Feeds:
Posts
Comments

Archive for October, 2011

Film atau serial yang bercerita tentang orang yang bisa membaca isi pikiran orang lain mungkin sudah biasa. Lalu, bagaimana dengan orang yang isi pikirannya bisa didengar oleh semua orang? Mungkin baru Satorare (baik versi film maupun doramanya) yang mengangkat tema tersebut. Ya, jadi dalam dorama ini diceritakan, bahwa ada satu dari sepuluh juta orang di dunia ini yang merupakan seorang Satorare (arti dalam bahasa Indonesia = transparan). Apa itu Satorare? Mereka adalah orang-orang yang isi pikirannya bisa didengar oleh orang-orang di sekelilingnya sampai dengan jarak 12 meter (tapi bisa juga terdengar sampai lebih jauh dari jarak tersebut, tergantung suasana hati si satorare). Biasanya, Satorare adalah orang yang sangat jenius, karena itulah mereka sangat dilindungi oleh negara. Sampai-sampai, dibuat sebuah organisasi atau badan pengawas Satorare yang bertugas untuk mengawasi/melindungi para satorare dan mengatur agar orang-orang di sekeliling Satorare untuk berperilaku normal dan tidak merespon isi pikiran Satorare. Hal itu disebabkan jika seorang satorare mengetahui bahwa isi pikirannya bisa didengar oleh orang lain, bukan tidak mungkin ia akan menjadi depresi, dan akibat yang paling buruk adalah bunuh diri. Untuk itulah, badan pengawas satorare ini didirikan agar seorang Satorare bisa menjalani hidup normal layaknya orang biasa.

Satomi Kenichi (Odagiri Joe) adalah salah satu orang yang dapat disebut sebagai Satorare. Apapun yang ia pikirkan bisa didengar oleh orang lain. Kenichi sendiri adalah seorang dokter yang sangat jenius. Namun, kejeniusannya tersebut ternyata tidak berhasil membuat karirnya sebagai dokter berjalan lancar. Karena Kenichi adalah seorang Satorare, maka rumah sakit tidak pernah mengizinkan ia untuk melakukan operasi terhadap pasiennya. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari hal buruk yang akan terjadi jika sang pasien bisa mendengar isi hati Kenichi ketika operasi. Tentunya hal tersebut membuat Kenichi merasa rendah diri dan menganggap dirinya tidak pantas menjadi seorang dokter. Selain masalah karir, kehidupan percintaannya pun tidak berjalan mulus. Ya, karena isi pikirannya yang sangat transparan tersebut, maka perempuan yang ia sukai pasti akan mengetahui bagaimana perasaannya tanpa perlu ia mengatakannya. Dan siapa sih perempuan yang tidak terganggu dengan hal itu?

Lalu, masalah timbul ketika orang-orang di rumah sakit tempat Kenichi bekerja sudah tidak tahan karena terus menerus harus mendengar isi pikiran Kenichi. Mereka bermaksud ‘menyingkirkan’ Kenichi dengan cara memindahkannya ke National Research Lab, yang artinya jika hal tersebut terjadi maka karir Kenichi sebagai dokter akan berakhir dan berganti menjadi seorang peneliti. Di sisi lain, rumah sakit tersebut kedatangan seorang perempuan bernama Hoshino Noriko (Tsuruta Mayu), yang merupakan pathologist baru di rumah sakit tersebut. Mengetahui bahwa salah satu rekannya adalah seorang satorare membuat ia terkejut dan susah untuk terbiasa. Namun, lama kelamaan ia menjadi orang yang paling dekat dengan Kenichi. Lalu, apa yang akan selanjutnya terjadi pada Kenichi? Apakah orang-orang di rumah sakit tersebut akan berhasil menyingkirkannya dan memindahkannya ke National Research Lab? Apa yang akan terjadi selanjutnya dengan hubungannya dengan Hoshino? Lalu, apakah suatu hari ia akan mengetahui bahwa dirinya adalah seorang Satorare? Tonton aja deh kakak 😀

Saya suka sekali sama dorama ini. Satu hal yang paling saya suka dari dorama ini adalah ide ceritanya yang unik dan tidak biasa, yaitu tentang orang yang isi pikirannya bisa didengar orang lain (meskipun ini bukan ide original karena dorama ini merupakan adaptasi dari film layar lebar berjudul sama). Selain ide ceritanya, yang menarik lagi dari dorama ini adalah unsur komedinya yang sangat berhasil membuat saya tertawa. Tingkah laku orang-orang yang pura-pura gak denger isi hati Kenichi itu loh….bener-bener bikin ngakak! Hal itu membuat saya membayangkan bagaimana jika Satorare benar-benar ada di dunia ini dan saya hidup di lingkungan yang sama dengannya, pasti saya akan dibikin gregetan setiap hari, hihi.

Selain hal di atas, yang paling saya suka dari dorama ini adalah karakter Satomi Kenichi yang diperankan dengan sangat baik oleh Odagiri Joe. Saya suka banget sama karakternya yang begitu lugu dan polos. Meskipun pada awalnya orang-orang di sekeliling Satomi dibuat kesal setengah mati karena terus-terusan ‘diganggu’ oleh isi pikirannya yang transparan, tapi lama kelamaan mereka akhirnya luluh melihat Kenichi yang, baik dalam isi hati maupun perkataannya, tidak pernah memiliki niat yang buruk terhadap orang lain. Karakter-karakter lainnya pun turut mendukung kekuatan dorama ini. Seperti karakter Hoshino Noriko yang menjadi love interest si satorare ini. Biarpun karakternya diceritakan lebih tua dari Kenichi, tapi menurut saya mereka ini cocok sekali. Selain kedua karakter utamanya, yang menonjol di sini adalah karakter Todo-san dan Nakata. Kedua orang ini adalah anggota Satorare Measure Committee yang bertugas untuk mengawasi dan melindungi Kenichi. Biarpun mereka melakukan itu karena faktor pekerjaan, tapi lama kelamaan dapat dilihat bahwa mereka sangat memedulikan dan menyayangi Kenichi.

Meskipun ini dorama komedi, tapi dorama ini tidak berakhir menjadi sekadar dorama yang lucu saja. Seperti kebanyakan dorama Jepang lainnya, dorama ini banyak menyelipkan adegan-adegan yang lumayan menyentuh, khususnya mengenai perjuangan Kenichi untuk menjadi dokter. Siapa coba yang tidak tersentuh melihat usaha dan kegigihan hatinya? Meskipun berkali-kali ia patah semangat, namun ia selalu berhasil bangkit kembali.  Ja, 4 bintang deh untuk dorama ini 🙂

Memorable Quote:

Hoshino: “I thought about why God made satorare. Maybe we need to have satorare around. We live in a world of masked thoughts. That is why people with transparent thoughts are necessary for us.”

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »

Jika kamu diminta untuk memilih satu momen paling berarti dalam hidupmu, maka apa yang akan kamu pilih? Mungkin momen ketika kamu masih duduk di sekolah menengah pertama, atau momen di mana kamu sedang bersama dengan orang yang kamu cintai, atau bermacam-macam momen lainnya, yang mungkin akan membuat kamu menjadi bingung mau memilih yang mana. Pertanyaan itulah yang menjadi premis dasar dari film After Life (judul asli: Wandâfuru raifu), sebuah film yang disutradarai oleh Hirokazu Kore-eda, yang terkenal melalui film-filmnya seperti Nobody Knows dan Still Walking.

Sesuai judulnya, After Life berlatarkan sebuah dunia setelah kematian. Bukan surga atau neraka, tapi dunia sebelum itu (mungkin semacam Purgatory?). Ada sebuah bangunan di mana orang-orang yang baru saja meninggal dikumpulkan. Mereka diwawancara satu persatu oleh staff tempat itu, diberitahu bahwa mereka akan tinggal selama seminggu di situ, dan diberi tugas yaitu: memilih kenangan atau momen paling berarti dalam hidup mereka. Cukup satu saja. Mereka diberi waktu tiga hari untuk memutuskan itu. Setelah mereka mantap memilih, staff tempat itu akan menciptakan kembali kenangan yang mereka pilih dan memfilmkannya. Setelah itu, ketika mereka melanjutkan ke tahap selanjutnya (mungkin surga atau neraka, atau mungkin kehidupan selanjutnya, jika reinkarnasi benar-benar ada), mereka hanya akan membawa kenangan yang mereka pilih tersebut, dan melupakan semua hal yang terjadi dalam hidup mereka.

Orang-orang yang telah meninggal tersebut (kebanyakan manula, tapi ada juga gadis remaja) lalu berusaha untuk mengingat-ingat kembali apa saja yang terjadi di kehidupan mereka. Ada yang memilih momen ketika mereka masih kecil, ada yang bingung memilih, ada yang memilih untuk tidak memilih, bahkan ada yang berbohong dan memilih momen yang tidak pernah terjadi di kehidupan mereka, melainkan diharapkan terjadi. Belakangan, hal tersebut nantinya tidak hanya akan mempengaruhi orang-orang tersebut saja, tapi juga para staff tempat itu, yang sebenarnya  tidak jauh berbeda dari mereka.

Menonton film ini membuat saya turut berpikir dan kembali mengingat-ingat apa saja yang telah terjadi dalam kehidupan saya. Seandainya saya berada di posisi mereka, maka kenangan apa yang akan saya pilih? Pertanyaan yang cukup sulit bukan? Karena begitu banyak momen yang ingin saya pilih dan tidak ingin saya lupakan. Menonton film ini rasanya seperti sedang melakukan refleksi akan diri maupun kehidupan kita. Kadang-kadang, dengan mengingat kembali yang telah terjadi, kita jadi bisa memahami apa yang dulu tidak kita pahami, seperti yang terjadi pada salah satu tokoh dalam film ini.

Ya, biarpun berlatarkan dunia setelah kematian, sesungguhnya film ini bercerita tentang kehidupan (dan bukankah kematian sendiri adalah bagian dari kehidupan?). Melalui film ini, kita seolah disadarkan bahwa yang paling berarti dari kehidupan kita itu adalah hidup itu sendiri, sesuai judul aslinya, Wandâfuru raifu (Wonderful Life), yang menurut saya lebih merepresentasikan maksud film ini dibandingkan judul internasionalnya.

Seperti film-film Kore-eda lainnya, film ini berjalan dengan tenang dan tanpa letupan emosi yang berlebihan. Film ini juga banyak mengandung momen menyentuh tanpa perlu dihiasi adegan yang didramatisasi. Selain itu, yang saya suka di sini adalah setting after life-nya yang tidak jauh berbeda dari dunia orang hidup. Orang-orang yang tinggal di sana masih melakukan aktifitas-aktifitas sebagaimana orang hidup, seperti minum teh, gosok gigi, bahkan bermain catur. Proses memfilmkan kenangannya pun sama seperti proses membuat film di dunia nyata. Tidak ada hal yang aneh atau ajaib di dunia tersebut. Mungkin, berdasarkan penafsirannya, Kore-eda mencoba mencoba menunjukkan bahwa dunia orang mati sesungguhnya sama saja seperti dunia orang hidup. Ja, segini aja reviewnya. 4 bintang untuk film ini. Recommended!

Rating : 1 2 3 4 5

Read Full Post »