik yang meminta bantuan Banji untuk menolong suaminya, Kamiido Joji (Furuta Arata), seorang novelis yang juga seorang pemabuk; Koumura Yoshino (Tominaga Ai), kakak kandung Shizuka yang percaya bahwa Tamotsu-lah yang membunuh adiknya; Morita (Takito Kenichi), seorang jurnalis surat kabar yang juga mencurigai adanya keanehan pada kematian Tamotsu (sekaligus narrator drama ini); Masatora (Yabe Kyousuke), seorang yakuza yang mengaku berteman dengan Tamotsu di kala menjadi prajurit pada PDII dan mengancam Banji agar berhenti menyelidiki kasus tersebut; dan tentunya, Harada Heizo sendiri, politikus yang namanya sedang berkibar dan kabarnya tidak memiliki hubungan baik dengan anaknya sendiri, Shizuka. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah Banji akan berhasil menemukan pelaku sebenarnya dan membuktikan bahwa Tamotsu tidak bersalah? Dan mengapa Banji begitu mempercayai Tamotsu yang belum lama dikenalnya itu?

longgoodbye3

Seperti yang saya bilang sebelumnya, saya belum membaca novel asli ataupun menonton film adaptasi terdahulunya, sehingga pada review ini saya tidak bisa membandingkan dorama ini dengan dua hal tersebut. Ini adalah dorama Jepang yang diangkat dari novel barat, dan kita dapat melihat dorama ini kental sekali dengan sentuhan “barat”-nya. Namun hal ini tidak terasa dipaksakan dan tidak mengurangi “ke-Jepang-annya” karena dorama ini memiliki setting waktu yang sangat tepat,yaitu pada pasca PDII di mana westernisasi sedang marak-maraknya melanda negeri matahari terbit itu. Dorama ini juga memiliki sinematografi yang sangat cantik. Meskipun dorama ini memiliki style ala film noir, tapi dorama ini tidak sepenuhnya gelap dan kelam (kalo dorama ini tayang di channel WOWOW, pasti bakal gelap banget, but it’s NHK guys). Warna-warna terang turut menghiasi dorama ini dan berpadu dengan sangat pas dengan unsur-unsur gelapnya, dan ditambah dengan irama musik jazz dari composer Otomo Yoshihide (yang setelah Amachan dan drama ini, menjadi salah satu composer favorit saya) menjadikan dorama berjumlah lima episode ini menjadi sangat enak untuk dipandang dan didengar.

longgoodbye2

Namun, dorama ini tidak berakhir sebagai sekadar dorama “cantik” saja. Saya suka ceritanya, yang mana membuat dorama ini tidak berakhir sebagai dorama detektif standar. Pertemuan Banji dengan Tamotsu dan bagaimana persahabatan mereka terjalin merupakan salah satu hal paling menyentuh dari dorama ini meskipun hal tersebut hanya digambarkan secara singkat di episode pertama. Apalagi, kedua orang itu memiliki kepribadian yang begitu bertolak belakang. Tamotsu, pria muda yang tampak tidak berguna dan hanya bisa menjadi “anjing peliharaan” istrinya tanpa disangka-sangka bisa tampak klop sekali dengan Banji, detektif handal yang mandiri dan tampak tidak membutuhkan apa-apa. Penggambaran hubungan kedua orang ini membuat kita dapat memahami alasan mengapa Banji bersikeras untuk mempercayai bahwa Tamotsu bukanlah pembunuh istrinya. Sebagai penggemar Ayano Go, saya awalnya deg-degan dan takut aktingnya gak bisa mengimbangi akting Asano Tadanobu yang termasuk aktor senior dan jauh berpengalaman. Tapi dia mampu berakting baik dan membangun chemistry yang sangat pas dengan Asano. Tokoh-tokoh lain yang kemudian terlibat dengan Banji pun berhasil diperankan dengan baik oleh masing-masing aktor/aktris. Tokoh yang kemudian menjadi fokus setelah Tamotsu adalah Kamiido Aiko, wanita cantik dengan karakter yang rapuh dan tampak menyimpan luka dari masa lalunya. Karakter tersebut diperankan dengan baik oleh Koyuki yang memang selalu cocok memerankan karakter wanita kaya yang cantik dan anggun. Selain mereka berdua, Furuta Arata sebagai Kamiido Joji, suami Aiko, juga berhasil mencuri perhatian dengan akting orang mabuknya.

Sebagai karakter utama sekaligus “hero” dorama ini, Asano Tadanobu pun berakting sangat baik sebagai Masuzawa Banji, versi Jepang dari karakter Philip Marlowe ciptaan Raymond Chandler, yang tidak hanya muncul di novel The Long Goodbye, tapi juga di beberapa novel karya Chandler lainnya. Saya tidak tahu sedekat apa penggambaran karakter Banji dengan karakter Marlowe, tapi akting Asano Tadanobu sangat berhasil di sini dan membuat saya mengharapkan suatu saat Masuzawa Banji akan kembali dengan adaptasi novel Chandler yang lainnya.

Overall, The Long Goodbye adalah salah satu dorama favorit saya di musim ini. Sebuah dorama detektif yang tidak sekadar tentang “detektif-mengungkap-kasus” tapi juga memiliki cerita yang dalam dan menyentuh hati tanpa perlu terlihat cheesy. Ditambah endingnya yang manis pahit, membuat dorama ini hampir sempurna. 4,5 bintang untuk dorama ini. Highly recommended!

Rating : 1 2 3 4 4,5 5

Read Full Post »

bibliaposterSetiap buku pasti memiliki cerita. Cerita tersebut tidak hanya cerita yang ada di dalamnya saja, tapi juga di luarnya. Terutama untuk buku lama, yang memiliki kemungkinan pernah berpindah-pindah tangan. Dengan melihat sebuah buku, kita mungkin bisa menebak-nebak seperti apa pemiliknya atau kenangannya bersama buku tersebut. Yak, hal itulah yang menjadi keahlian dari Shinokawa Shioriko (Gouriki Ayame), gadis muda yang merupakan owner dari sebuah toko buku antik bernama Biblia. Kita pertama kali melihat kemampuannya ketika seorang pria jangkung bernama Goura Daisuke (AKIRA) suatu hari datang ke tokonya. Pria tersebut baru kehilangan neneknya yang meninggal karena sakit. Sang nenek meninggalkan bertumpuk-tumpuk buku kepadanya. Salah satu buku yang ditinggalkannya memiliki tanda tangan Soseki Natsume (penulis besar Jepang) di dalamnya. Untuk mengetahui keaslian tanda tangan tersebut, Daisuke datang ke Biblia, toko yang tidak sengaja dilihatnya di jalan, dan meminta tolong kepada sang owner, Shioriko. Singkat cerita, melalui segala hal yang ada pada buku tersebut (price tag dsb) beserta informasi yang diberikan Daisuke, Shioriko dapat mengetahui bukan hanya mengenai keaslian tanda tangan tersebut, tapi juga rahasia besar yang disimpan nenek Daisuke selama berpuluh-puluh tahun. Sebuah rahasia yang sama sekali tidak diketahui Daisuke meskipun memiliki kaitan dengannya. Setelah kejadian tersebut, Shioriko menawari Daisuke untuk bekerja di tokonya. Kebetulan pada saat itu Daisuke tidak memiliki pekerjaan sehingga ia pun menerima tawaran Shioriko, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai buku dan tidak bisa membaca buku (selalu pusing-pusing setiap membaca buku). Bersama-sama, mereka berdua memecahkan kasus-kasus yang berhubungan dengan buku lama. Kasus-kasus yang berhubungan dengan buku apa sajakah itu? Tonton aja deh 😀

biblia1Awalnya saya agak malas ketika mau nonton dorama ini karena pemeran utamanya Gouriki Ayame. Akting annoying-nya membuat saya malas melanjutkan menonton dorama Mirai Nikki. Tapi dorama ini punya tema yang menarik perhatian saya (buku lama+misteri!), jadi coba ditonton deh. Dan saya gak nyesel karena memutuskan nonton ini. Suka ❤ Well, sebenarnya dorama ini gak istimewa-istimewa amat sih, tapi saya sangat menikmati menonton dorama ini. Kasus-kasus yang dihadirkan menurut saya hampir semuanya menarik. Meskipun bukan kasus-kasus yang tergolong luar biasa, tapi saya menyukai bagaimana kasus-kasus tersebut dihubungan dengan buku. Yang saya suka lagi, dorama ini fokus dengan problem solving dan gak ngelantur ke mana-mana. Kalau dibandingkan dengan dorama lain, dorama ini mengingatkan saya pada dorama Kagi no Kakatta Heya (tema terletak pada kasus + fokus sama problem solving). Wajar sih karena penulis skenarionya sama, yaitu Aizawa Tomoko. Jadi mungkin kamu akan menyukai dorama ini juga jika kamu menyukai Kagiheya.

biblia2Ada satu buku (atau satu pengarang) yang menjadi fokus cerita di setiap episodenya (tapi ada juga yang sampai dua episode). Dan setiap nonton episode-episode di Biblia ini saya selalu sukses dibikin mupeng pengan bacain buku-buku yang disebut-sebut di dorama ini (terutama buku-buku pengarang Jepang yang gak diterbitin di sini). Setiap kasus berdiri sendiri dan tidak terlalu memiliki kaitan satu sama lain. Namun, seperti dorama misteri pada umumnya, ada satu kasus utama yang petunjuk-petunjuknya disajikan sedikit-sedikit di setiap episodenya, yaitu kasus yang berhubungan dengan ibunya Shioriko yang menghilang sepuluh tahun yang lalu. Sama seperti Shioriko, sang ibu juga memiliki kecerdasan yang luar biasa mengenai dunia buku dan sepertinya menghilang karena buku juga. Untuk kasus yang berhubungan dengan ibunya ini, sampai akhir masih agak-agak menggantung. Dan misteri mengenai sang ibu ini menurut saya masih kalah dengan misteri pada episode-episode yang biasa dan tidak terlalu membuat saya penasaran. Melalui karakter sang ibu dan juga karakter-karakter lainnya, kita bisa melihat berbagai macam karakter manusia yang bisa berubah karena buku. Kadang, ada orang yang mau berbuat kriminal demi mendapatkan buku yang bernilai langka. Kadang saya seperti Daisuke, gak habis pikir kenapa ada orang yang segitunya sama buku. Well, tapi orang-orang seperti itu mungkin memang ada di dunia nyata. Yang jelas saya bersyukur kecintaan saya sama buku masih taraf normal dan gak kayak beberapa tokoh di dorama ini, hehe (tapi saya mau dong bisa sepinter Shioriko) 😀

biblia3Mengenai castnya, tadi saya bilang kalo saya gak suka Gouriki Ayame karena akting annoyingnya di Mirai Nikki. Tapi menurut saya dia berakting baik di sini sebagai Shioriko. Beruntung karena karakter Shioriko ini ceritanya tenang dan pemalu, sehingga dia gak berisik kayak di Mirai Nikki di sini. Dan karakternya di sini pun cukup lovable. Akira (member grup Exile) berakting baik juga di sini sebagai partner Shioriko (dan kenapa Akira tiba-tiba jadi ganteng di sini?). Begitu juga dengan Takahashi Katsumi, meskipun menurut saya karakternya tidak sebegitu menonjol meskipun dia ikut mejeng di posternya (gak kayak di Kagiheya, di mana porsi tiga pemeran utamanya terlihat adil, di sini keliatannya cuma Shioriko+Daisuke doang yang banyak). Selain tiga pemain utama itu, yang paling menarik perhatian di sini menurut saya adalah Suzuki Kosuke yang berperan sebagai teman Daisuke yang merupakan pemilik kafe (comedic relief dorama ini). Para bintang tamu pada dorama ini pun aktingnya bagus-bagus, seperti Nakamura Shido, Sato Eriko, Iura Arata, dan lain-lain.

Well, meskipun memiliki beberapa kekurangan, secara keseluruhan saya sangat menyukai dorama ini. Sangat cocok ditonton pecinta buku sekaligus pecinta cerita misteri. 4 bintang 🙂

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

tabloid-poster“Tabloid: An eye-catching photo or headline. A small-scale newspaper focusing on sensational news. Not home delivered but sold at newsstands and stores.”

Kalimat tersebut merupakan kalimat pembuka dari sebuah dorama dengan judul Tabloid. Ya, di Jepang, tabloid memang terkenal sebagai sumber dari berita-berita yang sifatnya sensasional, seperti skandal artis dan semacamnya. Katayama Saki (Tokiwa Takako) adalah seorang wartawan dari media massa terkemuka Chuo Newspaper. Ia adalah seorang wartawan yang pintar dan tajam. Namun, ketajamannya itu malah membawanya pada suatu masalah di suatu hari, dan hal tersebut membuatnya dipindahkan ke sebuah tabloid bernama Yukan Top. Tempat kerja baru Katayama tersebut tentunya sangat berbeda dengan Chuo. Di hari pertama kerja saja, ia sudah ditugaskan untuk menyelidiki seorang artis yang rumornya akan mengeluarkan nude photobook. Berita yang sifatnya ‘vulgar’ tersebut bukanlah berita yang biasa ia tulis sebelumnya. Namun, Katayama hanya bisa menerima nasib tersebut dan terpaksa mengikuti perintah pimpinan barunya, Kirino (Sato Koichi). Selain Kirino, teman-teman barunya di Yukan Top antara lain adalah 1) Kurumi (Tomosaka Rie), wartawan perempuan bermulut pedas yang diam-diam naksir Kirino, 2) Saruwatari a.k.a Saru (Kashiwabara Takashi), fotografer andalan Yukan Top, 3) Chika, pencipta semua headline sensasional Yukan Top, dan masih ada beberapa kru lainnya. Meskipun tetap melakukan pekerjaannya di Yukan Top, Katayama tentu saja tetap ingin meliput berita yang dianggapnya sebagai berita penting. Ia meminta Kirino mengizinkannya untuk menyelidiki kasus pembunuhan seorang entertainer bernama Aoshima Bingo yang terjadi tiga tahun yang lalu. Seorang pria bernama Manabe Toshihiko (Sanada Hiroyuki) ditangkap sebagai tersangka pembunuhan. Namun, setelah tiga tahun ditahan, ia tiba-tiba menyatakan bahwa dirinya tidak bersalah. Kirino mengizinkan Katayama untuk menyelidiki kasus tersebut dan sejak saat itu Katayama mulai rajin mengunjungi Manabe di penjara untuk menggali informasi. Di luar hal itu, Yukan Top sendiri terancam akan ditutup oleh Chuo Group (perusahaan yang menaungi Yukan Top) jika tidak berhasil menjual 500.000 eksemplar sampai tiga bulan ke depan.  Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah Manabe benar-benar tidak bersalah dalam kasus tersebut? Apakah Yukan Top akan benar-benar ditutup? Apakah kasus yang diselidiki Katayama tersebut akan berpengaruh pada masa depan Yukan Top?

tabloid-1Yak, dorama ini termasuk dorama jadul karena tayang pada tahun 1998. Tertarik menonton ini karena temanya yang seputar profesi jurnalis tabloid. Awalnya saya mengira dorama ini akan seperti dorama bertema profesi pada umumnya: seorang wartawan dipindahkan ke tabloid yang terancam ditutup lalu berusaha keras mengangkat citra tabloid tersebut agar tidak jadi ditutup. Dan saya bersyukur karena dorama ini tidak jatuh ke klise seperti itu. Tokoh utama dorama ini sendiri sebenarnya tokoh utama yang umum ditemukan dalam dorama bertema profesi: naïf dan keras kepala. Yak seperti jurnalis idealis pada umumnya, ia selalu menjadikan “mencari kebenaran” sebagai pedomannya dalam mencari berita. Sementara itu Kurumi, teman kerja sekaligus rivalnya adalah tipe wartawan yang realistis. Ia tidak peduli pada hal semacam mencari kebenaran atau apa, tapi jika sudah ditugaskan mencari suatu berita, ia akan menyelidiki sampai ke akar-akarnya. Interaksi antara dua perempuan yang bertolak belakang ini merupakan salah satu hal paling menarik dari dorama ini (bagaimana menyebutnya? Sismance? :D)

tabloid-2Namun, hal yang paling disorot dari dorama ini adalah bagaimana tabloid atau media massa dapat memengaruhi orang-orang yang diberitakan atau orang-orang yang membacanya. Begitu juga dengan Yukan Top yang notabene merupakan tabloid “kacangan” yang biasa memberitakan skandal artis dengan harga yang saingannya cuma kopi kalengan. Pengaruh tersebut bisa saja berupa pengaruh negatif ataupun pengaruh positif. Ada yang hatinya bisa terluka hanya dengan membaca sebuah artikel saja. Tapi ada juga artikel yang bisa membuat orang yang membacanya menjadi berterima kasih. Dorama ini tidak hanya menunjukkan putihnya dunia jurnalisme, tapi juga hitamnya. Profesi wartawan tidak diceritakan yang baik-baiknya saja, tapi juga yang jelek-jeleknya. Misalnya, ketika wartawan sedang sibuk meliput berita, terkadang ia menjadi begitu fokus pada kegiatan tersebut dan melupakan hal-hal di sekitarnya. Dan hal tersebut kadang-kadang bisa melukai orang lain tanpa si wartawan tersebut sadari. Dan wartawan juga hanyalah manusia biasa, bukan tidak mungkin suatu hari seorang wartawan jatuh cinta pada objek beritanya. Seperti halnya Katayama yang mulai menaruh perasaan khusus pada Manabe Toshihiko yang sering dikunjunginya di penjara. Apakah perasaan tersebut akan memengaruhi kredibilitasnya sebagai seorang wartawan?

tabloid-3Seperti dorama profesi pada umumnya, di beberapa episode pertama, dorama ini menyajikan satu berita yang menjadi headline di setiap episodenya. Namun, di beberapa episode terakhir dorama ini berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan Manabe Toshihiko dan kasus pembunuhan Aoshima Bingo. Di sinilah satu lagi kekuatan media massa. Keberadaan Yukan Top akan sangat berpengaruh pada nasib Manabe Toshihiko selanjutnya, dan begitu juga sebaliknya. Kasus Aoshima Bingo tersebut merupakan salah satu unsur misteri dari dorama ini. Seperti Katayama, kita akan berusaha menebak-nebak, apakah Manabe Toshihiko benar-benar tidak bersalah? Sehubungan hal ini, terdapat beberapa kejutan di episode-episode akhir, yang meskipun berhasil saya tebak, tapi tetap bikin hati deg-degan dan penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya setelah itu. Hal-hal itulah yang membuat dorama ini keluar dari klise dorama bertema profesi pada umumnya.

tabloid-4Dari segi akting, Tokiwa Takako berakting baik di sini sebagai tokoh utama, meskipun kadang-kadang saya suka merasa sebal pada karakter ini. Sato Koichi seperti biasa selalu menampilkan akting yang menghibur sebagai seorang editor in chief yang santai dan humoris tapi tetap memiliki ketajaman seorang jurnalis. Namun yang paling saya suka di sini adalah Tomosaka Rie yang berperan sebagai Kurumi, wartawan yang juga merupakan seorang single parent. Sifat judes Kurumi digambarkan dengan sangat baik oleh Tomosaka Rie, dan karakternya sendiri karakter yang paling saya suka di sini. Kashiwabara Takashi? Lumayan lah sebagai pemanis, meskipun karakternya ternyata tidak terlalu disorot (kecuali di satu episode yang berfokus pada karakternya). Sanada Hiroyuki pun berperan bagus sebagai Manabe Toshihiko. Misteriusnya dapet banget sehingga penonton pun bisa bingung dalam memilih untuk mempercayainya atau tidak.

Overall, saya sangat menyukai dorama jadul berjumlah 10 episode ini. Recommended, terutama untuk orang-orang yang tertarik pada dunia jurnalistik atau yang bercita-cita (atau sudah) menjadi wartawan. 4 bintang!

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

“Akihabara. Rowdy, vulgar, fanatic. But it’s a thrilling place that definitely won’t appear elsewhere. It’s the holy land for those of us who are called Otaku by others. We won’t be bothered by anyone. It’s the land that allows us to be addicted to our own interest, to forget our gloomy lives, the oasis in the desert for incompetent people like us. No, perhaps this world is actually our real life.”

Jika ada satu kata yang paling tepat yang bisa diasosiasikan dengan Akihabara, kata itu pastilah AKB48 Otaku. Salah satu distrik yang terletak di kota Tokyo tersebut tidak hanya terkenal sebagai pusat perbelanjaan barang-barang elektronik saja, tapi juga terkenal sebagai tempat berkumpulnya para Otaku (penjelasan mengenai Otaku, bisa dibaca di sini). Akihabara adalah surga bagi para Otaku. Segala hal yang berkaitan dengan kesukaan mereka (anime, manga, video game, figurine) ada di sana. Tidak hanya itu, di sana juga mereka bisa menemukan teman yang memiliki minat yang tidak jauh berbeda dengan minat mereka. Lalu, bagaimana jadinya jika satu-satunya tempat ternyaman bagi para Otaku tersebut mulai terusik kedamaiannya?

Akihabara@DEEP adalah jawaban dari hal itu. Akihabara@DEEP merupakan sebuah tim yang didirikan untuk mengatasi segala macam permasalahan di Akihabara. Akihabara@DEEP terdiri dari enam orang biasa yang hampir semuanya merupakan Otaku. Mereka semua terhubung melalui seseorang bernama Yui (Honjo Manami), yang merupakan seorang pemilik situs Yui’s Lifeguard (semacam situs layanan curhat) yang selalu mendengarkan keluh kesah mereka melalui internet. Atas saran Yui, orang-orang tersebut kemudian bertemu dan saling berkenalan. Awalnya, mereka sama sekali tidak terpikir untuk membentuk Akihabara@DEEP. Namun, beberapa permasalahan rupanya menimpa daerah yang mereka cintai tersebut. Permasalahan pertama adalah isu mengenai adanya “Otaku hunting” di Akihabara. Para Otaku yang sedang berjalan sendirian di Akihabara diburu dan dihajar oleh beberapa orang tak dikenal. Mereka pun tidak bisa diam melihat hal itu. Setelah beberapa cara dilakukan untuk mengatasi permasalahan “Otaku Hunting” tersebut, mereka pun kemudian membentuk Akihabara@DEEP, yang namanya merupakan nama permberian Yui.

Btw, enam orang anggota Akihabara@DEEP tersebut adalah (1) Page (Kazama Shunsuke), leader tim ini yang punya kesulitan berkomunikasi dengan orang lain karena cara bicaranya yang gagap, (2) Box (Ikuta Toma), otaku yang menderita gynophobia dan hanya menyukai cewek dua dimensi saja, (3) Taiko (Hoshino Gen), si pembuat musik digital yang punya kelainan di mana ia bisa membeku jika melihat benda/hal yang berkilauan, (4) Akira (Kosaka Yuka), cewek jago tinju yang bekerja di Maid Cafe, (5) Daruma (Himura Yuki), otaku yang punya kesukaan terhadap cosplay dan menjahit sendiri kostum buatannya, dan (6) Izumu (Matsushima Hatsune), programmer jenius yang usianya masih sangat muda (16 tahun). Bersama-sama, mereka mencoba mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi di Akihabara. Di luar hal itu, sesuatu telah terjadi pada Yui. Dan tanpa mereka ketahui, gerak-gerik mereka telah diawasi oleh seorang presiden perusahaan IT besar bernama Nakagomi Takeshi (Kitamura Kazuki). Apa tujuan orang tersebut? Apa yang terjadi pada Yui? Dan masalah apa saja yang akan mereka hadapi? Tonton aja deh.

Saya selalu tertarik dengan film/dorama yang menggambarkan kehidupan Otaku (misal: Densha Otoko). Hal itu pula lah yang membuat saya tertarik untuk menonton dorama berjumlah sebelas episode ini. Dan hasilnya, saya sangat menyukai dorama ini! Sebelumnya, beberapa tahun yang lalu (pas masih SMA) saya sempat menonton versi filmnya yang dibintangi Narimiya Hiroki. Dan seinget saya, saya gak begitu suka versi filmnya (mungkin karena waktu itu saya nonton filmnya dengan subtitle yang kacau ya). Tapi versi doramanya sama sekali gak mengecewakan saya. Dan dorama ini adalah salah satu dorama yang berhasil bikin saya ketawa terus dari awal sampai akhir.

Dorama ini sendiri sebenarnya bukan tipe dorama yang gampang disukai semua orang, terutama jika kamu sama sekali tidak akrab dengan dunia otaku (seperti anime, manga, dsb). Tapi jika kamu memang punya minat terhadap hal-hal itu, kamu pasti akan sangat menyukai dorama ini. Ya, bagi kamu pecinta anime/manga/video game, pasti akan suka dorama ini karena banyak anime/manga dan segala hal yang berhubungan dengan Otaku yang disinggung-singgung di dorama ini (cosplay, maid café, figurine, dsb). Dorama ini sendiri menurut saya berhasil menampilkan kehidupan para Otaku dengan baik dan wajar. Penggambaran sosok Otaku di sini sendiri tidak jauh berbeda dengan penggambaran Otaku di dorama/manga/anime/media massa. Mereka adalah orang yang sering dianggap aneh dan tidak bisa dimengerti oleh sebagian orang yang merasa dirinya normal. Namun, pada dasarnya mereka hanyalah orang biasa yang punya passion yang sangat besar terhadap minat mereka. Di sini juga kita bisa melihat permasalahan yang biasa terjadi pada Otaku, seperti kesulitan berkomunikasi dengan orang lain (Page), tidak bisa dekat-dekat dengan perempuan beneran dan hanya menyukai cewek yang ada di anime/manga alias nijikon (Box), atau bahkan hikikomori (Daruma).  Otaku dalam dorama ini sama saja seperti orang biasa. Di luar minat mereka terhadap anime/manga/video game, mereka hanyalah orang biasa yang punya banyak kelemahan. Namun, dengan persahabatan yang terjalin antara mereka serta usaha mereka dalam mengatasi problem yang terjadi di daerah yang mereka cintai tersebut, mereka membuktikan bahwa orang lemah seperti mereka pun bisa melakukan sesuatu yang berguna bagi mereka sendiri dan juga orang lain.

Seperti yang saya bilang sebelumnya, dorama ini adalah salah satu dorama yang berhasil bikin saya ketawa terus dari awal sampai akhir. Unsur komedi memang hal utama yang membuat dorama ini berhasil menghibur penontonnya, dan membuat saya menobatkan dorama ini sebagai salah satu dorama terkocak yang pernah saya tonton. Unsur komedinya selain dihasilkan dari tingkah gila para tokohnya yang “Otaku banget” juga dihasilkan dari dialog dan situasi yang terjadi di dorama ini. Permasalahan-permasalahan yang terjadi juga selalu diselesaikan dengan proses yang kocak dan bikin ketawa. Selain unsur komedi, dorama ini juga memiliki unsur misteri yang membuat saya selalu penasaran ingin cepat-cepat menonton episode selanjutnya. Misteri yang ada sini berhubungan dengan misteri mengenai sosok Yui dan Nakagomi, yang nantinya akan punya pengaruh besar terhadap keberlangsungan Akihabara@DEEP. Selain dua unsur tersebut, sentuhan drama khas dorama Jepang juga turut ada dan ditempatkan sangat pas di dorama ini.

Dari segi akting, saya pun sangat menyukai akting para pemainnya. Dan saya lebih menyukai cast Akihabara@DEEP versi dorama daripada cast versi filmnya. Semua pemain di sini berperan sangat baik dan cocok dengan perannya masing-masing. Misalnya Kazama Shunsuke yang mengejutkan saya di sini sebagai Page yang gagap. Saya cuma pernah melihat dia di dorama Soredemo Ikite Yuku, sebagai sosok pembunuh yang ekspresinya sangat dingin dan nyaris tanpa emosi. Dan perannya di sini sangat jauuuuuh berbeda dengan perannya di dorama tersebut (kalo sebelumnya saya gak ngeliat list nama pemerannya, mungkin saya sama sekali gak bakal nyadar kalo dia itu yang jadi Fumiya di Soredemo). Dia berhasil memerankan tokoh Page yang gagap, pemalu, dan punya kesulitan berkomunikasi dengan orang lain (sehingga kadang harus dibantu sebuah aplikasi komputer). Lima orang pemeran utama lainnya pun berhasil memerankan perannya masing-masing dengan baik, dan semua tokoh di sini memiliki karakteristik yang sangat unik. Di luar enam orang pemeran utama, aktor-aktris lainnya pun berhasil menampilkan akting yang baik. Mulai dari tokoh klien/bintang tamu yang berbeda-beda setiap episodenya, para pelayan di Akanechin (maid café tempat Akira bekerja), otaku-otaku yang sering mampir ke Akanechin, dan masih banyak lagi pemeran lainnya. Namun, yang paling menonjol dan mencuri perhatian di luar enam tokoh utamanya tentu saja tokoh Nakagomi Takeshi yang diperankan dengan sangat baik oleh Kitamura Kazuki. Kitamura Kazuki benar-benar bagus aktingnya sebagai Nakagomi, sosok villain yang bisa terlihat seram dan lucu sekaligus (dan ketawa ku-ku-ku-nya tidak akan mudah dilupakan). Karakter ini benar-benar karakter penjahat yang lain daripada yang lain, dan sudah pasti merupakan salah satu karakter favorit saya di dorama ini (selain karakter Taiko dan Izumu – salah dua karakter yang paling saya suka di dorama ini).

Well, segini aja review dari saya. Dorama ini sangat direkomendasikan bagi orang-orang yang menyukai anime/manga/game dan tertarik pada kehidupan para Otaku, atau penyuka dorama bergenre komedi. 4 bintang 😀

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

Setiap orang pasti memiliki satu atau beberapa hobi. Ada yang punya hobi membaca buku, menonton film, mengoleksi perangko, dan berbagai macam hobi lainnya. Namun, ada satu orang yang sama sekali tidak memiliki hobi apa-apa. Dia adalah Kiriyama Shuichiro (Odagiri Joe), seorang polisi yang bekerja di divisi Limitation Task Force (divisi yang tugasnya mengurus arsip-arsip kasus yang sudah kadaluarsa, divisi paling membosankan di kepolisian tampaknya). Karena tidak punya hobi itu adalah sesuatu yang buruk, maka Kiriyama pun berusaha mencari sesuatu yang bisa dijadikan hobi baginya. Setelah berpikir keras, akhirnya Kiriyama menemukan suatu hobi yang cocok baginya. Hobi tersebut adalah: menyelidiki kasus yang sudah kadaluarsa.

Di Jepang, suatu kasus memiliki batas waktu selama 15 tahun. Jika 15 tahun sudah berlalu dan kasusnya tetap tidak terpecahkan, maka kasus tersebut akan kadaluarsa. Dan meskipun pelaku kasus tersebut ketahuan setelah itu, si pelaku tetap tidak akan bisa dipenjara. Pada dorama ini, Kiriyama berusaha menyelidiki kasus-kasus yang sudah kadaluarsa sebagai hobinya. Dan karena hal itu ia lakukan sebagai hobinya, maka Kiriyama tidak pernah terobsesi untuk menangkap penjahatnya (karena sudah kadaluarsa pula). Ia hanya ingin mengetahui kebenaran atas kasus tersebut. Kiriyama sendiri tidak pernah sendirian dalam melaksanakan hobinya. Ia biasa ditemani oleh Mikazuki Shizuka (Aso Kumiko), polisi wanita dari divisi lalu lintas yang keliatannya naksir Kiriyama (karena sangat sering mampir ke divisi Limitation Task Force). Berdua, mereka berusaha mencari-cari petunjuk mengenai kasus-kasus yang telah kadaluarsa. Dan yang menarik, setelah pelaku dari kasus-kasus tersebut berhasil ketahuan, Kiriyama selalu memberikan kartu bertuliskan “I won’t tell anybody” kepada si pelaku, sebagai tanda bahwa identitas mereka sebagai pelaku akan dirahasiakan oleh Kiriyama. Lalu, kasus-kasus kadaluarsa macam apakah yang akan diselidiki Kiriyama? Apakah suatu saat ia akan bosan dengan hobinya tersebut? Tonton aja deh 😀

Menonton Jikou Keisatsu (judul bahasa Inggris: Time Limit Investigator) karena tertarik dengan premisnya: menyelidiki kasus yang sudah kadaluarsa sebagai hobi? Kurang kerjaan banget ya kelihatannya? Apalagi walaupun pelakunya ketahuan, Kiriyama tetap tidak bisa melakukan apa-apa untuk menangkap penjahatnya. Terlihat tidak berguna bukan? Tapi, namanya juga hobi. Kadang-kadang hobi sering kali tidak menghasilkan apa-apa, namun hal tersebut tetap akan menimbulkan kepuasan di hati ini. Begitu juga yang terjadi dengan Kiriyama. Dorama ini sendiri punya pola yang sama seperti dorama detektif pada umumnya, di mana ada satu kasus yang diselidiki dalam satu episode. Semua kasus yang diselidiki di sini adalah kasus yang sudah kadaluarsa, tapi ada juga satu episode yang berbeda dengan yang lainnya, yaitu di episode 6 ketika Kiriyama menyelidiki sebuah kasus yang beberapa hari lagi akan kadaluarsa.

Selain premisnya yang menarik dan orisinil, kelebihan lain pada dorama ini juga terletak pada unsur komedinya. Ya, berhubung dengan hal itu, tidak aneh unsur komedinya menonjol karena dorama ini ditulis dan disutradarai oleh Miki Satoshi. Mengenai sutradara ini sudah sering saya singgung di beberapa review sebelumnya (seperti Atami no Sousakan & Adrift in Tokyo). Sama seperti di film-filmnya yang lain, Miki Satoshi masih mengandalkan humor-humor random tidak penting di dorama ini. Hal itu bisa dilihat melalui tingkah Kiriyama dan rekan-rekannya di divisi Limitation Task Force, di mana mereka sering sekali meributkan hal-hal yang tidak penting. Misalnya di episode satu, ketika Matarai-san (Fuse Eri) tidak sengaja menemukan sertifikat pernikahan yang belum diisi di suatu tempat. Dan pada saat itu, mereka malah meributkan siapa yang akan mengisi sertifikat tersebut, yang berujung dengan jan ken pon (selain gak penting, hal itu juga menandakan bahwa divisi itu kebanyakan nganggurnya daripada kerja). Namun, tidak seperti Atami no Sousakan yang memiliki penulis dan sutradara tunggal, dorama ini tidak hanya disutradarai oleh Miki Satoshi seorang (meskipun yang paling banyak berperan di sini adalah Miki Satoshi). Masih ada beberapa sutradara lain yang turut menulis dan menyutradarai dorama berjumlah sembilan episode ini. Salah satunya adalah sutradara Jepang terkenal Sono Sion (Suicide Club, Love Exposure) yang ikut menulis dan menyutradarai salah dua episodenya (episode 4 & episode 6). Namun, meskipun ditulis dan disutradarai oleh beberapa sutradara, gaya humor di semua episodenya kurang lebih serupa dan Miki Satoshi banget.

Selain hal-hal di atas, akting dan karakterisasi adalah salah satu hal yang paling menarik dari dorama ini. Sulit sekali untuk tidak jatuh cinta pada Odagiri Joe di sini. Kiriyama’s character is sooooo cute and lovable. Odagiri Joe emang cocok buat peran cowok polos macam Kiriyama (teringat Satorare). Sifatnya yang polos dan rasa ingin tahunya yang besar bener-bener bikin saya gemes. Saya juga suka banget sama perkembangan karakter Kiriyama. Meskipun dia tampak bersenang hati melakukan hobi anehnya, tapi ada juga saat-saat di mana dia merasa muak dengan hobinya tersebut. Misalnya di episode 6, ketika dia mulai muak karena selalu memecahkan sebuah kasus pada waktu yang sudah terlambat. Apalagi, seperti hobi lainnya, hobi Kiriyama pun turut memakan biaya. Selain Odagiri Joe, Aso Kumiko juga berakting baik di sini. Dan saya rada kasihan sama karakter Mikazuki yang naksir banget sama Kiriyama, tapi cowok tersebut gak pernah nyadar (salah sendiri sih naksir cowok polos & bebal macam Kiriyama :D). Pemain-pemain lainnya yang kebanyakan adalah pemain langganan Miki Satoshi seperti Fuse Eri dan Iwamatsu Ryo (yang turut menyutradari salah satu episodenya) pun turut bermain dengan baik di sini, dan semakin menambah kelucuan dorama ini. Selain pemain utamanya, dorama ini juga turut menghadirkan beberapa bintang tamu di setiap episodenya, seperti Ikewaki Chizuru, Tetsushi Tanaka, Yoshitaka Yuriko, Tomosaka Rie, Nagasaku Hiromi, Ryo, dan beberapa artis lainnya.

Untuk bagian penyelidikannya, penyelidikan yang dilakukan Kiriyama sebenarnya gak hebat-hebat amat. Ia menyelidiki kasus-kasus yang ada di dorama ini dengan cara mewawancarai detektif yang pernah mengurus kasus tersebut serta orang-orang yang terlibat pada kasusnya. Kadang-kadang, obrolan tidak penting antara Kiriyama dan rekan-rekannya sering berguna dan menjadi petunjuk untuk memecahkan kasus yang diselidikinya. Kasus-kasus (yang kebanyakan kasus pembunuhan) yang terjadi di sini pun kebanyakan kasus yang terjadi secara tidak sengaja, tidak dengan trik yang direncanakan matang, tapi malah berakhir menjadi kasus yang tidak terpecahkan. Namun, Kiriyama selalu berhasil menemukan petunjuk yang sebelumnya tidak pernah ditemukan. Petunjuk yang tampak sepele, tapi sebenarnya sangat penting dan berkaitan dengan kasusnya. Pelaku dalam kasus-kasus di dorama ini sendiri sebenarnya sudah ketahuan dari awal episodenya sehingga ini bukan tipe dorama yang bikin kita kaget ketika pelakunya ketahuan, tapi yang menarik adalah cara Kiriyama mendapatkan bukti bahwa orang itulah pelaku tersebut yang disertai dengan beberapa kelucuan.

Well, segini aja review dari saya. Dorama ini recommended buat kamu yang suka dorama detektif atau penyuka film-filmnya Miki Satoshi. Sekadar info, dorama ini juga memilki sekuel yang berjudul Kaette Kita Jikou Keisatsu yang punya format yang hampir sama dengan season pertamanya. Ja, 4 bintang 🙂

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

Kita Yoshio (Kohinata Fumiyo) selalu merasa bahwa dirinya adalah orang paling sial sedunia. Baginya, hanya ada dua kebahagiaan yang pernah dia alami dalam hidupnya, yaitu pernikahannya dengan Mizuho (Konishi Manami) 11 tahun yang lalu yang sayangnya hanya bertahan selama enam bulan, dan pertemanannya dengan Minami Takao (Imai Masayuki), yang telah meninggal dalam kecelakaan pesawat 11 tahun silam. Selain dua hal itu, baginya tidak ada hal baik lagi yang terjadi pada dirinya. Untuk itulah, Kita Yoshio memutuskan akan mengakhiri hidupnya 11 hari lagi, tepatnya pada hari peringatan 11 tahun kematian Minami.

Di hari pertama dalam 11 hari itu, suatu kejadian mempertemukannya dengan seorang pengelola cabaret club bernama Yashiro Heita (Matsuda Ryuhei). Mengetahui bahwa orang yang baru dikenalnya itu akan mengakhiri hidupnya sebelas hari lagi, Heita lalu berusaha untuk membantu Kita Yoshio mewujudkan hal yang ingin dilakukannya sebelum mati, seperti mencarikan dan mempertemukannya dengan Mizuho (mantan istrinya) dan mempertemukannya dengan seorang artis idola bernama Yoimachi Shinobu (Yoshitaka Yuriko). Dan tanpa disangka-sangka, 11 hari tersebut menjadi 11 hari paling ‘menarik’ dalam hidup seorang Kita Yoshio. Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah Kita Yoshio akan benar-benar mengakhiri hidupnya sebelas hari lagi? Tonton aja deh kakak.

Tertarik menonton dorama ini karena premisnya yang menarik, plus jajaran castnya yang bagus semua. Premis dalam Ashita no Kita Yoshio (Kita Yoshio’s Tomorrow) memang cukup sederhana, tentang 11 hari terakhir seseorang yang akan bunuh diri. Namun, ternyata ceritanya tidak sesederhana itu. Ceritanya ternyata cukup kompleks dan bukan cuma tentang 11 hari terakhir orang yang akan bunuh diri saja, tapi juga tentang misteri dalam hidup Kita Yoshio sendiri yang berkaitan dengan hubungannya dengan Mizuho sebelas tahun yang lalu. Penonton akan dibuat penasaran dengan misteri mengapa Mizuho mau menikahi Kita Yoshio sebelas tahun yang lalu. Apalagi karakter Mizuho di masa kini pun memiliki beberapa permasalahan yang membuat seorang insurance investigator bernama Sugimoto (Namase Katsuhisa) menyelidikinya (dan menyelidiki Kita Yoshio pula). Nantinya, kita akan dibawa pada berbagai macam kejutan yang tak disangka-sangka yang membuat dorama ini menjadi semakin menarik. Seperti apa kejutannya? Tonton sendiri deh 😀

Selain itu, kita juga akan menemukan studi karakter yang sangat menarik di dorama ini. Kita bisa melihat bahwa dalam dorama ini Kita Yoshio dipertemukan dengan orang-orang yang sebelumnya tidak pernah ia kenal tapi memberi pengaruh yang kuat pada 11 hari terakhirnya. Dan yang paling saya suka adalah karakter-karakter ini tidak ada yang sepenuhnya putih atau sepenuhnya hitam. Misalnya karakter Heita yang diperankan dengan sangat baik oleh Matsuda Ryuhei. Awalnya kita pasti akan dibuat bingung mengapa orang ini mau susah-susah membantu Kita Yoshio yang baru saja ditemuinya. Tapi nantinya kita akan mengetahui bahwa Heita ternyata memiliki tujuan sendiri sehubungan dengan hal itu. Namun, seperti yang saya bilang, tidak ada karakter yang benar-benar jahat atau benar-benar baik di sini. Semuanya adalah manusia yang memiliki sisi baik dan sisi buruk. Dan tidak hanya Heita saja, ada juga karakter Rika (Kuriyama Chiaki), pacar Heita yang tengah putus asa karena suatu hal. Melalui dua karakter ini kita bisa melihat bahwa keputusasaan bisa membuat orang memiliki niat buruk terhadap orang lain. Namun, pertanyaannya adalah, apakah mereka sanggup melaksanakan niat buruk tersebut?  Selain dua karakter itu, ada berbagai macam karakter lain yang turut memberi warna pada dorama ini. Seperti karakter Yoimachi Shinobu, seorang idol yang turut membuat 11 hari terakhir Kita Yoshio menjadi semakin menarik sekaligus menegangkan (dan akting Yoshitaka Yuriko sebagai Shinobu sangat mencuri perhatian di sini, saya heran kenapa di poster doramanya karakter ini gak ada); karakter Mizuho yang penuh misteri; karakter Moriwaki (Kaname Jun) yang jalan pikirannya tidak pernah bisa ditebak; dan karakter Sugimoto yang menjadi bumbu komedik dalam dorama ini. Dan semua aktor dan aktris dalam dorama ini berhasil memerankan perannya masing-masing dengan baik.

Selain karakter-karakter di atas, jangan dilupakan karakter utamanya, yaitu Kita Yoshio yang diperankan dengan sangat baik oleh Kohinata Fumiyo. Para penggemar dorama Jepang pasti tidak asing dengan wajahnya karena ia selalu ada di hampir semua dorama yang pernah saya tonton (mungkin ini lebay, tapi dia emang hampir selalu ada di dorama apapun, sama halnya dengan Nukumizu Youichi yang juga muncul di dorama ini sebagai bintang tamu). Namun, berapa kah yang mengingat namanya? Ya, meskipun penggemar dorama akan mengingat wajahnya tapi mungkin hanya ada sedikit sekali yang mengingat namanya karena ia memang lebih sering memerankan karakter-karakter pembantu (atau sekadar pelengkap) di banyak dorama.  Di Ashita no Kita Yoshio, ia mendapat kesempatan untuk menunjukkan aktingnya sebagai pemeran utama. Karakternya sendiri  di sini sebenarnya adalah karakter yang umum ia perankan di dorama lain, yaitu karakter pria setengah baya yang saking baiknya jadi gampang dimanfaatkan orang lain (dan Kohinata Fumiyo itu emang punya muka orang baik yang bisa bikin orang kasian).  Namun, bukan berarti Kohinata Fumiyo hanya mampu memerankan karakter semacam itu saja. Di dorama ini, kita juga akan dipertemukan pada karakter Negative Yoshio, yaitu kepribadian lain dari Kita Yoshio yang merupakan sisi negatifnya. Kohinata Fumiyo sangat berhasil memerankan sosok itu, dan hal itu juga membuktikan bahwa aktor satu ini tidak cuma berbakat dalam memerankan satu jenis karakter saja.

Well, secara keseluruhan saya sangat menyukai dorama ini. Beberapa orang bilang kalau dorama ini alurnya agak lambat dan membosankan, tapi saya merasa baik-baik saja dengan alurnya tersebut dan hal itu menurut saya malah memperkuat perkembangan yang ada dalam ceritanya. Dan saya juga tidak pernah merasa kebosanan ketika menontonnya karena kejutan-kejutannya selalu membuat saya merasa penasaran mengenai kelanjutan hidup Kita Yoshio selanjutnya. Tambahan, dorama ini juga memiliki soundtrack yang sangat bagus dan sangat pas ditempatkan di dorama ini (dan saya suka sekali lagu Mayonaka no Boon Boon yang jadi theme song-nya). Jadi, 4 bintang deh 🙂

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

Nakamura Yoshihiro dan Isaka Kotaro adalah dua orang dengan profesi berbeda yang sering melakukan kerja sama dalam beberapa proyek film. Isaka Kotaro adalah seorang penulis novel misteri yang cukup populer di Jepang, sedangkan Nakamura Yoshihiro adalah seorang sutradara yang beberapa filmnya merupakan adaptasi dari novel-novel yang dikarang oleh Isaka Kotaro. Saat ini sudah ada tiga film karya sutradara tersebut yang diangkat dari novel-novel yang ditulis penulis tersebut, antara lain The Foreign Duck, the Native Duck and God in a Coin Locker; Fish Story (sudah pernah direview di sini); dan Golden Slumber. Saat ini pun, sebentar lagi Nakamura Yoshihiro akan mengeluarkan film terbarunya yang berjudul Potechi, yang lagi-lagi merupakan adaptasi dari cerita yang ditulis oleh Isaka Kotaro.

Namun, yang akan saya review kali ini adalah film pertama dari kolaborasi mereka berdua yang berjudul The Foreign Duck, The Native Duck and God in a Coin Locker (judul asli: Ahiru to Kamo no Koinrokka). Film ini bercerita tentang seorang mahasiswa baru bernama Shiina (Hamada Gaku) yang baru saja pindah ke Sendai, tempat di mana ia memulai studinya. Pada saat ia sedang beres-beres di apartemen barunya sambil menggumamkan sebuah lagu, seorang pria menyapanya dengan sapaan “Dylan?” Rupanya pria tersebut menyadari bahwa lagu yang disenandungkan oleh Shiina adalah lagu milik Bob Dylan yang berjudul “Blowin’ in the Wind”. Pria yang ternyata tetangga sebelah kamar Shiina tersebut lalu mengundang Shiina ke kamarnya. Pria tersebut lalu memperkenalkan dirinya sebagai Kawasaki (Eita). Ia berpendapat bahwa suara Dylan adalah suara Tuhan, dan ia berkata bahwa suara Shiina mirip dengan suara Dylan. Obrolan mereka lalu berlanjut dengan membicarakan salah satu tetangga mereka yang lain yang sempat ditemui Shiina sebelumnya, di mana tetangga tersebut terlihat pendiam dan antisosial. Kawasaki memberitahu Shiina bahwa orang tersebut adalah orang asing asal Bhutan yang bernama Kinley Dorji (Tamura Kei). Kawasaki lalu bercerita bahwa Dorji masih mengalami kesedihan karena dua tahun yang lalu ia kehilangan pacarnya yang bernama Kotomi (Seki Megumi), yang tidak lain adalah mantan pacar Kawasaki. Untuk menghibur Dorji, Kawasaki ingin memberinya sebuah hadiah. Kawasaki berkata bahwa Dorji tidak bisa membaca huruf Jepang, dan dari dulu Dorji ingin mengetahui perbedaan antara kata Ahiru (foreign duck) dan Kamo (native duck), dan ia merasa bahwa kamus Kanji Garden dapat membantunya untuk menemukan perbedaan tersebut. Untuk itu, Kawasaki lalu meminta Shiina untuk membantunya mencuri kamus Kanji Garden dari sebuah toko buku. Mengapa harus mencuri dan bukannya membeli saja? Kawasaki berkata bahwa mencuri akan menimbulkan perasaan yang berbeda daripada membelinya. Akhirnya Shiina terbujuk juga untuk membantu Kawasaki. Pada suatu malam, dengan membawa dua buah pistol mainan, mereka berdua pergi ke sebuah toko buku untuk mencuri kamus Kanji Garden (Kawasaki yang masuk ke dalam untuk mencuri, sementara Shiina berjaga di luar).

Sehari setelah pencurian tersebut berhasil dilakukan, Shiina bertemu dan mengobrol dengan seorang wanita pemilik sebuah petshop yang bernama Reiko (Otsuka Nene). Sebelumnya, Kawasaki sempat memperingatkan dirinya agar tidak mempercayai semua yang diucapkan oleh wanita itu. Melalui obrolan tersebut, Shiina akhirnya mengetahui bahwa Kotomi ternyata pernah bekerja di petshop milik Reiko. Selain itu, Reiko juga sempat menyinggung kasus pembunuhan binatang peliharaan yang terjadi dua tahun yang lalu, dan memberitahu Shiina bahwa Kawasaki menderita sebuah penyakit. Terakhir, ia meminta Shiina untuk tidak mempercayai semua yang diucapkan Kawasaki.

Melalui dua sumber berbeda tersebut, Shiina mulai merasa ada yang aneh pada cerita-cerita tersebut. Ia juga merasa ada yang tidak beres pada diri Kawasaki. Apalagi, pria tersebut terlihat semakin mencurigakan karena setiap malam ia sering pergi entah ke mana dengan menggunakan mobilnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapakah Kawasaki sebenarnya? Apa yang sebenarnya terjadi pada Dorji?

Sama seperti Fish Story, film ini juga memuat sebuah misteri yang membuat kita penasaran. Di film ini, kita ditempatkan pada posisi yang sama dengan posisi Shiina, yaitu orang yang diseret pada cerita-cerita yang sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan dirinya. Namun, karena adanya kejanggalan pada cerita-cerita tersebut, mau tidak mau ia jadi dibuat penasaran dan ingin mengetahui cerita yang sebenarnya terjadi (meskipun hal itu tidak akan berpengaruh pada hidupnya). Misteri yang dihadirkan film ini memang cukup membuat penasaran, meskipun rasa penasaran di sini bukanlah rasa penasaran menggebu-gebu seperti ketika menonton film misteri yang lain seperti, katakanlah film Mother yang misterinya membuat saya penasaran abis-abisan dan merasa tegang sepanjang film berjalan. Film ini tidak memberikan rasa penasaran semacam itu, tidak menimbulkan perasaan tegang, tapi kita tetap ingin tahu mengenai apa yang sesungguhnya terjadi. Mungkin karena unsur misterinya dicampur dengan unsur komedi ya (meskipun komedi di sini lebih ke dark comedy). Karena itulah, menurut saya misteri yang ada di film ini agak berbeda dengan film-film misteri kebanyakan karena tidak menghasilkan perasaan yang biasanya dirasakan ketika kita menonton film yang murni misteri. Tapi meskipun begitu, saya lumayan menyukai misteri yang ditampilkan film ini, karena misterinya terasa orisinal dan juga unik.

Karena ini film misteri, maka tentunya kita akan dibawa pada satu atau lebih kejutan kan? Begitu juga dengan film ini. Sedikit demi sedikit kita akan dibawa pada berbagai macam kejutan mengenai kisah yang terjadi sebenarnya. Namun, kejutan di sini bukan tipe kejutan yang membelalakan mata, seperti ketika menonton film Mother. Dan juga bukan tipe kejutan yang memuaskan hati, seperti ketika menonton film Fish Story. Jadi, apakah filmnya jelek pris? Nggak, malah saya suka banget sama film ini. Dengan caranya sendiri, film ini berhasil menghadirkan kejutan yang meninggalkan suatu kesan tersendiri setelah menontonnya. Kejutannya terkesan manis, tapi juga pahit. Atau pahit, tapi juga manis. Dan yang pasti, film ini berhasil membuat saya merasa tersentuh dan bersimpati kepada tokoh-tokohnya, meskipun film ini tidak terlihat memiliki tendensi untuk menyentuh hati penontonnya.

Di luar unsur misteri, film ini juga memuat beberapa kritik sosial. Kritik di sini terhadap dua hal. Pertama, kritik terhadap orang Jepang yang sering kali berlaku buruk terhadap orang asing luar Jepang, terutama orang asing yang tidak bisa berbahasa Jepang. Sebelumnya memang saya sudah sering mendengar kalau orang Jepang itu agak-agak gimanaaaa gitu terhadap orang asing, karena mereka sangat bangga akan negaranya sendiri (misalnya dapat dilihat pada adegan ketika ada orang India (?) yang kebingungan mengenai rute bus dan tidak ada yang membantunya sama sekali). Kritik kedua adalah, kritik terhadap para pelaku penyiksaan binatang. Hal ini berkaitan dengan kasus pembunuhan binatang peliharaan yang terjadi dua tahun lalu di film ini. Saya suka penempatan kritik yang ada di film ini. Kritiknya ditempatkan secara samar dan tidak keras, tapi tetap membuat kita aware akan hal itu.

Mari kita beralih pada pemainnya. Para pemeran dalam film ini berhasil menampilkan akting yang memukau. Mulai dari Hamada Gaku (yang juga bermain dalam Fish Story dan Golden Slumber yang merupakan film duet Nakamura-Isaka juga) yang berhasil memerankan karakter Shiina, sosok mahasiswa baru yang polos dan inosen. Eita dengan tatapan manis sekaligus misteriusnya berhasil memerankan Kawasaki yang bisa dibilang merupakan karakter paling aneh dalam film ini. Seki Megumi dan Otsuka Nene juga menampilkan akting yang baik (terutama Otsuka Nene, yang berhasil memerankan sosok wanita yang terlihat misterius dan berkarisma). Jangan dilupakan kehadiran Matsuda Ryuhei, yang aktingnya berhasil mencuri perhatian meskipun porsi tampilnya tidak begitu banyak (dan jadi siapakah dia di sini? Tebak sendiri deh :D).

Overall, saya sangat menyukai film ini. Film ini berhasil meninggalkan perasaan yang berbeda dengan ketika kita menonton film bergenre misteri kebanyakan. Dan dengan caranya sendiri, film ini berhasil membuat saya merasa tersentuh dan terkesan.  4 bintang deh untuk film ini 🙂

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

Sebuah bus sekolah yang berisi satu orang supir dan empat orang siswi tengah melaju di jalanan sebuah kota kecil bernama Atami. Di tengah jalan, mereka melihat ada seorang kakek tua yang terbaring di jalanan. Sang supir pun turun dari bus untuk melihat keadaan kakek tua tersebut. Lalu, tiba-tiba bus yang berisi empat orang siswi tersebut melaju sendiri. Si supir yang tengah menolong kakek tua tersebut pun langsung berlari mengejar bus tersebut. Sayangnya, bus tersebut tidak berhasil dikejar dan menghilang bersamaan dengan munculnya kabut.

Tim polisi lokal (yang sepertinya sebelum ini kebanyakan nganggur) pun dikerahkan untuk mencari bus tersebut. Namun, pencarian tersebut tidak membuahkan hasil. Meskipun begitu, salah seorang siswi yang naik bus tersebut, yaitu Shinonome Mai, berhasil ditemukan dalam keadaan tidak sadar. Tiga tahun berlalu setelah kejadian itu. Mai, satu-satunya siswi yang ditemukan tersebut, akhirnya bangun setelah mengalami koma selama tiga tahun. Namun, ia sudah tidak ingat apa-apa mengenai kejadian yang ia alami tiga tahun yang lalu. Dua orang penyelidik dari Wide Area Investigator pun datang ke Atami untuk menyelidiki kasus bus yang hilang tersebut. Dua orang penyelidik tersebut adalah Hoshizaki Kenzo (Odagiri Joe) dan Kitajima Sae (Kuriyama Chiaki). Lalu, apa yang terjadi selanjutnya? Apakah bus tersebut berhasil ditemukan? Apa yang terjadi pada tiga orang siswi yang belum ditemukan? Dan, apakah ada yang menjadi dalang di balik hal tersebut?

Yak, satu lagi dorama detektif yang sudah saya tonton. Berbeda dengan dorama detektif lain yang biasanya berformat satu episode satu kasus, kasus yang diselidiki dalam Atami no Sousakan hanya berkutat pada kasus hilangnya bus tersebut. Jadi mungkin kamu akan sedikit merasa bosan karena kemajuan dalam penyelidikan kasus tersebut terasa agak lambat. Tapi untung saja dorama ini memiliki unsur komedi yang berhasil membuat saya tertawa dan bertahan menonton dorama ini. Memang, unsur komedinya bukan tipe komedi yang gampang disukai semua orang, termasuk oleh penggemar dorama Jepang sekalipun.  Namun, jika kamu menyukai unsur komedi seperti yang ada pada dorama Jikou Keisatsu (dibintangi Odagiri Joe juga) atau film-film Jepang seperti Turtles Swim Faster Than Expected, Adrift in Tokyo, dan Instant Numa, maka kamu pasti akan sangat menyukai dorama ini. Apa kesamaan judul-judul tersebut dengan Atami no Sousakan? Ya, ada pada sutradaranya yang sama, yaitu Miki Satoshi. Miki Satoshi adalah salah satu sutradara film Jepang yang memiliki gaya komedi yang sangat khas (seperti pada Turtles Swim Faster than Expected yang sudah pernah saya review di sini). Gaya komedinya cenderung aneh, garing, dan gak penting. Namun, jika kamu sudah terbiasa dengan gayanya, maka kamu pasti akan dibuat tertawa dengan komedi yang ditampilkan dalam dorama ini.

Yang patut diacungi jempol dari dorama ini adalah akting dari para pemainnya. Sebagian aktor/aktris dalam dorama ini sebelumnya sudah pernah bermain dalam film/dorama yang disutradarai Miki Satoshi, sehingga tampaknya mereka sudah nyaman dengan gaya penyutradaraan Miki Satoshi. Misalnya Odagiri Joe, sang pemeran utama, yang sudah beberapa kali bekerja sama dengan Miki Satoshi (dua season Jikou Keisatsu, Adrift in Tokyo). Di sini ia berperan dengan sangat bagus sebagai Hoshizaki, detektif cerdas yang memiliki peralatan-peralatan aneh untuk membantu penyelidikannya. Fuse Eri, Iwamatsu Ryo, dan Matsushige Yutaka yang sudah sering bekerja sama dengan Miki Satoshi pun memerankan perannya masing-masing dengan sangat baik, terutama Fuse Eri yang sangat mencuri perhatian di sini dengan perannya sebagai polisi lokal yang hobi sekali mengerjai Hoshizaki. Adegan yang melibatkan dia selalu berhasil membuat saya tertawa. Kuriyama Chiaki (Kill Bill Volume 1, Battle Royale) yang belum pernah bekerja sama dengan Miki Satoshi sebelumnya pun berhasil memerankan perannya dengan baik dan tidak canggung. Selain karakter-karakter di atas, dorama ini juga dihiasi oleh wajah-wajah muda yang tampaknya akan memiliki masa depan cerah di perfilman Jepang. Contohnya Miyoshi Ayaka, Nikaido Fumi (yang wajahnya mirip Miyazaki Aoi), Yamazaki Kento, dan Sometani Shota, yang berperan sebagai siswa dan siswi Eternal Forest School, satu-satunya sekolah di kota Atami yang sebagian besar muridnya adalah perempuan (murid cowoknya cuma dua orang).

Untuk bagian penyelidikannya, mungkin penyelidikan dalam dorama ini tidak semenarik dorama detektif lainnya. Namun, setelah beberapa episode (btw dorama ini terdiri dari 8 episode), saya mulai menyadari bahwa ini bukanlah dorama tentang detektif. Fokus utama dorama ini adalah misteri yang ada di dalamnya, yang bukan hanya tentang misteri bus yang hilang saja, tapi misteri tentang kota Atami itu sendiri.  Detektif hanyalah alat yang digunakan untuk memecahkan misteri tersebut. Jadi jika kamu menonton dorama ini dengan harapan ingin melihat detektif yang keren dengan penyelidikan yang keren juga, siap-siap kecewa deh. Tapi jika yang ingin kamu lihat adalah misteri di dalamnya, maka kamu akan menyukai dorama ini. Ending dorama ini sendiri masih menyisakan banyak pertanyaan. Tampaknya, Miki Satoshi sengaja membiarkan penonton untuk menafsirkan sendiri endingnya. Awalnya saya bingung ketika melihat ending dari dorama ini. Namun, kalau kamu jeli, petunjuk-petunjuk tentang misteri yang sesungguhnya dari dorama ini sudah ada dari episode awal kok. Selain itu, dengerin deh theme song dari dorama ini, yaitu lagu berjudul Tengoku e Youkoso yang dibawakan oleh band Tokyo Jihen. Selain pas ditempatkan dalam dorama ini, lirik dalam lagu berbahasa Inggris ini juga sangat tepat dalam menggambarkan hal yang ingin disampaikan dorama ini.

Ja, 4 bintang deh untuk dorama ini. Recommended! Terutama untuk kamu penggemar film/dorama berbau misteri atau penggemar film-filmnya Miki Satoshi.

Trivia: Lampu Yes-No yang dimiliki oleh Hoshizaki serta karakter nenek-nenek yang sedang memakan Chupa Chups dalam dorama ini juga terlihat dalam film Miki Satoshi yang berjudul The Insects Unlisted in the Encyclopedia. Twist dalam Atami no Sousakan sendiri merupakan tema dari film tersebut (dan tampaknya Miki Satoshi terobsesi dengan hal tersebut, hehe). Selain itu, ada satu lokasi dalam film itu yang mirip dengan salah satu lokasi dalam Atami no Sousakan.

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

Anak-anak dan imajinasi, dua hal tersebut adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Coba saya tanya, waktu kamu kecil kamu pasti senang sekali mengkhayalkan banyak hal kan? (kalaupun nggak, pura-pura bilang iya aja ya). Begitu juga dengan Kenji dan kawan-kawannya. Waktu kecil, Kenji selalu bermimpi ingin menjadi seorang penyelamat dunia. Dia pun merancang sebuah ‘skenario penyelamatan dunia’ pada sebuah buku yang dinamakan “the book of prophecy”, bersama dengan teman-temannya di suatu tempat yang mereka namakan “markas rahasia”. Namun, dunia bisa diselamatkan jika terlebih dahulu ada hal yang mengancamnya bukan? Karena itulah, dalam skenario penyelamatan dunia itu mereka menuliskan bahwa di masa depan, dunia akan diserang oleh berbagai macam hal, mulai dari wabah virus misterius sampai serangan robot seperti yang ada di komik-komik yang mereka baca. Dan tugas mereka adalah menyelamatkan dunia dari hal-hal tersebut.

Namun, imajinasi anak-anak kadang-kadang selalu berakhir menjadi sekadar imajinasi saja. Kenji ketika dewasa sudah melupakan cita-citanya menjadi penyelamat dunia dan malah berakhir sebagai seorang pemilik konbini (semacam mini market). Salah satu cita-citanya yang lain, yaitu sebagai musisi rock pun sudah ia buang jauh-jauh dari dulu. Lalu, beberapa kejadian misterius muncul. Kejadian-kejadian yang pernah Kenji dan kawan-kawannya tuliskan dalam skenario penyelamatan dunia di waktu kecil tersebut satu persatu menjadi kenyataan. Kejadian-kejadian tersebut diduga berkaitan dengan sebuah perkumpulan kultus  yang dipimpin oleh seorang pria misterius bernama “Friend” (atau dalam bahasa Jepangnya “Tomodachi”). Perkumpulan tersebut tampaknya bukanlah perkumpulan biasa karena kabarnya pihak kepolisian Jepang pun sudah dimasuki oleh orang-orang mereka. Yang aneh adalah, perkumpulan tersebut menggunakan simbol yang sama dengan simbol yang digunakan Kenji dan kawan-kawannya waktu kecil sebagai lambang persahabatan mereka. Jadi, siapakah “friend” sebenarnya? Apakah dia yang menyebabkan timbulnya kejadian-kejadian misterius tersebut? Apakah dia merupakan salah satu teman Kenji di masa kecil? Lalu, apakah Kenji dan kawan-kawannya memang ditakdirkan untuk menyelamatkan dunia? Baca aja deh kakak

Setelah membaca manga ini, saya langsung menobatkan 20th Century Boys sebagai salah satu manga terbaik yang pernah saya baca. Saya sendiri merasa sedikit menyesal karena baru membaca manga hebat tersebut baru-baru ini, padahal manga ini sudah diterbitkan sejak tahun 1999. Tapi better late than never kan? *ting ting*

Mengagumkan. Itu adalah salah satu kata yang tepat untuk menggambarkan manga ini. Membaca manga ini membuat saya bertanya-tanya, Urasawa Naoki (pengarang 20th Century Boys) ini makannya apa ya kok bisa-bisanya bikin manga super jenius kayak gini? Saya benar-benar kagum dengan cara beliau merangkaikan kisah dalam manga ini. Salah satu keunikan manga ini terdapat pada alurnya yang acak-acakan tapi biar begitu tetap membentuk satu kesatuan yang kuat dan tidak membuat bingung. Ceritanya mengalir dengan banyak flash back, dan kadang-kadang alurnya suka loncat-loncat. Misalnya ada suatu kejadian di tahun 2000 lalu kisahnya tiba-tiba loncat ke kejadian di tahun 2014. Kadang-kadang hal tersebut membuat saya merasa gregetan karena alurnya sering tiba-tiba loncat ketika situasi dalam manga itu sedang berada di puncaknya, sehingga hal tersebut membuat pembaca akan selalu merasa penasaran karena banyaknya misteri yang belum terpecahkan. Yang membuat saya kagum lagi, Urasawa Naoki sendiri tampaknya tahu benar cerita dalam manganya tersebut akan dibawa ke mana. Misalnya setelah saya perhatikan, adegan yang terjadi dalam volume 22 (volume akhirnya) ternyata pernah disinggung (biar secuil) dalam volume pertama.

Selain alurnya, yang membuat saya kagum pada manga ini tentu saja ceritanya yang bagus dan kuat. Kisah seputar konspirasi memang selalu menarik perhatian saya. Dan apakah Urasawa Naoki hendak menyampaikan sesuatu melalui manga ini? 😀 Selain itu, di sini juga kita ditunjukan bahwa imajinasi masa kecil tentang penaklukan dan penyelamatan dunia memang sering kali terlihat keren, tapi ketika hal tersebut menjadi kenyataan, apakah kita masih bisa menyebut itu sebagai hal yang keren?

Keunggulan manga ini juga terdapat pada karakteristik tokoh-tokohnya. Yang paling saya suka dari manga ini adalah tokoh utamanya Kenji yang digambarkan sebagai orang yang biasa-biasa saja. Karakternya terasa manusiawi sekali dan kadang-kadang masih punya rasa takut. Karakter-karakter lainnya pun memiliki karakterisasi yang sangat bagus. Selain itu, karena manga ini berlatarkan pada waktu yang berbeda-beda (tahun 70-an, 1997, 2000, 2014), kita jadi bisa melihat bagaimana perkembangan karakter mereka secara psikologis dari kecil sampai dewasa (dan tua). Dan perkembangan karakter tersebut terasa wajar dan masuk akal. Di sini juga kita bisa melihat bahwa apa yang terjadi pada seseorang di masa kecilnya akan sangat berpengaruh bagi perkembangannya ketika menjadi orang dewasa. Jadi buat penyuka manga atau cerita yang rada “nyikologis”, 20th Century Boys adalah salah satu manga yang wajib sekali untuk dibaca.

Dari segi ilustrasi, saya juga suka dengan ilustrasi yang juga digambar oleh Urasawa Naoki ini. Ilustrasinya digambarkan dengan gaya gambar yang agak realis. Plus yang saya suka adalah peletakan panelnya yang sangat rapi, sehingga pembaca yang tidak terbiasa dengan manga dapat dengan mudah mengikuti ceritanya.

Namun, sayangnya endingnya menurut saya rada gantung dan kentang (alias nanggung). Seperti yang sudah saya bilang, manga ini berakhir di volume 22. Tapi sayangnya sampai manga ini berakhir, manga ini masih meninggalkan beberapa misteri yang belum terpecahkan. Namun untungnya setelah itu Urasawa Naoki mengeluarkan manga 21st Century Boys (terdiri dari dua volume) yang akan menjawab rasa penasaran pembaca akan ending yang menggantung tersebut. Saya sendiri lumayan puas dengan 21st Century Boys dan menurut saya manga tersebut adalah ending dari 20th Century Boys yang sebenarnya.

Ja, segini aja review dari saya. Saya sangat merekomendasikan manga ini untuk dibaca semua penggemar manga atau penggemar cerita suspense/supernatural/action/psychological/mystery. Oh ya, biarpun ceritanya keliatan agak berat, tapi manga ini enak diikutin kok, karena pengarangnya sering kali menyelipkan unsur humor di dalamnya. Yang jelas, kalo udah sekali baca manga ini, pasti gak bakalan berhenti baca sampai akhir (kayak saya :D). Jadi, selamat membacaaaaa :)))

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

Detektif, profesi satu itu sempat menjadi salah satu cita-cita saya waktu masih kecil, gara-garanya waktu kecil saya suka banget baca komik Detective Conan. Sejak baca Conan, saya jadi suka sama segala cerita yang berbau detektif, baik itu cerita dalam buku, komik, film, sampai serial. Nah, kali ini saya akan ngereview salah satu dorama bertemakan detektif yang baru-baru ini saya tonton, yaitu Keizoku 2: SPEC. Tapi, tema detektif di sini sedikit berbeda karena ditambah beberapa unsur lain seperti unsur komedi dan supernatural.

Melihat angka 2 pada judulnya, kita pasti akan langsung menebak bahwa dorama ini adalah sebuah sekuel dari dorama yang sudah ada sebelumnya. Ya, dorama ini adalah sekuel dari dorama Keizoku (1999) yang dibintangi oleh Miki Nakatani dan Atsuro Watabe (belum nonton). Tapi menurut info yang saya baca, SPEC bukanlah lanjutan dari seri pertamanya karena karakter-karakter dalam SPEC semuanya adalah karakter baru dan bukan dari dorama pendahulunya (ralat: Raita Ryu ternyata berperan di Keizoku juga). Sehingga, tanpa nonton seri pertamanya kita tetap akan mengerti jalan cerita SPEC karena ceritanya yang berdiri sendiri dan tidak ada sangkut pautnya dengan seri pertamanya. Hubungan antara SPEC dan Keizoku hanya ada pada tema ceritanya yang sama, di mana kasus-kasus yang diselidiki dalam dua dorama itu adalah kasus-kasus yang tidak masuk akal dan tidak bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan.

Jadi begini ceritanya, di kepolisian Jepang (tentunya dalam dorama ini) ada sebuah divisi / unit dengan nama Unidentified Crimes Unit. Tugas divisi ini adalah untuk menyelidiki kasus-kasus yang tidak bisa dijelaskan dengan penjelasan yang ilmiah atau masuk akal. Awalnya, divisi ini hanya terdiri dari dua orang saja, yaitu chief Nonomura yang mengepalai divisi ini, serta Touma Saya (Toda Erika), seorang perempuan jenius dengan IQ 201, tapi memiliki penampilan yang serampangan dan asal-asalan. Suatu hari, divisi ini akhirnya bertambah dengan satu orang lagi, yaitu Sebumi Takeru (Kase Ryo), seorang polisi yang dipindahkan dari divisi SIT (saya lupa itu singkatan dari apa, yang jelas divisi ini semacam densus 88 yang tugasnya buat nangkep teroris atau sejenisnya). Sebumi dipindahkan karena sebuah insiden misterius yang membuat seorang anak buahnya terluka. Meskipun tidak dinyatakan bersalah, tapi kemudian Sebumi diberhentikan dari SIT dan dipindahkan ke Unidentified Crimes Unit. Sebumi dan Touma yang masing-masing memiliki kepribadian bertolak belakang (Sebumi orangnya sangat serius sementara Touma terlihat asal-asalan) kemudian menjadi partner dan bersama-sama mereka menyelidiki kasus-kasus yang melibatkan orang-orang yang memiliki SPEC. SPEC sendiri dapat diartikan sebagai semacam kekuatan supernatural yang tidak dimiliki manusia biasa. Orang-orang yang dianugerahi SPEC masing-masing memiliki kekuatan yang berbeda-beda. Ada yang bisa meramal masa depan, membaca pikiran orang lain, telekinesis, dan lain-lain. Kekuatan tersebut tidak jarang disalahgunakan oleh orang-orang tersebut. Salah satu orang ‘berbahaya’ yang menyalahgunakan kekuatan tersebut adalah Ninomae Juuichi (Kamiki Ryunosuke), seorang remaja laki-laki yang memiliki kemampuan menghentikan waktu, yang juga merupakan penyebab kenapa Touma menggunakan gips di tangan kirinya. Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya? Sebenarnya, siapa itu Ninomae? Apakah suatu saat Touma akan berhasil menangkapnya? Lalu, kejutan apa lagi yang akan muncul di dorama ini?

Alasan saya menonton dorama ini adalah karena Kase Ryo bermain di dalamnya. Ya, baru-baru ini saya dibuat terpesona oleh aktingnya di salah satu film garapan Takeshi Kitano yang berjudul Outrage. Kase  Ryo adalah salah satu aktor Jepang yang lebih sering bermain dalam film ketimbang dorama. Meskipun film-film yang dibintanginya udah seabreg banyaknya, tapi kalo soal dorama, jumlahnya masih sedikit sekali. Makanya, pas tahu dia main di dorama ini, ekspektasi saya jadi lumayan tinggi karena jarang-jarang kan Kase Ryo mau main dorama 😀 Dan setelah ditonton, ternyata doramanya emang bagus dan adiktif sekali. Episode pertamanya menurut saya masih tergolong biasa-biasa saja, dan sedikit mengingatkan saya pada dorama Trick-nya Nakama Yukie (tapi kalo dalam Trick kekuatan supernatural itu adalah bohong belaka, kekuatan supernatural dalam SPEC memang benar-benar ada dan bukan trik belaka). Namun, semakin ke sana dorama ini menjadi semakin baik dan semakin bagus.

Yang menarik dari dorama dengan jumlah 10 episode ini tentu saja hubungan antara Touma dan Sebumi, dua orang detektif yang memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Meskipun kadang-kadang tidak akur dan sering saling ledek, belakangan kita bisa lihat kalo sebenarnya mereka saling peduli satu sama lain. Hubungan mereka juga digambarkan dengan sangat lucu. Tapi buat kamu yang mengharapkan adanya hubungan romantis di antara keduanya, siap-siap kecewa deh.  Selain itu, yang menarik dari dorama ini tentu saja adalah karakter-karakternya yang juga didukung akting yang gemilang dari pemain-pemainnya. Karakter Touma yang diperankan Toda Erika menurut saya unik sekali, dan berkat aktingnya sebagai karakter itu, Toda Erika kemudian mendapatkan penghargaan Best Actress di 67th Drama Academy Award. Karakternya sebagai perempuan jenius cuek yang sangat suka makan dan punya ritual unik setiap mau memecahkan kasusnya ini sangaaaaat memikat. Dan kabarnya di dorama ini Toda Erika tidak memakai make up sama sekali, tapi menurut saya dia tetap terlihat cantik di sini. Dan yang tidak kalah memikat tentu saja karakter Sebumi Takeru yang diperankan Kase Ryo. Kase Ryo ini emang jago banget ya aktingnya. Padahal biasanya saya tidak suka sama tipe karakter serius kayak gini, tapi Kase Ryo berhasil membuat karakter Sebumi menjadi tidak membosankan. Saya jadi makin jatuh cinta sama aktor satu ini, hehe. Pemain-pemain lainnya juga  berakting dengan sangat baik di dorama ini, seperti Raita Ryu yang memerankan chief Nonomura, bahkan Shirota Yuu yang tidak terlalu saya suka juga berakting lumayan baik di sini. Satu lagi yang paling menonjol tentunya karakter Ninomae Juuichi yang diperankan Kamiki Ryunosuke. Kamiki  lumayan berhasil memerankan Ninomae, seorang penjahat abg yang punya tampang dan gaya yang sangat ceria.

Seperti serial detektif pada umumnya, setiap episodenya menampilkan satu buah kasus yang berbeda-beda dengan episode lainnya. Tapi meskipun berbeda-beda, kasus-kasus tersebut sebenarnya memiliki kaitan (karena semuanya melibatkan SPEC) dengan kasus besar yang terjadi sebenarnya. Namun sayangnya, setelah menonton sampai akhir, kita masih belum  mendapat pencerahan mengenai hal tersebut. Yak, SPOILER ALERT endingnya sengaja dibikin gantung dan masih banyak teka-teki yang belum terselesaikan. Kenapa saya bilang disengaja? Karena gantungnya tersebut tampak disadari oleh dorama ini, karena di bagian akhir setelah dorama ini selesai, karakter Touma dan Sebumi diperlihatkan berdiri berjajar dan Touma berbicara pada kamera “I’m never going to do a movie.”, seolah bisa membaca pikiran penonton mengenai endingnya. Tapi meskipun Touma bilang gak mau ngelanjutin serial ini menjadi sebuah film, saya punya firasat *halah* kalo dorama ini akan dibuat versi movie-nya, yah paling nggak episode sp mungkin. Saya sendiri sangat berharap dorama ini ada lanjutannya karena sebagai penonton saya masih belum puas dan rasanya tidak rela kalau dorama ini sudah berakhir. Ja, jadi segini aja review gak penting dan lagi-lagi kepanjangan dari saya. 4,5 bintang deh untuk dorama ini (tadinya mau 5 bintang, tapi karena endingnya gantung saya kurangin 0,5). Highly recommended 🙂

Rating : 1 2 3 4 4,5 5

Read Full Post »

Older Posts »