Jika ditanya siapa aktris Jepang yang paling saya suka saat ini, saya pasti akan menyebut nama Aoi Yu. Ya, saya udah suka sama aktris cantik satu itu sejak nonton Hana and Alice, yang merupakan filmnya yang pertama saya tonton. Setelah film itu, cukup banyak film yang dibintangi Aoi Yu lainnya yang sudah saya tonton, seperti All About Lily Chou-chou, Honey and Clover, Turtles Swim Faster than Expected, dan banyak lagi. Dan saya selalu menyukai aktingnya dan menobatkan dia sebagai salah satu aktris muda Jepang paling berbakat saat ini. Nah, kali ini saya akan mereview salah satu dorama yang dibintanginya yang berjudul Camouflage. Dorama ini sendiri menurut saya adalah salah satu dorama yang membuktikan kepiawaiannya dalam berakting, karena di dorama ini Aoi Yu memerankan empat karakter yang berbeda.
Camouflage adalah sebuah dorama eksperimental yang mengangkat “kebohongan” sebagai temanya. Dorama ini terbagi menjadi empat bagian yang disutradarai oleh empat sutradara berbeda, di mana masing-masing bagiannya memiliki tiga episode. Bagian pertama (episode 1-3, dengan judul “Life is Like a Lie”/“Jinseitte Uso Mitai“) disutradarai oleh seorang CM Planner bernama Takazaki Takuma. Pada bagian pertama ini, Aoi Yu memerankan seorang perempuan bernama Chika yang baru saja kehilangan pacarnya, Takano (Kase Ryo), yang baru saja meninggal karena kecelakaan mobil. Chika sendiri sama sekali tidak merasa bersedih atas kematian pacarnya itu, karena menurutnya kematian tersebut disebabkan oleh hal yang sangat konyol (mengecek handphone ketika menyetir). Sementara itu, bagian kedua (episode 4-6, dengan judul “Rose Colored Days“/”Barairo no Hibi“) disutradarai oleh Takasu Mitsuyoshi. Pada bagian ini, Aoi Yu memerankan Makoto, seorang perempuan yang punya hobi berlari. Setiap ia sedang berlari, ia selalu membayangkan dirinya menjadi orang lain. Suatu hari, ia bisa berlari sambil membayangkan dirinya sebagai idol yang terlambat audisi. Di hari yang lain, ia juga bisa berlari sambil membayangkan dirinya adalah seorang detektif yang sedang berlari memburu penjahat. Makoto sendiri memiliki seorang teman sejak kecil, yaitu Wataru (Arai Hirofumi), cowok yang selalu mengamatinya dan sama-sama punya sifat delusional.
Bagian ketiga (episode 7-9) disutradarai oleh Yamashita Nobuhiro (sutradara Linda Linda Linda). Bagian berjudul “Three Akabane Sisters“/”Akabane San Shimai“ ini bercerita tentang kehidupan tiga orang saudara perempuan. Aoi Yu memerankan Umeko yang merupakan anak ketiga alias bungsu dari tiga bersaudara itu. Pada bagian ketiga ini, semua episodenya bersetting di satu buah ruangan. Bagian ini menunjukkan interaksi antara ketiga saudara ini, yang kadang-kadang selalu berakhir dengan pertengkaran dan perdebatan. Selanjutnya, bagian terakhir (episode 10-12, dengan judul “Tomin Suzuko -Hyakumanen to Nigamushi Onna Josho-“) disutradarai oleh Tanada Yuki, yang merupakan sutradara dari film One Million Yen and the Nigamushi Woman yang juga dibintangi oleh Aoi Yu. Bagian ini sendiri masih ada hubungannya dengan film itu, di mana Aoi Yu memerankan karakter Suzuko yang merupakan tokoh utama film tersebut (lebih tepatnya, bagian ini bercerita tentang beberapa kejadian yang terjadi sebelum kejadian yang ada di filmnya). Seperti karakter di filmnya, tokoh Suzuko di bagian ini juga digambarkan sebagai seorang perempuan yang “not so good at dealing with people”. Di luar hal seputar kepribadian tokoh Suzuko, bagian ini sendiri menurut saya agak random dan tidak terlihat benang merahnya antara episode yang satu dengan yang lainnya jika dilihat dari segi ceritanya.
Yak, di atas itu hanyalah garis besar dari dorama dengan jumlah 12 episode ini. Meskipun hanya terdiri dari empat bagian, masing-masing episode dari setiap bagiannya menurut saya punya cerita dan ciri khas tersendiri yang membedakannya dari episode yang lainnya, dan rasanya akan sangat panjang jika keduabelas episode itu diceritakan satu persatu di sini 😀 Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, dorama ini mengangkat kebohongan sebagai tema utamanya. Kebohongan, satu kata itu memang bisa dikembangkan menjadi berbagai macam cerita. Dan “bohong” di sini tidak berarti kebohongan yang ditunjukkan secara langsung alias terang-terangan saja ya. Ada juga kebohongan yang ditunjukkan secara tidak disadari. Bohong di sini bukan hanya berbohong pada orang lain saja, tapi juga berbohong pada diri sendiri. Misalnya seperti yang ditunjukkan pada episode pertama, di mana Aoi Yu berperan sebagai Chika yang tidak merasa bersedih atas kematian pacarnya. Apakah itu hanya kebohongan belaka? Bohong bisa juga ditunjukkan melalui sifat delusional, seperti yang ditunjukkan pada bagian kedua, di mana Aoi Yu berperan sebagai Makoto yang punya sifat delusional dan hobi membayangkan sesuatu yang bukan dirinya ketika sedang berlari. Selain itu, dorama ini juga menunjukkan bahwa manusia kadang-kadang merasa lebih nyaman hidup dalam kebohongan. Misalnya pada episode dua, di mana karakter Takano (Kase Ryo) mendatangi Chika dalam mimpinya. Hal itu membuat Chika menjadi rajin mengonsumsi obat tidur, hanya karena ia ingin terus bermimpi bertemu Takano. Hal itu menunjukkan bahwa manusia memang sering kali lebih merasa bahagia akan hal yang sifatnya tidak nyata. Selain hal-hal itu, masih banyak lagi hal-hal seputar kebohongan yang ditunjukkan melalui episode-episode lainnya, yang rasanya akan panjang jika harus dibahas satu-satu 😀 (gak dibahas satu-satu juga review lu selalu kepanjangan pris)
Ini adalah dorama eksperimental. Eksperimental di sini tidak hanya eksperimental dalam mengolah tema kebohongan saja, tapi juga eksperimental dari gaya penceritaannya. Di setiap episodenya, kita akan menemui sutradara dari masing-masing bagiannya yang akan menjelaskan konsep dari setiap episode yang disutradarainya. Masing-masing episode dari dorama ini memang memiliki konsep dan gaya yang berbeda-beda. Ada yang memiliki konsep theatrical (episode 3 dan 11), konsep ala komedi situasi (episode 4), konsep ala opera sabun (episode 5), dan berbagai macam konsep dan gaya lainnya. Ada juga satu episode di mana Aoi Yu tidak berlaku sebagai tokoh utama, melainkan menjadi narator yang menceritakan tokoh lainnya (episode 11). Bahkan ada juga episode yang menunjukkan interaksi Aoi Yu dengan beberapa tokoh yang sama sekali tidak ditunjukkan wajahnya (episode 12). Selain empat cerita, empat karakter, dan empat sutradara, di dorama ini juga kita akan diperkenalkan pada empat orang fotografer. Ya, di akhir cerita di setiap episodenya, seorang fotografer akan menunjukkan foto hasil karyanya (dengan model Aoi Yu tentunya) yang dipotret berdasarkan interpretasi fotografer tersebut terhadap cerita yang bergulir sebelumnya.
Sekarang, mari beralih pada bintang utama dorama ini, yaitu Aoi Yu. Ya, dorama ini menurut saya merupakan salah satu bukti yang menunjukkan bahwa Aoi Yu adalah salah satu aktris Jepang terbaik (in her generation) saat ini. Ia mampu memerankan empat macam karakter dalam dorama ini tanpa cacat, mulai dari peran yang kalem, kelam, dingin, polos, sampai kocak. Tidak hanya Aoi Yu, aktor-aktris lain yang turut berperan dalam dorama ini juga berperan dengan sangat baik di sini, seperti Kase Ryo (<3), Nishijima Hidetoshi (<3 juga), Nukumizu Youichi, Arai Hirofumi, Hamada Mari, dan masih ada beberapa aktor dan aktris lainnya. Fokus utama dorama ini memanglah Aoi Yu, tapi peran-peran lainnya pun tidak kalah penting dan turut membuat dorama ini menjadi semakin menarik.
Secara keseluruhan, saya sangat menyukai dorama ini. Jika dilihat dari semua bagiannya, bagian yang paling saya suka adalah bagian pertama (Life is Like a Lie) yang menurut saya merupakan bagian paling ‘dalem’ dan punya cerita paling kuat. Namun, meskipun begitu bagian-bagian lainnya pun menurut saya tidak kalah menarik untuk ditonton kok. Recommended! Terutama untuk kamu yang bosan dengan dorama bergaya konvensional atau tertarik dengan dorama eksperimental. Dan untuk penggemar Aoi Yu, jangan sampai melewatkan dorama ini. 4 bintang!
Rating : 1 2 3 4 5
Read Full Post »